Siapapun rentan menjadi bagholder kripto yang memang bikin rugi itu. Yuk, kenali lebih dalam dan cara menghindarinya di artikel ini.
Di dunia kripto yang penuh hiruk pikuk pilihan aset, ada satu istilah yang sering bikin penasaran, yakni bagholder. Istilah ini merujuk pada investor yang tetap kukuh memegang asetnya, kendati nilainya sudah terjun bebas. Fenomena ini sebenarnya lebih dari sekadar aksi nekat, karena juga mengungkap sisi emosional dalam berinvestasi.
Jadi, buat lo yang pingin tahu lebih jauh soal bagholder, gimana perannya di dunia kripto, dan gimana fenomena ini bisa ngaruh ke aset kayak harga Solana terkini, yuk simak pembahasan ini sampai habis.
Apa Itu Bagholder?
Simpelnya, bagholder adalah sebutan buat investor yang keukeuh nyimpen aset kriptonya, walaupun nilainya makin jeblok. Istilah ini sendiri berasal dari gabungan tiga kata, yakni “left holding the bag,” yang artinya kurang lebih “terjebak memegang tas kosong.” Dalam dunia kripto, itu berarti terjebak di posisi rugi yang nggak menguntungkan.
Menurut CoinMarketCap Academy, kebanyakan bagholder ogah ngejual aset mereka karena alasan emosional. Entah karena yakin harganya bakal balik naik atau takut kehilangan momen kalau harganya tiba-tiba meroket lagi.
Supaya lebih jelas simak ini menurut Investopedia, bagholder itu sebutan buat orang yang masih aja nahan aset yang udah ancur-ancuran nilainya. Bahkan kadang, aset itu udah jadi “sampah” alias nilainya nol. Tapi si bagholder ini tetap yakin kalau suatu hari nanti harga asetnya bakal naik lagi. Padahal, kenyataannya peluang buat aset itu bangkit tuh kecil banget, bro!
“A bag holder refers to an investor who symbolically holds a ‘bag of stock’ that has become worthless over time. Suppose an investor purchases 100 shares of a newly public technology start-up. Although the share price preliminarily rises during the initial public offering (IPO), it quickly starts dropping after analysts begin questioning the veracity of the business model,” begitu menurut Investopedia, kalau dalam dunia saham, di mana nilai saham sebenarnya udah rontok. Tapi si investor tetap nahan dan yakin pasti nanti naik lagi.
Nah, istilah bagholder ini asalnya dari bahasa gaul di dunia investasi, dikenal di trading saham termasuk di kripto. Menurut situs Urban Dictionary, ceritanya sih istilah ini muncul pas era Great Depression di tahun 1930-an di Amerika Serikat. Waktu itu, banyak orang susah banget dapet makanan, jadi mereka ngantri buat semangkuk sup sambil bawa kantong kentang—itu doang harta yang mereka punya.
Walaupun cerita asal-usulnya agak-agak kontroversial, inti dari bagholder ini adalah investor yang secara simbolis “megang kantong” berisi aset yang udah nggak ada nilainya lagi. Mau itu saham atau kripto, kalau lo nekat nahan terus padahal udah jelas-jelas rugi, ya itulah definisi dari seorang bagholder.
Kenapa Orang Bisa Jadi Bagholder?
Gak ada yang mau jadi bagholder sih, tapi sering kali ini terjadi karena berbagai faktor. Berikut beberapa alasannya:
- Minim Pengetahuan Soal Pasar
Banyak investor baru yang nggak ngerti pentingnya bikin target keluar atau pasang stop-loss (batasan minimal kerugian). Akibatnya, mereka terus nyimpen aset meski nilainya udah nyungsep. - Terlalu Percaya Diri Sama Proyek
Ada juga yang terlalu yakin sama masa depan proyek tertentu. Mereka ngerasa proyek itu pasti bakal bangkit dan kasih cuan gede, meskipun pasar lagi nggak mendukung. - Takut Salah Timing Jual
Menurut Investopedia lagi, banyak investor yang takut rugi kalau mereka jual terlalu cepat. Mereka khawatir harga bakal naik setelah dijual, jadi akhirnya malah nggak ambil tindakan sama sekali.
Dampak Bagholder di Dunia Kripto
Keberadaan bagholder nggak cuma berdampak ke mereka sendiri, tapi juga ke dinamika pasar secara keseluruhan apalagi di dunia kripto.
- Menjaga Likuiditas Pasar
Meskipun nilai aset turun, bagholder yang tetap nyimpen asetnya secara nggak langsung bantu likuiditas pasar. Hal ini bisa bikin pasar lebih stabil, meskipun sementara. - Memperparah Tekanan Jual
Kalau para bagholder kehilangan kepercayaan dan mulai jual aset mereka barengan, bisa bikin tekanan jual gede-gedean yang bikin harga turun lebih parah. - Tambah Volatilitas
Aksi mendadak dari bagholder sering kali bikin pasar yang udah volatil jadi makin nggak stabil. Ini tentu berdampak ke pergerakan harga yang makin sulit diprediksi.
Tips Biar Gak Jadi Bagholder Kripto
Tenang, lo bisa kok menghindari jadi bagholder dengan beberapa strategi simpel berikut ini:
- Pasang Target Keluar
Sebelum beli aset, tentuin dulu target kapan mau keluar. Pasang strategi stop-loss biar bisa meminimalkan kerugian. - Diversifikasi Portofolio
Jangan taruh semua uang di satu aset aja. Sebar investasi ke berbagai aset kripto lain biar kalau satu aset rugi, yang lain masih bisa nutupin (semoga gak semuanya ambles). - Riset Dulu Sebelum Investasi
Jangan cuma ikut-ikutan. Pahami proyeknya, tim di baliknya, rajin riset dan potensi jangka panjangnya dan jangan lupa sering diskusi dengan orang lain yang lebih paham. Dan satu yang pasti, ingatlah Do Your Own Research (DYOR) dan verifikasi. - Jangan Biarkan Emosi Ngambil Alih
Keputusan investasi yang didasarkan emosi sering kali bikin kita terjebak jadi bagholder. Tetap tenang dan fokus sama data buat ambil keputusan yang lebih rasional.
Bagholder: Cermin Psikologi di Dunia Kripto
Kalau dipikir-pikir, bagholder adalah bagian dari dinamika unik di dunia kripto. Mereka nggak cuma jadi bukti betapa emosionalnya investasi, tapi juga jadi pengingat pentingnya edukasi dan strategi.
Dalam ekosistem yang terus berkembang ini, memahami fenomena kayak bagholder bisa bantu kita jadi investor yang lebih bijak. Dengan strategi yang matang, riset mendalam, dan keputusan yang bebas emosi, lo bisa lebih siap menghadapi pasang surut di dunia kripto tanpa harus terjebak di posisi rugi yang nggak nyaman.
So, jangan cuma ngikut hype, ya. Karena di balik potensi cuan gede, ada risiko besar yang harus lo siapin strateginya. Tetap waspada, tetap belajar, dan nikmati perjalanan lo di dunia kripto! [ps]