Ketika Koran Hong Kong Mendukung Bitcoin, Simbol Perlawanan Politik?

Ada yang sedikit tidak biasa di koran berpengaruh di Hong Kong, Apple Daily, edisi 24 Agustus 2020. Mereka menerbitkan simbol Bitcoin berlatarbelakang pusat kota Hong Kong dengan porsi satu halaman penuh. Pendirinya, Jimmy Lai, ditangkap awal bulan ini. Bitcoin sebagai simbol perlawanan politik?

OLEH: Vinsensius Sitepu
Pemimpin Redaksi Blockchainmedia.id

Hong Kong, sejak diterbitkannya Undang-undang Keamanan Nasional oleh Pemerintah Pusat Tiongkok, tak lagi demokratis. Bahkan jauh dari demokratis, semakin jauh dari alam ideologi Barat itu.

Kota itu semakin berbalut dengan kontroversi plus perjuangan politik lewat unjuk rasa, termasuk pernyataan pendapat melalui surat kabar.

Adalah Jimmy Lai, pengusaha kaya raya di kota itu ditangkap oleh otoritas Tiongkok pada awal bulan ini. Ia dituduh sebagai dalang kerusuhan massal di Hong Kong yang—lazimnya—melibatkan sejumlah anak muda.

Namun, ia kemudian dibebaskan setelah ditekan oleh publik Hong Kong. Dilansir dari BBC berdasarkan kabar dari media lokal Global Times, Lai disebut memicu kebencian, menyebarkan desas-desus dan mencoreng otoritas Hong Kong dan Tiongkok daratan selama bertahun-tahun.

Tak hanya itu, dua putra Lai, serta dua eksekutif senior Next Digital, perusahaan induk koran Apple Daily juga telah ditangkap.

Tak lama setelah Lai dibebaskan, hari ini, 24 Agustus 2020, koran yang didirikannya tiba-tiba menerbitkan soal Bitcoin dengan porsi satu halaman penuh, full color.

Koran

Sekilas mirip seperti iklan, tetapi tidak ada nama perusahaan tertentu seperti bursa aset kripto yang diusung.

Di bagian bawah simbol Bitcoin, berlatar belakang foto kota Hong Kong, terpampang kalimat: “Bitcoin Will Never Ditch You-Satoshi Nakamoto.”

Pesan itu ditafsirkan, bahwa Bitcoin yang diciptakan oleh Satoshi Nakamoto tidak berkeinginan meninggalkan hati publik Hong Kong atau Bitcoin adalah milik warga Hong Kong sebagai simbol kebebasan dari sistem keuangan perbankan yang kini dikuasi oleh Tiongkok.

Kemudian di bagian bawah halaman tercantum pengertian Bitcoin yang sudah lazim dipahami selama ini:

“Bitcoin adalah uang digital. Bitcoin tidak dikeluarkan atau dikendalikan oleh pemerintah atau perusahaan mana pun. Tidak ada yang dapat menghentikan Anda untuk bertransaksi di jaringan dan tidak dapat ditutup. Bitcoin tersedia untuk siapa pun tanpa memandang kebangsaan, jenis kelamin, atau kepercayaan mereka. Bitcoin dimulai dengan Genesis Block selama krisis keuangan 2009. Sekarang, saatnya telah tiba.”

Bagi kami, munculnya “iklan Bitcoin yang keren itu” sangat terkait erat dengan ditangkapnya Lai. Dan oleh sebab itu pula pesannya terkesan sangat politis, bersikap berseberangan dengan penguasa Tiongkok.

Pesan Bitcoin itu pun mungkin jelas diperuntukkan bagi pendukungnya, anak-anak muda demonstran di Hong Kong, generasi milenial dan generasi lebih muda yang mendambakan Bitcoin sebagai sistem keuangan baru yang berbeda.

Namun ini bukan berarti mengirimkan pesan bahwa Tiongkok tidak mendukung Bitcoin sepenuhnya atau banyak hal yang terkait dengan itu, misalnya teknologi blockchain dan yuan digital oleh Bank Sentral Tiongkok.

Tiongkok justru mendukung industri Bitcoin khususnya untuk sektor penambangan Bitcoin. Faktanya sentra tambang Bitcoin dunia itu ada di Tiongkok, mencapai 65 persen (lihat data dari Bitcoin Mining Map dari Cambridge Bitcoin Electricity Consumption Index). Bahkan separuhnya ada di Provinsi Sichuan di wilayah Sungai Kuning.

Namun Tiongkok jelas-jelas membatasi pertumbuhan perusahaan bursa aset kripto di dalam negeri, sebagai upaya menekan arus modal keluar negeri.

Namun, gagasan Bitcoin yang berasaskan teknologi blockchain, telah lama didukung oleh Tiongkok. Itulah sebabnya sejak tahun 2014, Negeri Panda itu meneliti dan mengembangkan sistem keuangan baru demi penerbitan mata uang digital yuan.

Bentuk uang baru itu dirancang sebagai pengganti uang giral yang berbentuk fisik. Dalam sistem moneter yuan digital kelak mengambil peran sebagai uang beredar M0.

Hingga Mei 2020, yuan digital terus diujicoba dan kelak bisa dipadukan dengan Blockchain-Service Network yang sejak Juni 2020 sudah beroperasi.

Namun banyak pihak berpendapat, bahwa yuan digital kian mempermudah pemerintah Tiongkok memantau lebih dekat perilaku konsumsi dan privasi warganya, jauh lebih hebat daripada sistem keuangan yuan digital ala Alipay dan WeChat Pay.

Yang terakhir itu, mungkin sesuatu yang patut lebih dikhawatirkan oleh Jimmy Lai, lewat korannya, Apple Daily. [red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait