Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang makin terasa, Robert Kiyosaki, penulis buku legendaris Rich Dad Poor Dad, kembali memantik perhatian.
Bukan hanya dengan peringatan keras soal krisis keuangan yang disebut-sebutnya akan jadi yang terbesar sepanjang sejarah, tetapi juga dengan pembelaan terbuka terhadap Bitcoin (BTC) sebagai aset yang menurutnya jauh lebih bisa dipercaya dibanding emas maupun perak.
Belum lama ini, Kiyosaki telah menyampaikan pandangannya di media sosial dengan nada yang tak main-main.
“Salah satu alasan saya percaya pada Bitcoin adalah karena jumlahnya hanya akan ada 21 juta,” tulisnya tegas.
Sebuah pernyataan yang tampak sederhana, namun menyimpan filosofi besar soal keterbatasan dan nilai.
Bitcoin Tak Bisa Dicetak Ulang
Yang membuat pernyataan ini menarik adalah latar belakang Kiyosaki sendiri. Ia bukan sekadar investor yang bermain di aset digital. Ia juga punya tambang emas, tambang perak dan bahkan ladang minyak. Ia tahu benar bagaimana hukum pasokan dan permintaan bekerja dalam dunia komoditas.
“Kalau harga emas, perak, atau minyak naik, saya tinggal tambang atau bor lagi untuk menambah pasokan. Tapi saya tidak bisa melakukan itu dengan Bitcoin. 21 juta ya tetap 21 juta,” ujar Kiyosaki, dilansir dari Bitcoin News.
Di sini, ia menekankan hal yang kerap dilupakan banyak orang, kelangkaan adalah kekuatan. Ketika aset digital seperti BTC punya batas pasokan yang tetap dan tak bisa diganggu, di situlah daya tariknya muncul, apalagi jika dibandingkan dengan mata uang fiat yang mudah dicetak ulang oleh otoritas keuangan.
Peringatan Keras Akan Kehancuran Pasar
Namun dukungannya terhadap kripto utama tersebut bukan hanya soal kelangkaan. Beberapa hari sebelumnya, tepatnya pada 4 Mei, Kiyosaki juga melempar peringatan keras yang mengacu pada bukunya tahun 2002, Rich Dad’s Prophecy.
“Saya ulangi lagi: dari buku Rich Dad’s Prophecy, prediksi saya tentang kejatuhan pasar saham terbesar dalam sejarah sedang terjadi sekarang. Saya harap saya salah,” tulisnya.
Bagi pembaca awam, ini mungkin terdengar seperti naskah film kiamat keuangan. Tapi Kiyosaki punya track record panjang dalam membaca gelagat ekonomi.
“Seperti yang saya prediksi, kejatuhan pasar terbesar di saham, obligasi, dan properti, akan segera terjadi dalam waktu yang sangat dekat. Itulah sebabnya saya berinvestasi di emas, perak dan Bitcoin,” tambahnya.
Mata Uang Fiat Disebut “Uang Palsu”
Lebih lanjut lagi, Kiyosaki bahkan menyentil cara kerja The Fed dan Departemen Keuangan AS. Ia memprediksi bahwa jika krisis benar-benar pecah, otoritas moneter akan mencetak triliunan dolar AS tambahan yang akan memicu inflasi tinggi.
“Secara sederhana, saya tidak percaya pada The Fed dan Treasuri. Mereka akan menghidupkan mesin uang palsu. Saya percaya pada emas, perak dan Bitcoin untuk melindungi saya dari inflasi besar yang akan datang akibat kehilangan daya beli dari uang palsu,” ujar Kiyosaki.
Ia bahkan sempat menyampaikan prediksi harga terkait perak, yang katanya bisa naik dua kali lipat dari US$35 menjadi US$70 pada tahun 2026. Menurut logikanya, ketika suplai uang bertambah tapi daya beli justru menurun, masyarakat akan lari pada aset yang terbukti langka atau tahan banting.
Frasa “savers are losers,” yang dulu sempat jadi kutipan ikonik dari Kiyosaki, kembali ia gaungkan dalam konteks yang makin relevan. Dengan nilai dolar AS yang menurutnya makin tergerus dan inflasi yang mengintai dari berbagai sisi, ia melihat tabungan dalam bentuk mata uang fiat bukan lagi solusi.
“Saya mempercayai BTC karena tidak bisa dipalsukan, tidak bisa dicetak ulang, dan tidak bisa dimanipulasi oleh bank sentral,” ucapnya dalam satu sesi wawancara beberapa waktu lalu.
Sebagai analogi, jika emas adalah safe deposit box dari dunia fisik, maka Bitcoin adalah brankas digital yang terkunci rapat dan tak bisa diduplikasi. Bahkan oleh pemilik jaringan sekalipun.
Pesan Tersirat untuk Investor Awam
Di sisi lain, pernyataan Kiyosaki juga bisa dibaca sebagai ajakan halus bagi para investor ritel untuk tidak terus-terusan bergantung pada sistem lama.
Bukan berarti harus membeli BTC dalam jumlah besar, tapi paling tidak mulai memahami kenapa begitu banyak figur publik mulai melirik aset digital bukan sebagai spekulasi, melainkan sebagai perlindungan nilai.
Apakah prediksi Kiyosaki akan terbukti? Waktu yang akan menjawab. Namun dalam situasi global yang rawan dan penuh gejolak seperti sekarang, narasi tentang BTC sebagai pelarian dari “uang palsu” tampaknya makin banyak dipertimbangkan. [st]