Konsumsi Listrik Tambang Bitcoin Lampaui Belanda, Dekati Uni Emirat Arab

Kini tingkat konsumsi listrik tambang Bitcoin sudah melampaui Belanda dan dekati Uni Emirat Arab, yakni 109,89 Terawatt jam per tahun. Sentra tambang Bitcoin masih di Tiongkok

Beberapa waktu lalu disebutkan bahwa total konsumsi listrik tambang Bitcoin secara global hampir melampaui Belanda, yakni 103,36 Terawatt jam per tahun.

Berdasarkan data terbaru dari Cambridge Bitcoin Electricity Consumption Index, konsumsi listrik tambang Bitcoin sudah melampaui Negeri Kincir Angin itu, yakni 109,89 Terawatt jam per tahun.

Peningkatan itu hampir melampaui Uni Emirat Arab, yakni 113,20 Terawatt jam per tahun. Artinya, hanya terpaut 4,4 Terawatt jam per tahun dengan Bitcoin.

Total konsumsi listrik penambangan Bitcoin secara global, dibandingkan dengan negara lain. Sumber: Cambridge.
Konsumsi listrik per tahun Belanda per 3 Januari 2021, sekitar 108,80 Terawatt jam. Sedangkan Bitcoin sudah mencapai 103,36 Terawatt jam per tahun. Angka itu jauh melampaui Kazakhstan (94,23) dan Pakistan (92,33). Sumber: Cambridge.

Total Konsumsi Listrik Tambang Bitcoin Kini Hampir Setara Belanda

Data konsumsi listrik negara dilansir Cambridge dari data terakhir tahun 2016 oleh Central Intelligence Agency (CIA).

Tingkat konsumsi listrik ini memang selaras dengan peningkatan hash rate penambangan Bitcoin secara global, sejak Desember 2020.

Peningkatan hash rate Bitcoin, seiring harga aset kriptonya yang melejit lebih dari 40 ribu per BTC Januari 2021 ini. Sumber: Bitinfocharts.

Peningkatan konsumsi listrik penambangan Bitcoin dan hash rate, dapat ditafsirkan sebagai cerminan peningkatan permintaan terhadap Bitcoin di pasar aset kripto.

Sementara itu, tingkat profitabilitas yang diperoleh oleh para penambang juga meningkat pesat sejak 18 Oktober 2020.

Tingkat profitabilitas yang diperoleh oleh para penambang juga naik pesat sejak 18 Oktober 2020. Sumber: Bitinfocharts.

Tiongkok Masih Mendominasi
Penambangan Bitcoin juga masih didominasi oleh Tiongkok, mencapai 65,08 persen, disusul oleh Amerika Serikat, lalu Rusia. Wilayah Asia diwakili oleh Malaysia (4,33 persen) di peringkat ke-5.

Di Tiongkok sendiri terjadi perubahan besar sentra tambang Bitcoin, dari Sichuan menjadi Xinjiang.

Peralihan ini dimulai sejak November 2020, sebab Xinjiang didapuk sebagai kota industri baru dengan tarif listrik yang lebih murah dan lebih ramah lingkungan, dibandingkan di Sichuan, yang praktis mengandalkan tenaga air yang sangat bergantung pada musim dan diesel.

Tiongkok mendominasi penambangan Bitcoin secara global.
Perubahan besar sentra tambang Bitcoin, dari Sichuan ke Xinjiang, sejak November 2020.

Prediksi Harga
Pada 9 Januari 2021, harga Bitcoin mencapai 42 ribu per BTC (Rp593 juta). Itu adalah rekor terbaru tertinggi masa.

Bloomberg: Harga Bitcoin Bisa US$50 Ribu (Rp700 Juta)

Bloomberg Intelligence memrediksi bahwa harga Bitcoin bisa mencapai lebih dari US$50 ribu (700 juta) pada tahun ini. [red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait