Kontrol Blockchain Ala Tiongkok

Harga Bitcoin melonjak pada hari Jumat (25 Oktober 2019) dan terus berlanjut hingga detik ini, beberapa saat setelah Presiden Tiongkok Xi Jinping mengumumkan dukungan kuat terhadap teknologi blockchain (asas dari aset kripto/mata uang kripto/mata uang digital/cryptocurrency Bitcoin). Tapi bagaimana Tiongkok memakai teknologi blockchain saat ini dan apa rencana negara itu bagi masa depan blockchain dan cryptocurrency?

Mata uang digital berbasis blockchain
Dalam konteks terkini, yang disebut sebagai mata uang digital (digital currency) agak bercampur makna dengan cryptocurrency, kendati prinsipnya serupa. Sebelum lahirnya teknologi blockchain, yang dikebut kali pertama oleh Satoshi Nakamoto pada Bitcoin, istilah mata uang digital sudah pernah dinikmati di era tahun 1980 an oleh David Chaum.

Kini, dengan hadirnya blockchain, isitilah mata uang digital lebih dekat maknanya dengan mata yang kripto, karena blockchain menggunakan teknologi kriptografi yang berbeda daripada teknologi sebelumnya.

Maka, dengan penerapan teknologi blockcain, rencana Tiongkok terlihat luas dan beragam. Tetapi dalam jangka pendek, negara itu tampaknya terutama tertarik untuk menciptakan mata uang digital sendiri, sebagian sebagai sarana untuk mematikan stablecoin Libra buatan Facebook-Libra Association.

Facebook berharap untuk meluncurkan Libra beberapa waktu tahun depan menanti lampu hijau dari Pemerintah Amerika Serikat. Raksasa media sosial itu telah memposisikan proyek Libra sebagai cara untuk memberikan akses yang lebih luas ke layanan keuangan kepada orang-orang di seluruh dunia. Rencana saat ini adalah untuk Libra didukung oleh beberapa mata uang fiat, meskipun yuan Tiongkok bukan salah satunya.

Sebuah divisi dari Bank Sentral Tiongkok—dikenal sebagai Digital Currency Research Institute (DCRI)—bertugas dan bertanggung jawab mendorong rencana Tiongkok untuk memajukan mata uang digital nasionalnya. Hanya beberapa minggu yang lalu, organisasi itu mengumumkan bahwa mereka sedang mencari tenaga ahli teknologi untuk mempercepat itu.

Sejak Libra diumumkan pada Juni 2019, Tiongkok tampak mengkhawatirkan Libra, karena lebih memampukan dolar AS masuk lebih dalam ke sistem perekonomian dunia. Beberapa pejabat pemerintah Tiongkok pun tampak saling melengkapi menghalangi Libra dan sebagian lagi agak bersifat “terbuka”.

Dalam Konferensi Blockchain Shanghai Wanxiang pada September 2019, yang didukung oleh negara, Li Lihui, Kepala Kelompok Kerja Penelitian Blockchain di National Internet Finance Association of China, mengatakan Libra “akan dapat dipercaya sebagai mata uang digital,” seandainya ia menerima persetujuan pengaturan yang diperlukan.

Sementara Tiongkok memiliki hubungan erat dengan hal-hal berbau digital, termasuk uang digital, jelas bahwa beberapa di dalam pemerintahnya melihat hal-hal di Libra yang mereka sukai, atau setidaknya menghormati. Hal yang sama bisa dikatakan tentang sikap Tiongkok terhadap aset digital lainnya, seperti Bitcoin.

Tiongkok, misalnya, telah mengambil sikap keras terhadap pertukaran mata uang asing cryptocurrency, tetapi keputusan pengadilan Tiongkok sebelumnya melihat bahwa Bitcoin diakui memiliki status hukum yang sama dengan aset fisik selayak properti. Pengadilan itu memutuskan bahwa Bitcoin memiliki “nilai, kelangkaan dan disposability” dan layak mendapatkan perlindungan hukum properti Tiongkok. Tentu saja itu mudah dianggap sebagai langkah restu dan sangat resmi oleh negara terhadap Bitcoin.

Decentralized Finance (DeFi)
Kenyataannya, beberapa institusi Tiongkok—seperti bank—ingin merilis aplikasi keuangan desentralistik mereka sendiri. Sebagai salah satu bank terbesar di China, Merchant Bank menampung lebih dari US$1 triliun aset dan menghasilkan lebih dari US$30 miliar pada tahun 2018 saja.

China Merchants Bank mengumumkan awal bulan ini telah bermitra dengan jaringan blockchain Nevos untuk menyediakan Decentralized App (dApp) kepada pengguna yang menawarkan layanan keuangan, meskipun Nevos belum memberikan rincian lebih lanjut.

Blokir Unicorn
Tiongkok juga merupakan rumah bagi perusahaan pertambangan Bitcoin besar dunia, yakni Bitmain, yang pekan lalu mengalahkan semua perusahaan kripto lainnya di “Daftar Unicorn Global” tahun ini. Daftar ini, yang dibuat oleh Hurun Report yang berbasis di Shanghai, menganalisis startup teknologi dengan penilaian dari lebih dari US$ 1 miliar, tetapi itu tidak terdaftar di bursa saham, tanpa investasi ekuitas swasta dan berusia kurang dari 10 tahun.

Secara keseluruhan, 11 perusahaan blockchain masuk dalam daftar tersebut, tetapi Bitmain, dengan penilaian sekitar US$ 12 miliar, melampaui semuanya, sekali lagi menyoroti pentingnya penambangan Bitcoin di Cina.

Jadi, ketika Presiden Xi memuji keajaiban blockchain, perlu dicatat bahwa pemerintah secara bersamaan akan terus mempertimbangkan peraturan yang dapat mempengaruhi industri kripto secara luas. Sebab, sifat asal Tiongkok adalah persoalan kontrol, kontrol dan kontrol!

Memata-matai publik
Lebih buruk lagi adalah potensi untuk teknologi blockchain yang akan digunakan untuk meningkatkan pengawasan warga oleh pemerintah Tiongkok.

Beberapa orang bahkan mengatakan, bahwa mata uang digital Tiongkok yang direncanakan itu tidak lebih dari sebuah tipu muslihat sinis untuk lebih memonitor aktivitas keuangan warganya. Ini sangat masuk akal.

Ditambah dengan fakta bahwa salah satu pembuat mobil terbesar di Tiongkok—Wianxiang—baru-baru ini merogoh hampir US$30 miliar untuk sebuah startup blockchain baru yang berusaha membangun “kota pintar” bertenaga blockchain yang dapat melacak data penduduk.

“Wanxiang City,” diatur untuk menjadi “kota pintar bertenaga blockchain terbesar di Tiongkok,” menurut sebuah pengumuman dari pembuat mobil itu Juli lalu. Teknologi itu dimaksudkan untuk “melacak, mentransfer, dan mengamankan data penting seperti kartu identifikasi penduduk dan perangkat pintar lainnya.”

Pendiri perusahaan Libra (anak perusahaan Facebook), David Marcus telah berulang kali memperingatkan bahwa jika anggota parlemen AS tidak terburu-buru dan mengambil keputusan tentang peraturan blockchain dan cryptocurrency, Tiongkok akan memimpin dan menuju ke sana terlebih dahulu .

Ketakutan itu mungkin tidak berdasar. Misalnya dengan alasan berikut. Sekitar 74 persen dari node Bitcoin adalah di Tiongkok. Sementara sekitar 225 paten teknologi blockchain juga telah diajukan oleh Tiongkok. Dan tahun lalu, lembaga Cyber Space Administrion Tiongkok mengeluarkan pedoman baru yang akan mengharuskan semua bisnis berbasis blockchain dan crypto untuk mendaftar ke pemerintah dan memberikan data mengenai pelanggan mereka. Ini kontrol! Ini termasuk warga negara lain yang memanfaatkan layanan ini. [Decrypt/Red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait