Lawan Sertifikat Palsu, Sony dan Fujitsu Pakai Blockchain

Sony dan Fujitsu telah menciptakan pangkalan data (database) terenkripsi untuk sertifikat pendidikan. Pangkalan data itu menggunakan teknologi blockchain untuk mencegah pemalsuan sertifikat kecakapan bahasa Jepang. Serfifikat itu lazimnya digunakan oleh warga asing untuk mendapatkan izin tinggal.

Sertifikat tersebut dapat diterbitkan oleh lembaga-lembaga pendidikan Jepang di luar negeri, kemudian sekolah bahasa di Jepang akan menyerahkan sertifikat itu kepada Biro Imigrasi atas nama lembaga-lembaga tersebut.

Masalah yang muncul adalah ditemukannya sertifikat kecakapan bahasa yang palsu di beberapa negara, seperti di Vietnam. Hal ini mengkhawatirkan, sebab pelajar yang tidak memiliki kualifikasi bahasa yang memadai akan kesulitan menjalani kehidupan sehari-hari di Jepang.

Untuk melawan sertifikat palsu tersebut, Sony dan Fujitsu bekerjasama untuk menggabungkan sistem pendidikan daring (online) Fujitsu dengan blockchain yang dikembangkan Sony Global Education, anak perusahaan Sony. Mekanisme ini dikembangkan, sebab blockchain menyimpan data di dalam banyak komputer sekaligus, sehingga data sulit dipalsukan. Lagipula data yang disimpan di blockchain bersifat permanen, sehingga tak dapat dihapus begitu saja.

Melalui mekanisme itu, ketika warga asing yang ingin belajar di Jepang menyelesaikan kursus bahasa Jepang di negara asal, semua data dan sertifikat warga asing tersebut disimpan ke dalam blockchain. Sekolah-sekolah bahasa Jepang bisa membandingkan suatu sertifikat dengan data yang terdaftar di dalam blockchain untuk memverifikasi sertifikat itu memang asli.

Sony dan Fujitsu dikabarkan akan mengujicoba platform itu pada Maret 2019. Sebulan setelahnya baru dirilis penuh. Uji coba akan dilakukan di Human Academy di Osaka, Saga dan Tokyo.

Selain Sony dan Fujitsu, beragam universitas dan lembaga pendidikan lain di seluruh dunia mulai menggunakan teknologi blockchain untuk melawan sertifikat dan ijazah palsu. Pekan lalu, pemerintah Malta mengumumkan semua sertifikat pendidikan di negara tersebut, baik yang diperoleh dari swasta dan pemerintah, akan disimpan di dalam blockchain.

Sebelumnya pada bulan Januari, Universitas Bahrain berencana menerbitkan izajah menggunakan blockchain. Universitas itu memakai standar Blockcerts, dan bekerjasama dengan Learning Machine, sebuah startup yang menawarkan sistem berbasis blockchain untuk menerbitkan dan memverifikasi dokumen resmi seperti sertifikat dan ijazah.

NEM Foundation belum lama ini juga bekerjasama dengan sejumlah perguruan tinggi di Malaysia untuk menyediakan ijazah berbasis blockchain. Motifnya juga serupa untuk menekan jumlah izajah palsu yang beredar di masyarakat. [cointelegraph.com/ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait