Menkeu AS Akui Dominasi Dolar AS Semakin Terancam

Menteri Keuangan (Menkeu) AS melihat adanya kemungkinan ancaman pada dominasi dolar AS di kancah perdagangan internasional.

Berdasarkan laporan Bitcoin News, Menkeu AS Jannet Yellen melihat dominasi dolar AS dapat terancam sebagai dampak dari sanksi yang mereka berikan ke beberapa negara.

Dominasi Dolar AS Semakin Terancam?

Yellen berkata dalam wawancara dengan Reuters bahwa ancaman semacam itu nyata adanya dalam jangka panjang.

“Jadi, ada risiko ketika kita menggunakan sanksi finansial yang dikaitkan dengan peran dolar, yang lama kelamaan bisa merusak dominasi dolar AS, seperti yang Anda katakan. Tapi ini adalah alat yang sangat penting yang kami coba gunakan dengan bijaksana,” ujar Yellen.

Menurutnya, sanksi seperti yang AS berikan kepada Rusia dan Tiongkok akan mendorong negara-negara ini untuk mencari alternatif dolar AS. Pada akhirnya, dominasi dolar AS bisa terancam jika aksi pencarian alternatif kian besar.

Namun, Yellen masih melihat pencarian alternatif sebagai cara yang tidak mudah karena sifat mata uang AS yang unik.

“Kami belum pernah melihat negara lain yang memiliki infrastruktur dasar, infrastruktur kelembagaan, yang memungkinkan mata uangnya melayani dunia seperti ini,” tambahnya.

Pernyataan tersebut hampir serupa dengan apa yang disampaikan oleh laporan Bank Rusia bertajuk “Tinjauan Sektor Keuangan Rusia dan Instrumen Keuangan.”

Laporan tersebut mengatakan akan sulit menjari alternatif dolar AS karena struktur perdagangan luar negeri Rusia saat ini.

Negara yang mendapatkan sanksi seperti Rusia, Tiongkok dan Iran telah mengembangkan kebijakan integrasi. Ini akan memungkinkan mereka melakukan perdagangan internasional tanpa andil dolar AS.

Aliansi BRICS bahkan telah menggaungkan rencana mereka untuk menghapus peran dolar AS dalam perdagangan internasional mereka dan akan menghadirkan mata uang baru untuk menggantikannya.

Terbaru, Tiongkok dan Rusia sudah mulai menggunakan yuan untuk penyelesaian transaksi internasional mereka. Ini memanfaatkan bank yang ditunjuk secara khusus sebagai lembaga kliring untuk memfasilitasinya.

Ada beberapa negara yang tertarik dengan langkah BRICS, seperti Malaysia, Arab Saudi dan Prancis, ingin mengurangi ketergantungan mereka terhadap mata uang AS. [st]

 

 

Terkini

Warta Korporat

Terkait