Tiernan Ray dari ZDNet berkata kehadiran dunia virtual dapat mengancam otonomi manusia yang paling dasar. Dalam metaverse sesuai visi Mark Zuckerberg, CEO Meta, semua tindakan pengguna harus mendapat izin program yang dikendalikan perusahaan.
Sebab itu, siapapun yang memasuki Meta bisa disebut tidak memiliki otonomi apapun. Setiap tindakan berada dalam kendali digital perusahaan seperti Meta yang dapat menolak memberi kebebasan bergerak kepada penggunanya.
Metaverse dan Hak Asasi ManusiaÂ
Minat untuk berpartisipasi dalam metaverse sangat besar sebab metaverse dapat memberikan peluang ekonomi besar dan melibatkan aktivitas sosial. Isu etis soal metaverse perlu dipikirkan sejak saat ini, tulis Ray.
Meta ciptaan Zuckerberg terindikasi akan menggantikan otonomi dengan pilihan konsumen. Pengguna dapat menjadi apa saja dan memilih pakaian serta tampilan lainnya. Tetapi Ray menjelaskan hal ini bukan otonomi, melainkan kendali.
Setiap identitas dalam dunia virtual Meta berada dalam peladen pribadi. Pengguna individual tidak mengendalikan peladen itu. Pengguna dapat melakukan pilihan dari menu, tetapi mereka tidak bisa menyarankan apa yang tersedia dalam menu tersebut.
Keputusan korporasi dalam Meta bersifat final.
Hal ini berarti identitas pengguna dalam dunia virtual dapat dimusnahkan oleh korporasi. Ray berpandangan identitas seperti ini tidak bersifat mengikat dan hanyalah sekedar ilusi. Identitas tersebut merupakan alat bagi sang empunya peladen dunia virtual.
Kendati demikian, Ray berkata ada solusi terhadap isu hak asasi manusia ini yang mendorong otonomi individu. Solusinya adalah mengembangkan internet yang belum selesai.
Internet berbasiskan protokol yang bersifat open-source. Hal yang tidak dimasukkan oleh pencipta internet adalah protokol untuk mengendalikan identitas digital.
Protokol pribadi ini akan memungkinkan pengguna memiliki kendali penuh atas identitas mereka serta penggunannya, termasuk perkataan dan penampilan digital.
Apapun yang ingin menggunakan perkataan dan tampilan digital tersebut, seperti dalam Meta, akan mematuhi aturan dari pemilik protokol pribadi. Hal ini akan mengutamakan otonomi di atas kepentingan komersial perusahaan swasta.
Ray menghimbau masyarakat di seluruh dunia agar melanjutkan kerangka internet yang belum selesai ini dan mendirikan protokol pribadi untuk menopang hak asasi manusia.
Bila aktivitas manusia akan terjadi di dunia virtual, maka masyarakat harus melawan kepentingan komersial dan menegakkan otonomi yang melindungi manusia dari perusahaan pemangsa. [zdnet.com/ed]