MicroStrategy membeli Bitcoin (BTC) lagi, senilai US$489 juta atau setara dengan Rp7 triliun. Total Bitcoin perusahaan pimpinan Michael Saylor ini kini 105.085 BTC.
Dengan Bitcoin sebanyak itu, MicroStrategy terus memantapkan diri menduduki peringkat pertama sebagai perusahaan publik dengan kepemilikan Bitcoin terbanyak di muka Bumi.
MicroStrategy memang doyan membeli Bitcoin sejak tahun 2020, padahal sang CEO, Michael Saylor sebelum tahun itu gemar mencibir nilai kripto nomor wahid itu.
“MicroStrategy mengumumkan telah membeli Bitcoin lagi sekitar 13.005 BTC senilai sekitar US$489 juta di harga rata-rata sekitar US$37.617 per BTC, termasuk biaya dan pengeluaran lainnya,” sebut perusahaan dalam keterangan resminya, Senin (21/6/2021).
Perusahaan menerangkan dengan pembelian itu, maka perusahaan kini memiliki total Bitcoin sebanyak 105.085 BTC yang tetap menjadi bagian dari neraca keuangannya.
MicroStrategy juga memastikan, bahwa anak perusahaannya, yakni “MacroStrategy” punya 92.079 BTC dari 105.085 BTC itu.
Sebelumnya pada pekan lalu, perusahaan mengumumkan sukses menjual surat utang mereka senilai US$500 juta untuk membeli Bitcoin. Kemungkinan besar, pembelian Bitcoin terbaru berasal dari dana segar itu.
Pekan lalu, perusahaan juga mengumumkan akan menjual saham senilai US$1 milyar. Hasilnya akan dibelikan Bitcoin juga. Ini mungkin yang dinantikan warga kripto sedunia.
MicroStrategy Ingin Beli Bitcoin Lagi, Setara Rp14,2 Triliun
Pengumuman pembelian Bitcoin tiba ketika pasar kripto masih merana.
Harga Bitcoin sendiri ketika artikel ini disusun, diperdagangkan di kisaran US$32.800, terus mengalami “diskon”.
Sedangkan Ether (ETH) tergelincir di bawah US$2.000 untuk pertama kalinya sejak akhir Mei 2021.
Kapitalisasi pasar kripto pun sempat turun lebih dari 5 persen dalam periode perdagangan 24 jam terakhir dan saat ini mencapai US$1,37 triliun.
Penurunan harga pada Senin bertepatan dengan kabar dari Tiongkok yang menegaskan larangan mereka, bahwa semua perusahaan penyedia jasa keuangan dilarang membuka layanan terkait aset kripto.
Penambang Bitcoin di sejumlah provinsi pun sudah mulai memadamkan aktivitas mereka dan sebagian siap angkat kaki dari negeri itu. Penambang Bitcoin di Inner Mongolia, Xinjiang, Yunnan dan Sichuan adalah sejumlah provinsi yang terkena larangan itu. [red]
Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.