Nasib Harga Bitcoin Jika Hiperinflasi Runtuhkan Ekonomi Global

Inflasi meroket mencapai nilai tinggi di seluruh dunia menyusul kejutan ekonomi akibat pandemi COVID-19 serta kebijakan stimulus bank sentral yang membuat harga saham serta aset kripto menggelembung secara artifisial.

Pendukung Bitcoin (BTC) telah berulangkali mengingkatkan bahwa era suku bunga acuan rendah dan penambahan suplai uang akan berakibat kepada inflasi yang meliar dan sulit dikendalikan.

Salah satu hedge fund terbesar di dunia, Elliot Management, memberi peringatan ekonomi dunia sedang menuju hiperinflasi dan keruntuhan sosial bila harga barang terus meningkat.

Kepada para nasabah, Elliot Management yang mengelola aset senilai US$56 milyar berkata dunia menuju hiperinflasi dan berpotensi berujung kepada konflik internasional.

“Era uang murah sejak krisis finansial global tahun 2008 mulai berakhir dan menyebabkan kondisi ekonomi yang setara dengan era Perang Dunia Kedua,” jelasnya.

Menyusul bull market yang menyebabkan harga saham serta aset kripto mengalami penambahan kapitalisasi pasar senilai triliunan dolar, Elliot mengingatkan kini saatnya investor bersiap-siap menghadapi pecahnya gelembung yang berdampak negatif kepada semua aset.

nasib harga bitcoin

Forbes melaporkan, tahun ini pasar saham telah kehilangan nilai sebesar US$28 triliun. BTC dan pasar kripto telah melemah US$2 triliun. Indeks saham S&P 500 merosot 20 persen sejak nilai tertinggi tahun 2022, dan indeks NASDAQ tersungkur hampir sepertiga nilainya.

Pandemi COVID-19 yang menyebabkan gangguan rantai pasokan global dituduh sebagai kambing hitam bagi sumber inflasi AS yang melebihi 10 persen. Tetapi, Elliot Management berkata inflasi disebabkan kebijakan moneter Federal Reserve yang sangat longgar.

Harga barang konsumen AS meningkat dengan laju pesat disertai inflasi 10,1 persen pada bulan September. Beberapa negara lain mengalami peningkatan harga konsumen yang lebih tajam.

Nasib Harga Bitcoin

Pendukung BTC menghimbau agar ekonomi global kembali memakai sound money atau uang aman dengan suplai terbatas seperti BTC yang memiliki suplai 21 juta koin.

Investor BTC berharap harga aset kripto tersebut akan mulai pulih dengan pemicu halving. Halving menyebabkan suplai BTC baru berkurang 50 persen, dengan halving keempat terjadi pada 2024.

Charlie Erith, pimpinan ByteTree Asset Management, berkata faktor ekonomi makro akan berperan besar terhadap kripto. Dalam era pengetatan moneter saat ini, semua kelas aset beresiko mendapat tekanan terhadap dolar AS.

“Bergantung kepada inflasi dan kemampuan pemerintah menangani ekonomi lesu, investor harus bersiap-siap menghadapi laju perubahan menuju halving berikutnya,” pungkas Erith menafsirkan bagaimana nasib harga Bitcoin di masa depan. [ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait