Niat BCA Terapkan Blockchain Dipertanyakan

Langkah Bank Central Asia (BCA) yang hendak menerapkan teknologi blockchain, dipertanyakan oleh Dimaz Ankaa Wijaya, peneliti blockchain dari Universitas Monash, Australia.

Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja sebelumnya mengatakan, dengan BCA kelak menggunakan teknologi blockchain, diharapkan biaya operasional perseroan dalam melayani nasabah bisa lebih efektif. Hal itu disampaikan Jahja karena perusahaan yang dipimpinnya itu tengah bersiap untuk menggunakan teknologi blockchain. Namun demikian, ia menyatakan akan tetap menaati berbagai aturan yang telah ditetapkan regulator.

“Seingat saya regulator sudah pernah menyebutkan bahwa tidak perlu peraturan untuk menerapkan teknologi blockchain yang tidak memiliki aset kripto/aset digital di dalamnya. Lalu soal layanan digital yang bisa dipermudah dengan blockchain, seperti yang diungkapkan oleh BCA, saya pikir dengan teknologi sekarang yang sudah ada masih cukup mumpuni. Lagipula ongkos produksi menerapkan teknologi blockchain akan jadi lebih mahal,” kata Dimaz.

Dimaz juga menegaskan adanya tantangan serius dalam sektor remittance jikalau BCA kelak menerapkan blockchain, yakni menemukan pihak yang bisa percaya dengan sistem baru itu.

Sebelumnya Dimaz sempat mengkritik soal wacana penerapan teknologi blockchain oleh Bank Indonesia, yang dikaitkan dengan keberhasilan bank sentral Singapura. Ia berpendapat, Bank Indonesia tak perlu buru-buru menerapkan teknologi blockchain.

“Dalam konteks penerapan teknologi blockchain oleh bank sentral, menurut saya Bank Indonesia terlampau cepat jikalau melakukan hal yang sama seperti Bank Sentral Singapura. Indonesia kan baru meluncurkan GPN (Gerbang Pembayaran Nasional), buat apa mau meloncat ke teknologi lain? Lagipula belum ada produk teknologi blockchain yang memuaskan,” jelas Dimaz kala itu. [vins]

Terkini

Warta Korporat

Terkait