Oscar Darmawan: Kinerja Bitcoin Lebih Baik daripada Emas dan Saham

Bos Indodax Oscar Darmawan mengatakan, bahwa kinerja Bitcoin lebih baik daripada emas dan saham dalam periode tahun 2018-2019.

“Dilihat dari stabilitas harga selama satu tahun belakangan, Bitcoin mengalami kenaikan 80,09 persen dalam setahun terakhir. Sedangkan IHSG, emas dan obligasi masing-masing naik 2,28 persen, 14,84 persen dan 13,15 persen. Khususnya mulai dari Maret hingga akhir tahun 2019, dengan bermunculannya sentimen-sentimen positif secara berkelanjutan membuat nilai perdagangan Bitcoin dan aset kripto kembali melejit,” kata Oscar dalam pernyataannya hari ini, Selasa (7 Januari 2020) melalui surel.

Oscar memang tak menampik, bahwa volume perdagangan aset kripto di dunia selama tahun 2019 mengalami penurunan secara signifikan jikalau dibandingkan dengan tahun 2017. Walaupun demikian, katanya, aset kripto tetap memiliki nilai kapitalisasi yang cukup fenomenal dan memiliki performa yang termasuk salah satu paling tinggi dibandingkan berbagai pilihan investasi lainnya apabila dibandingkan dalam satu tahun terakhir.

“Hal ini menjadikan aset kripto tetap menjadi pilihan investasi terbaik selama 10 tahun belakangan ini. Selama 8 tahun terakhir, nilai terendah Bitcoin terus meninggi setiap tahunnya berturut-turut: 2012: US$4, 2013: US$65, 2014: US$200, 2015: US$185, 2016: US$365, 2017 US$780, 2018: US$3.200 dan 2019: US$3.360,” jelasnya.

Ramalan
Menurut Oscar para investor kini tidak lagi menganggap aset kripto sebagai hal yang menyeramkan, karena mereka mulai menyadari kalau kripto sebagaimana halnya emas memiliki nilai atas fisik digitalnya. Bahkan, kalangan anak muda justru melihat hal ini sebagai peluang besar untuk berspekulasi atas kripto yang perharinya bisa naik turun lebih dari 10 persen.

“Saya yakin pasar aset kripto akan terus mengalami pertumbuhan, khususnya karena sekarang bursa kripto mulai diatur di bawah Bappebti,” imbuhnya.

Faktor lain yang disorotinya adalah kebijakan pelonggaran moneter (dovish) oleh sebagian bank sentral dunia dalam upaya pengentasan perang dagang Tiongkok-Amerika dan berkurangnya pasokan Bitcoin akibat Halving Day 2020.

Menurutnya hal itu tentu akan membuat permintaan terhadap Bitcoin semakin meningkat. Sementara itu, pasokan di pasar tidak bisa mengimbangi permintaan Bitcoin tersebut. Akibatnya, pengguna akan kembali melihat Bitcoin sebagai investasi aset bernilai tinggi di jangka panjang, yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya ekosistem perdagangan Bitcoin dan aset kripto lainnya.

“Faktor lain yang perlu kita soroti adalah fungsi Bitcoin sebagai safe haven asset class, sebagaimana emas yang membuat pada saat terjadi suatu krisis menjadi komoditas paling dicari di negara itu. Contohnya, fenomena memanasnya hubungan Iran dengan US saat ini yang melejitkan harga Bitcoin di Iran naik hingga US$25000 per Bitcoin. Menurut saya warga Iran ‘ketakutan” untuk menyelamatkan kekayaannya apabila terjadi perang. Hal ini sama halnya dengan perseturuan AS-Korea Utara tahun lalu yang juga ikut mendorong harga Bitcoin mengalami kenaikan,” jelasnya. [vins]

Terkini

Warta Korporat

Terkait