CEO Indodax, Oscar Darmawan, mengatakan harga Bitcoin yang naik merupakan buah adopsi jangka panjang. Bagaimana investor seharusnya bersikap khususnya ketika harga kripto itu justru terkoreksi?
CEO Indodax, Oscar Darmawan, menegaskan bahwa kenaikan harga Bitcoin yang menembus kisaran US$93.000 atau sekitar Rp1,56 miliar pada pekan lalu dan kemarin sudah mencapai US$95 ribu, merupakan hasil dari adopsi jangka panjang terhadap aset digital tersebut. Ia mengingatkan, di tengah kenaikan maupun potensi koreksi harga, investor perlu menjaga strategi investasi yang berbasis kesabaran, bukan spekulasi sesaat.
“Lonjakan harga Bitcoin saat ini bukan terjadi secara instan. Ini adalah buah dari adopsi jangka panjang dan kepercayaan yang terus tumbuh terhadap aset digital sebagai bagian penting dari sistem keuangan masa depan,” kata Oscar Darmawan dalam pernyataannya, Senin (28/4/2025).

Oscar menyebutkan, saat ini Bitcoin semakin mendapatkan validasi sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian makroekonomi global. Dengan dunia yang masih diliputi ancaman inflasi, ketegangan geopolitik, dan ketidakpastian arah suku bunga, Bitcoin justru menunjukkan ketahanannya.
“Bitcoin sedang mengalami validasi ulang. Ini bukan sekadar tren sesaat, melainkan pergeseran paradigma bagaimana masyarakat dunia melihat nilai dan fungsi uang,” tambahnya.
Namun, Oscar Darmawan menekankan bahwa volatilitas tetap menjadi bagian dari perjalanan Bitcoin. Ia mengingatkan bahwa setelah fase kenaikan seperti sekarang, tidak menutup kemungkinan terjadi koreksi harga. Dalam situasi seperti itu, menurutnya, investor sebaiknya tidak tergoda untuk menjual aset secara panik.
Oscar Darmawan: Jangan Panic Selling!
“Jangan panic selling saat harga mengalami koreksi. Koreksi adalah bagian alami dari siklus pasar. Investor yang sabar, yang memiliki keyakinan terhadap fundamental Bitcoin, pada akhirnya akan mendapatkan hasil terbaik,” ujarnya, merujuk pada koreksi hebat yang mencapai terendah lokal menjadi US$74.357 pada 7 April 205 lalu. Koreksi ini setara dengan 32 persen dari rekor tertinggi US$109 ribu.
Oscar Darmawan menyarankan agar investor di Indonesia mulai mengadopsi strategi investasi jangka panjang seperti Dollar Cost Averaging (DCA), yaitu membeli Bitcoin secara berkala tanpa terpengaruh oleh pergerakan harga harian. Dengan cara ini, investor dapat mengurangi risiko volatilitas dan membangun portofolio secara lebih konsisten.
“Strategi DCA sangat efektif dalam aset volatil seperti Bitcoin. Tidak perlu menunggu harga paling rendah untuk masuk. Yang penting adalah konsistensi dan visi jangka panjang,” kata Oscar Darmawan.
Dollar Cost Averaging Crypto: Definisi dan Cara Melakukannya!
Ia juga menyoroti bahwa lonjakan harga Bitcoin kali ini didukung oleh faktor kuat, seperti pembelian besar oleh institusi seperti Strategy yang baru menambah 6.556 BTC, serta arus masuk bersih ke Bitcoin Spot ETF yang sebelumnya sempat mencapai US$381,3 juta dalam satu hari, tertinggi sejak Januari 2025.
Menurut Oscar, ini membuktikan bahwa Bitcoin semakin diterima bukan hanya oleh investor ritel, melainkan juga oleh institusi besar. Hal ini memperkuat dasar fundamental Bitcoin untuk terus tumbuh dalam jangka panjang.
Prediksi BTC US$100 Ribu Semakin Pekat, US$95 Ribu adalah Kunci
“Saya percaya Bitcoin adalah bentuk revolusi teknologi dan keuangan. Dengan pasokan yang terbatas (hanya 21 BTC juta dari 19,85 BTC juta saat ini) dan adopsi yang terus meningkat, nilainya akan terus naik dalam jangka panjang,” tutup Oscar Darmawan.
Dengan mempertimbangkan momentum saat ini, Oscar mengimbau masyarakat untuk mulai membangun strategi investasi yang tidak hanya berburu keuntungan sesaat, tetapi menyiapkan diri untuk berpartisipasi dalam perubahan besar sistem keuangan global yang lebih terbuka dan terdesentralisasi.
Sebelumnya, Bitcoin mencapai tonggak sejarah baru dengan menembus posisi lima besar aset paling bernilai di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar. Pada 23 April 2025, Bitcoin tercatat memiliki kapitalisasi pasar sebesar US$1,870 triliun, mengungguli perusahaan teknologi raksasa seperti Alphabet (Google) dan Amazon, serta logam mulia perak. Pencapaian ini menegaskan peran penting Bitcoin dalam lanskap keuangan global, dengan posisinya yang kini hanya berada di bawah NVIDIA, yang memiliki kapitalisasi pasar sebesar US$2,412 triliun.
Oscar Darmawan menilai pencapaian ini menunjukkan validasi global terhadap Bitcoin sebagai aset berharga. Kenaikan nilai Bitcoin yang diperdagangkan sekitar US$94.000 hingga US$95.000, meningkat lebih dari 16,5 persen dalam sebulan terakhir, mencerminkan tingginya kepercayaan investor global. Pencapaian Bitcoin ini juga menunjukkan daya tariknya yang semakin kuat, dengan jarak yang semakin tipis dibandingkan dengan Alphabet, Silver, dan Amazon, yang memperlihatkan dominasi Bitcoin dalam pasar global.
Menurut Oscar Darmawan, pencapaian ini menjadi momentum penting bagi adopsi Bitcoin di pasar Indonesia, Bitcoin kini lebih dipandang sebagai penyimpan nilai jangka panjang, bukan hanya alat tukar. Meskipun begitu, Oscar mengingatkan pentingnya edukasi dan pemahaman risiko volatilitas bagi para investor. Jika tren positif ini berlanjut, Bitcoin berpotensi untuk mengejar kapitalisasi perusahaan-perusahaan teknologi besar lainnya dalam beberapa tahun ke depan. [ps]