Pasar Kripto Panik Parah Gegara Perang Dagang yang Meledak

Kepanikan menyelimuti pasar keuangan global setelah pergerakan ekstrem di pasar obligasi AS memperkuat ketidakpastian yang sedang berlangsung, termasuk di pasar kripto. Imbal hasil obligasi 10 tahun AS melonjak dari sekitar 3,95 persen menjadi 4,5 persen dalam waktu singkat.

Menurut analis kripto Lark Davis di kanal YouTube miliknya, ini adalah sesuatu yang tidak biasa terjadi dan menandai gejolak serius di pasar dengan nilai triliunan dolar AS.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi 30 tahun juga mencatat kenaikan 67 basis poin hanya dalam dua setengah hari. Analis Jim Bianco menyebut lonjakan ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam catatan sejarah pasar.

Situasi ini semakin diperparah dengan rumor bahwa sebuah bank besar di Tiongkok mengalami kegagalan besar, yang mengharuskannya melepas sejumlah besar surat utang pemerintah AS secara paksa. Meski belum terkonfirmasi, sentimen negatif langsung menyebar luas di pasar.

Pasar Saham Global Juga Terpuruk

Saham-saham kecil di indeks Russell 2000 jatuh bebas, dengan mayoritas sudah menembus garis moving average 200 harinya. Sementara itu, indeks volatilitas pasar (VIX) kembali menanjak ke angka 54, mendekati level yang tercatat saat krisis COVID-19.

“Kita hidup di masa yang sangat menarik. Cerita tentang crash ini akan terus diceritakan selama bertahun-tahun ke depan,” ujar Davis.

Tarik-Ulur Perang Dagang Semakin Memburuk

Situasi makin pelik dengan memanasnya perang dagang antara AS dan Tiongkok. Pemerintah Tiongkok disebut telah menjual US$50 miliar surat utang AS sebagai bentuk perlawanan terhadap kebijakan suku bunga.

Bahkan, sempat muncul kabar bahwa Tiongkok mengenakan tarif tambahan sebesar 84 persen terhadap barang-barang dari AS, meski angka itu belakangan dikoreksi menjadi 34,84 persen.

“Kalau benar Tiongkok mengenakan tarif sebesar itu, ya wajar saja kalau pasar saham langsung ambruk,” ungkap David.

Ketegangan ini memperkuat anggapan bahwa masing-masing pihak terjebak dalam ego politik dan nasionalisme. Davis bahkan menyampaikan dengan gaya bercanda, bahwa itu seperti ajang adu “ego besar” antara dua pemimpin yang enggan mundur.

Intervensi Bank Sentral Jadi Harapan Terakhir

Arthur Hayes dan analis lainnya memperkirakan bahwa intervensi dari bank sentral akan menjadi satu-satunya jalan keluar untuk menstabilkan pasar.

Langkah seperti pencetakan uang atau pemotongan suku bunga mungkin saja kembali dilakukan, meski sejauh ini The Fed belum mengambil tindakan.

“Jika tidak ada resolusi terhadap perang dagang ini, maka akan sulit melihat pembalikan tren secara makro,” jelas Davis.

Pasar Kripto: Bitcoin Bertahan, Altcoin Berdarah

Di tengah badai ini, Bitcoin masih menunjukkan kekuatan relatif, stabil di kisaran US$76.000 meski pasar saham dan obligasi berguncang hebat. Namun demikian, altcoin terlihat jauh lebih rapuh.

Ethereum, misalnya, menunjukkan sinyal kapitulasi dari investor besar setelah ditahan selama hampir tiga tahun. Davis mencatat bahwa banyak altcoin mengalami penurunan yang sangat dalam, bahkan kembali ke harga 2017.

Meski begitu, Davis menekankan bahwa peluang tetap ada. Ia mendorong komunitas untuk tetap waspada, namun tidak sepenuhnya menyerah terhadap rasa takut.

“Akan selalu ada peluang di pasar setiap hari. Ketika pasar turun, itu juga bisa jadi waktu untuk aksi short atau mencari yield lewat farming,” ujarnya.

Meskipun dunia sedang menghadapi ancaman resesi yang nyata, Davis masih melihat kemungkinan terjadinya pemulihan cepat jika bank sentral turun tangan dan perundingan dagang benar-benar terjadi.

Ia menambahkan bahwa skenario seperti Depresi Besar 1930-an kemungkinan kecil terjadi karena kondisi makroekonomi dan kebijakan saat ini berbeda.

“Kita sedang makan kue pahit sekarang, dan rasanya tidak enak,” tuturnya.

Namun ia mengingatkan bahwa badai ini tak akan berlangsung selamanya. Dan ketika matahari akhirnya muncul, mereka yang tetap rasional dan tenang mungkin akan menjadi yang paling diuntungkan. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait