Peluang Terapan Blockchain di Sektor Otomotif Indonesia

Teknologi blockchain boleh masih hijau, tetapi sejumlah pegiat di Tanah Air melihat peluang besar penerapannya di sektor otomotif.

Pasar otomotif Indonesia terus berkembang. Data terakhir dari Markas Besar Polisi Republik Indonesia per 1 Januari 2018, jumlah total kendaraan bermotor di Indonesia mencapai 111,5 juta unit. Sepeda motor dan mobil pribadi, masing-masing menempati peringkat pertama dan kedua, yakni 91 juta unit dan 13 juta unit. Sekitar 71,6 persen mobil pribadi terkonsentrasi di Pulau Jawa, termasuk sepeda motor dengan konsentrasi hingga 62 persen.

Di sisi lain, jumlah kendaraan bekas yang beralih kepemilikan pun semakin banyak, bahkan lintas negara. Data riwayat kendaraan yang tak akurat adalah “lahan basah” bagi praktik-praktik menyimpang, yang pada akhirnya berpotensi menghasilkan data kendaraan yang keliru. Data yang tak akurat akan memaksa perusahaan asuransi dan keuangan membebankan biaya yang cukup besar kepada konsumen.

“Mengingat blockchain mampu menyimpan data digital secara permanen dan relatif aman dari peretasan dibandingkan teknologi yang sentralistik, sangat memungkinkan menyimpan data-data kendaraan di blockchain. Data yang tersimpan, kelak lebih sahih, akurat dan lebih mudah diakses oleh sejumlah pemangku kepentingan (stakeholder),” kata Isybel Harto, seorang pegiat blockchain dan CTO Freshmart.id, melalui Telegram kemarin.

Pemangku kepentingan yang dimaksud Harto adalah pemerintah (government), produsen, penyedia layanan keuangan (financing) dan masyarakat (public). Untuk pemerintah, kata Harto, ada sejumlah insitusi yang terkait, misalnya kepolisian. Data-data itu dikonfirmasi dan diverifikasi dulu sebelum disimpan ke dalam blockchain.

“Misalnya, polisi menyediakan sejumlah data, seperti jenis kendaraan, nomor seri dan nomor kerangka, termasuk tentu saja data SIM, STNK, BPKB, KTP dan lain-lain. Data itu lalu dikoordinasikan kepada pihak produsen, layanan keuangan, apakah data ini benar atau tidak. Kemudian dari sisi publik, secara konsep, cara bayar jasa parkir kendaraan bisa menggunakan token digital yang berjalan di blockchain. Ringkasnya, dalam skema seperti ini ada dua jenis pihak, yaitu data provider (penyedia data) dan data konsumen (consumer data),” jelasnya.

Menurutnya, dalam blockchain ini, ada sejumlah data yang diolah, seperti SIM, STNK, BPKB, KTP dan lain-lain. Empat kategori data ini digabungkan bersama data lainnya ke dalam satu platform khusus. Data kemudian dipilah menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence), diverifikasi lalu disimpan ke dalam blockchain.

“Misalnya ada satu kasus, seseorang meninggal di dalam mobil. Orang lain kemudian memfoto plat mobil tersebut, lalu mengirimkannya ke platform sebagai sebuah data. Platform secara otomatis memverifikasi, apakah data itu tersedia blockchain. Jikalau benar, maka pihak kepolisian dapat menggunakan informasi itu sebagai acuan tindakan berikutnya,” katanya.

Frost and Sullivan memperkirakan, pada 2025, 10-15 persen kendaraan akan terkoneksi dengan blockchain. Toyota dengan habis-habisan mengeksplorasinya, bekerjasama dengan MIT Media Lab. Kedua organisasi besar itu fokus pada mobil swakemudi, khususnya soal pengamanan berbagi data, transaksi bisnis transportasi daring dan asuransi mobil berbasis blockchain. Tahun lalu, ZF dan IBM bersama-sama mengembangkan Car eWallet, teknologi pembayaran masa depan yang diterapkan untuk pembayaran tol, parkir, jasa pengisian ulang baterai mobil dan layanan transporasi daring.

Salah satu inisiatif demi memajukan industri otomotif di era blockchain adalah Mobility Open Blockchain Initiative atau MOBI. Empat perusahaan pembuat mobil terbesar, yaitu BMW, Ford, Renault dan General Motors, membentuk inisiatif ini untuk menghadirkan teknologi blockchain kepada para pemilik kendaraan. [jul]

Terkini

Warta Korporat

Terkait