Pembela Ethereum Kritik Kelemahan Smart Contract Cardano (ADA)

Pembela Ethereum, Anthony Sassano, mengkritik sejumlah kelemahan smart contract Cardano (ADA) yang saat ini berada di test net blockchain Cardano. DEX Minswap jadi sasaran pangkalnya.

Tim Cardano sebelumnya pada September 2021 mengumumkan bahwa fungsi smart contract tersedia di Alonzo Testnet. Itu adalah sebutan jaringan blockchain uji coba untuk smart contract perdana Cardano ini.

Pembaruan final smart contract akan digelar pada 12 September 2021 mendatang, ketika sudah disematkan di main net blockchain Cardano. Itu beberapa hari sebelum hari jadi Cardano, 27 September 2021.

Pembela Ethereum Kritik DeFi Minswap

Namun, sejumlah cuitan pendukung Ethereum, yakni Anthony Sassano pada 4 September 2021 lalu, menunjukkan serangkaian masalah yang ada di bursa desentralistik (DEX) berbasis Cardano, Minswap.

DEX itu tercatat sebagai menjadi Dapp pertama yang diluncurkan di test net Cardano pada 4 September 2021.

Sassano menyebutnya sebagai masalah “concurrency“, yang tidak memungkinkan banyak pengguna sekaligus berinteraski dengan program atau protokol.

Dalam hal ini, Minswap yang menggunakan smart contract baru Cardano, belum atau tidak dilengkapi dengan Cardano Virtual Machine.

Sebaliknya, hal ini disediakan di blockchain Ethereum, yakni Ethereum Virtual Machine (EVM). “Mesin virtual” ini sangat memungkinkan smart contract terkait dieksekusi pada saat bersamaan.

Sassano membuktikannya itu lewat salah satu gambar, di mana pengguna mengalami kegagalan transaksi ketika mencoba menukar (swap) token di DEX Minswap itu.

Sassano mengklaim sejumlah pengguna khawatir, bahwa Minswap hanya menangani satu transaksi per blok, sehingga tidak efisien.

Bos Cardano: Pengkritik Memang Tak Mengerti

Kritik teknis itu langsung ditanggapi oleh Bos Cardano, Charles Hoskinson lewat video. Menurutnya para pengkritik soal “concurrency” tidak memiliki pemahaman dasar soal ekosistem blockchain saat ini.

Hoskinson memang tampak enggan menjawab secara spesifik soal “concurrency” itu. Ia hanya menjawab bahwa upaya membuat sistem yang terdistribusi dan terdesentralisasi yang bisa diukur secara baik dengan beragam metriks, itu sangat sulit.

“Pun terkadang para pengkritik tidak jujur kepada dirinya sendiri dan cenderung tidak memahami akar masalahnya secara umum,” jawab Hoskinson.

IOHK dan Pembela Cardano Angkat Bicara

Selain kritik soal “concurrency“, sebelumnya sejumlah pandangan miring tentang pendekatan “ledger” Cardano terkait penambahan fitur smart contract ini.

Menurut kritik itu, karakter desentralistik justru jauh dari Cardano, yang ada lebih menjurus pada sentralisasi.

Patut dicatat, bahwa Cardano memanfaatkan algoritma konsensus varian dari Delegated Proof-of-Stake (DPos), di mana hanya segelintir node validator yang boleh memverifikasi dan mensahkan setiap transaksi, berdasarkan jumlah kripto ADA yang dimiliki masing-masing node validator. DPos ini serupa yang digunakan oleh blockchain Tron.

Namun, Pendiri Cardano enggan menyebutnya sebagai DPoS murni, karena karakteristiknya berbeda, sehingga mereka cukup menyebutnya dengan nama lain yang tak terlalu teknis, yakni Ouroboros.

Sementara itu, blockchain Ethereum 2.0 (belum final), hanya memanfaatkan Proof-of-Stake (PoS), di mana semua pihak bisa menjadi node validator dengan jumlah ETH minimal 32 ETH yang bisa di-stake (solo validating).

Saat ini Ethereum masih mengandalkan Proof-of-Work (PoW), dengan kecepatan transaksi masih terbatas dibandingkan Cardano, tetapi Ethereum secara praktis bisa menekan biaya per transaksi, pasca EIP-1559 lalu. Di sini faktor burn terhadap base fee turut menggenjot kelangkaan ETH, walaupun tidak memiliki pasokan maksimum.

Namun demikian, algoritma konsensus varian mirip PoS itu justru secara efektif mengatasi masalah skalabilitas, yakni kemampuan blockchain menangani banyak transaksi per detik dalam satu block.

Sebuah ulasan di Medium yang diterbitkan oleh SundaeSwap Labs, DEX berbasis Cardano, menilai itu sebuah “kesalahpahaman”.

“Sentralisasi adalah salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut [skalabilitas-Red]. Jadi, jika di sebuah DEX di test net terjadi masalah, itu bukan berarti proyek itu akan padam apalagi akan berujung pada kematian Cardano,” sebut SundaeSwap Labs. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait