Pemerintah Tiongkok Disebut Sebagai Crypto Whale dengan 194 Ribu BTC dan 833 Ribu ETH

Pemerintah Tiongkok disebut-sebut masih merupakan salah satu crypto whale terbesar di dunia, karena diduga memegang cryptocurrency, yakni Bitcoin, Ethereum dan lainnya senilai US$6 milyar .

Crypto sebanyak itu merupakan hasil sitaan dalam kasus skema Ponzi PlusToken pada tahun 2019 silam. Di tengah-tengah melemahnya pasar kripto saat ini yang bermula November 2022, muncul spekulasi, bahwa pemerintah Negeri Tirai Bambu itu bisa saja tiba-tiba menjualnya untuk mereguk keuntungan kendati tak besar.

“Pemerintah Tiongkok adalah crypto whale. Mereka diduga memiliki 194.000 Bitcoin, 833.000 ETH dan aset kripto lainnya hasil sitaan kasus PlusToken pada tahun 2019. Aset senilai US$6 milyar ini menjadi kas negara”, kata Ki Young Ju, Kepala Eksekutif Cryptoquant di Twitter, dilansir dari Forbes, Sabtu (5/11/2022)

Penyitaan aset itu bukanlah isapan jempol dan merupakan fakta tak terbantahkan kala itu, namun belum ada bukti yang meyakinkan apakah sudah dijual atau masih ditahan.

Ki berpendapat, jika Tiongkok masih menahan Bitcoin dan Ethereum itu, maka negara ini adalah salah satu crypto whale terbesar di dunia, bahkan melebihi aset kelolaan Coinbase dan Bitcoin milik Microstrategy.

“Kepemilikan crypto penambang ataupun investor institusi termasuk retail tentu tidaklah sebanding dengan milik pemerintah Tiongkok itu. Pemerintah Bulgaria saja memegang lebih dari 200.000 BTC”, ujar Ki Young Ju.

Berbagai cryptocurrency seperti Bitcoin, Ethereum dan lainnya merupakan aset digital yang disita para penegak hukum di berbagai belahan negara secara rutin.

Pemerintah Amerika Serikat telah menjual sebagian besar Bitcoin-nya lewat lelang. Termasuk yang berasal dari kasus peretasan Bitfinex dan SilkRoad Ross Ulbricht pada 2016 lalu.

Tapi, diperkirakan Negeri Paman Sam masih memegang Bitcoin dengan nilai lebih dari US$4 milyar.

Efek Crypto Whale Tiongkok Bagi Bitcoin

Ki Young Ju menyampaikan bahwa nilai Bitcoin turun dari US$30.000 ke US$17.000 diakibatkan kasus ambrolnya harga Terra LUNA pada tahun 2022, menyusul efek menguatnya dolar AS dampak kenaikan suku bunga acuan The Fed.

LUNA sekarang telah ambruk dan perusahaan asalnya Luna Foundation menimbun Bitcoin sebagai penopang Luna.

Nilainya setara dengan 80.000 Bitcoin sehingga crypto ini ikut terkena imbasnya. Jadi, kondisi Terra Luna bak ‘sudah jatuh tertimpa tangga’.

“Bayangkan, jika Tiongkok tiba-tiba menjual 194.000 Bitcoin. Itu jelas membunuh pasar crypto. Tentu efeknya selayaknya mimpi buruk,” tambah Ki Young Ju.

Akan tetapi, beberapa orang berspekuliasi, bahwa negeri pimpinan Xi Jinping ini telah menjual aset crypto tersebut.

Hal ini didukung pernyataan jurnalis lokal dan investor crypto yang menyatakan Tiongkok mungkin sudah bekerja sama dengan Huobi untuk menjual crypto itu secara bertahap dan sukses mengelabuhi sistem pelacakan di blockchain. [az]

Terkini

Warta Korporat

Terkait