Peneliti MIT Sebut Bitcoin Mining Bermanfaat, Tetapi…

Peneliti dari Institut Teknologi Massachusetts (Massachusetts Institute of Technology atau MIT) mengakui bahwa bitcoin mining bermanfaat, namun mereka menekankan perlunya pengawasan yang lebih ketat.

Seperti diketahui Bitcoin mining merupakan topik kontroversial dalam perdebatan karena konsumsi energinya yang signifikan.

Kalangan pendukung berpendapat bahwa Bitcoin mining menawarkan berbagai manfaat bagi iklim dan dapat berkontribusi pada stabilitas jaringan, mengurangi emisi metana, dan memperluas sumber energi terbarukan.

Melansir dari Bitcoinits, argumen pendukung tersebut yang kemudian hendak diuji para peneliti MIT.

“Dalam sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Christian Stoll, Lena Klaaßen, Ulrich Gallersdörfer, dan Alexander Neumülle, para peneliti memvalidasi argumen dari kedua belah pihak dan memberikan gambaran tentang sejauh mana dan sumber energi dari penambangan Bitcoin di Amerika Serikat,” tulis media crypto dalam pers, belum lama ini.

“Para peneliti MIT mengakui manfaat penyeimbangan jaringan, mitigasi metana dari penambangan Bitcoin dalam sebuah makalah baru,” pendiri dan CEO Satoshi Act, Dennis Porter, menulis melalui Twitter.

Dalam kajian peneliti tersebut, penambangan Bitcoin dapat berkontribusi pada stabilitas dan ketahanan jaringan, seperti yang ditunjukkan selama badai salju Elliott pada Desember 2022.

“Penambang Bitcoin membatasi sebanyak 100 Exahashes per detik (EH/s) – setara dengan 38 persen dari total hashrate jaringan Bitcoin pada hari itu,” dikutip dari catatan para peneliti MIT.

Kejadian ini mendukung argumen bahwa penambangan Bitcoin dapat memberikan operator jaringan dengan sumber daya yang dapat dengan cepat menyesuaikan penggunaan daya, menawarkan stabilitas selama periode permintaan tinggi atau tekanan jaringan.

Studi ini juga membahas potensi penambangan Bitcoin untuk mengurangi emisi metana, terutama dari pembakaran.

Para pendukung Bitcoin seperti Dennis Porter berargumen bahwa dengan memanfaatkan gas pembakaran yang terbuang sia-sia dalam generator listrik, emisi dapat dikurangi secara signifikan.

Para peneliti mengutip perkiraan industri yang menunjukkan potensi pengurangan emisi setara karbon dioksida (CO2e) sebesar 25 persen dibandingkan dengan pembakaran terbuka dan hingga 63 persen ketika memperhitungkan pemadaman pembakaran.

Peneliti MIT juga menyorot temuan yang menunjukkan efisiensi pembakaran yang lebih rendah dari yang diasumsikan, sehingga menghasilkan pengurangan emisi metana yang lebih kecil dari yang diharapkan.

Selain itu, penambangan Bitcoin menawarkan solusi potensial terhadap masalah sumur minyak dan gas yang ditinggalkan dan tidak tersegel.

“Pada tahun 2020, menurut penelitian EPA, Amerika Serikat memiliki 3.700.000 sumur yang ditinggalkan, di mana 59 persen tidak tersegel, mengeluarkan 6,9 juta ton setara karbon dioksida (MtCO2e) setiap tahun,” tulis mereka.

Dalam tinjauan peneliti, Bitcoin mining dengan sifatnya yang tidak terikat pada lokasi dan persyaratan sumber daya lokal yang minimal, dapat membantu mengatasi masalah ini.

Dengan beroperasi di dekat sumur yang ditinggalkan, penambang dapat mengubah energi yang terbuang sia-sia menjadi listrik, menghasilkan pendapatan, dan mendanai upaya penyegelan sumur sambil mengurangi dampak iklim.

Manfaat penambangan Bitcoin yang keempat adalah potensi untuk memfasilitasi ekspansi sumber energi terbarukan.

Para peneliti mengakui bahwa penambangan di lokasi terpencil dapat mengatasi tantangan yang terkait dengan integrasi sumber energi terbarukan yang intermittent ke dalam jaringan listrik.

Perlu Penelitian Lebih Lanjut Perihal Bitcoin Mining

Hasil studi lebih lanjut dari peneliti MIT, mendapati bahwa permintaan energi Bitcoin mining sangat besar.

“Permintaan daya penambang Bitcoin mencapai 15,4 gigawatt (GW) pada tanggal 25 Maret 2023,” tulis mereka.

Data ini menunjukkan kekhawatiran seputar dampak lingkungan dari penambangan dan sifatnya yang intensif energi. Para peneliti menyelidiki intensitas karbon dari listrik yang dikonsumsi oleh penambang di Amerika Serikat.

Berbeda dengan klaim industri tentang ketergantungan yang signifikan pada energi berkelanjutan, studi ini mengklaim bahwa intensitas karbon hampir setara dengan rata-rata jaringan listrik Amerika Serikat.

“Intensitas karbon dari listrik yang dikonsumsi… adalah 397 gCO2/kWh, hampir setara dengan rata-rata jaringan listrik Amerika Serikat sebesar 387 gCO2/kWh.”

Temuan ini menantang gagasan bahwa sebagian besar penambangan BTC (58,9 persen) menggunakan sumber energi terbarukan.

Selain itu, studi ini mengungkapkan besarnya emisi karbon yang disebabkan oleh sekelompok perusahaan penambangan yang terdaftar secara publik di Amerika Serikat.

“Emisi tahunan sebesar 7,2 MtCO2 yang disebabkan oleh 13 perusahaan penambangan yang dianalisis di Amerika Serikat saja melebihi emisi karbon Negara Bagian Vermont,” demikian dikutip dalam laporan mereka.

Pada dasarnya, studi para peneliti MIT memberikan analisis komprehensif tentang manfaat dan kelemahan yang terkait dengan penambangan BTC. Meskipun studi ini menemukan potensi manfaat iklim seperti stabilitas jaringan, pengurangan emisi metana, penyegelan sumur, dan ekspansi energi terbarukan, para peneliti menekankan perlunya penelitian lebih lanjut. [ab]

Terkini

Warta Korporat

Terkait