Pompliano: Harga Bitcoin Bisa US$100 Ribu pada 2021

Harga Bitcoin telah mengalami kenaikan luar biasa pada tahun 2019 ini. Harga Raja Kripto itu naik lebih dari 200 persen sejak awal tahun ini. Dalam 24 jam terakhir saja, Bitcoin naik hingga 9 persen, hingga ke US$11.700, setelah beberapa hari terjerembab di kisaran US$9.000-an. Pendiri Morgan Creek Digital, Anthony Pompliano mengatakan “pesta” baru saja dimulai dan memprakirakan bahwa harga Bitcoin akan mencapai US$100.000 pada akhir 2021.

Sama seperti penjelasan Pompliano sebelumnya, kepada CNN belum lama ini, ia mengatakan kenaikan harga Bitcoin disebabkan dua faktor utama, yakni kebijakan moneter Amerika Serikat yang mungkin akan relatif lebih longgar dan Bitcoin Reward Halving yang akan jatuh pada Mei/Juni 2020 mendatang.

Pendapat Pompliano serupa dengan pendapat Brendan Bernstein dari Tetras Capital dan hasil penelitian Delphi Digital beberapa waktu lalu. Menurut mereka, pelemahan ekonomi makro termasuk kebijakan moneter Bank Sentral AS dapat memicu kenaikan harga aset digital seperti Bitcoin.

Salah satu kebijakan moneter longgar yang dimaksud Pompliano adalah besarnya peluang Bank Sentral Amerika Serikat untuk kembali menurunkan suku bunga. Suku bunga pinjaman yang rendah menandakan adanya kontraksi ekonomi di Amerika Serikat, sehingga dianggap bisa merangsang jumlah pinjaman yang lebih tinggi dari masyarakat dan perusahaan. Atau dengan kata lain adanya tekanan inflasi semakin tinggi, yang mengakibatkan nilai uang dolar AS semakin berkurang.

“Setiap kali kita sampai pada periode resesi ekonomi atau adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi, Bank Sentral AS menggunakan dua strategi untuk mengatasinya: Pertama, mereka dapat memangkas suku bunga, seperti pada 31 Juli 2019 lalu, termasuk pada tahun 2008. Kedua, mereka dapat mencetak uang (quantitative easing). Jadi, ketika mereka melakukan kedua hal itu, biasanya dibutuhkan antara 6 hingga 18 bulan untuk merasakan efek kebijakan itu. Dan mungkin bertepatan Bitcoin Reward Halving,” kata Pompliano kepada CNN.

Bitcoin Reward Halving adalah rancang baku pada sistem uang elektronik peer-to-peer Bitcoin, di mana setiap 210.000 blok transaksi, imbalan (reward) Bitcoin kepada para penambang alias Bitcoin baru yang terbit, berkurang hingga separuh dari 12,5 BTC per 10 menit menjadi 6,25 BTC di periode serupa. 210.000 blok transaksi setara dengan periode 4 tahun. Bitcoin Reward Halving berikutnya yang diperkirakan jatuh pada Mei/Juni 2020 adalah untuk kali ketiga.

Kendati Bitcoin kian menjadi pilihan sebagai safe haven selain emas, tetapi Pompliano menjabarkan sejumlah kelemahan emas dibandingkan dengan Bitcoin.

“Bitcoin dan emas sama-sama bernilai tinggi. Tapi, ada sejumlah perbedaan penting antara emas dan Bitcoin. Pada Bitcoin, kita tahu persis berapa banyak yang telah atau sedang dibuat. Jadi, saat ini setiap 10 menit ada 12,5 BTC yang baru, maka dalam satu hari ada 1.800 Bitcoin baru yang tercipta. Dengan adanya Bitcoin Reward Halving yang berlangsung setiap 4 tahun sekali, maka kita tahu total pasokan Bitcoin secara total adalah 21 juta unit yang akan habis ditambang pada tahun 2140. Tapi, kalau emas, kita memang tahu pasokannya terbatas dan langka, tetapi kita tak tahu persis berapa jumlah cadangannya di dalam tanah sehingga dikatakan langka. Sedangkan Bitcoin kita tahu secara pasti berapa jumlah unit yang sedang beredar dan ditransaksikan jumlah unit yang akan tercipta di masa depan,” kata Pompliano.

Facebook-Libra Association yang membuat “mata uang kripto Libra” juga dianggap memicu kenaikan harga Bitcoin secara tak langsung pada 18 Juni 2019 lalu. Sebelum sidang Libra yang menghadirkan David Marcus dari Facebook, Presiden Trump melalui cuitannya juga secara tidak sengaja menggambarkan kegunaan dari uang yang tak diterbitkan oleh negara, seperti Bitcoin. Sedangkan sejumlah anggota Kongres AS pun menyadari bahwa mereka tidak akan dapat melarang Bitcoin dengan cara menerapkan kebijakan tertentu. [Forbes/red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait