Presiden Meksiko Justru Mendukung Dolar AS

Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador memberikan suara percaya atau mendukung dolar AS pada hari Senin (8/5/2023) setelah dia ditanya apakah pelemahan dolar dapat mendorong perpindahan dalam diversifikasi cadangan valuta asing Meksiko.

“Kita akan terus mempertimbangkan dolar sebagai mata uang utama di dunia,” kata Lopez Obrador dalam konferensi pers.

“Kita memiliki alasan yang cukup untuk tidak beralih ke mata uang lain,” katanya, menekankan hubungan ekonomi Meksiko yang semakin dekat dengan Amerika Serikat, dikutip dari Reuters.

Presiden Meksiko Mendukung Dolar AS

Amerika Serikat secara jauh merupakan mitra perdagangan terbesar Meksiko, dengan kedua ekonomi yang terintegrasi secara erat selama beberapa dekade di sektor-sektor yang mencakup energi, otomotif, dan pertanian.

Dolar tetap lemah terhadap sebagian besar mata uang utamanya pada hari Senin ketika kekhawatiran tentang potensi resesi di Amerika Serikat masih berlanjut.

Ditanya apakah dia akan merekomendasikan kepada bank sentral untuk mendiversifikasi cadangan valuta asing Meksiko, Lopez Obrador mengatakan:

“Bahkan dengan krisis keuangan di masa depan, dolar akan tetap menjadi mata uang yang paling penting di dunia,” ujarnya.

Meskipun ada kekhawatiran tentang resesi, indikator ekonomi positif membantu mendorong peso Meksiko pada Jumat ke level terkuatnya terhadap dolar sejak 2017.

Pernyataan presiden Meksiko ini mengikuti komentar dari Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, seorang kiri-tengah, di mana ia menyatakan dukungan untuk alternatif dolar AS dalam perdagangan dalam beberapa keadaan termasuk di Amerika Selatan.

Dedolarisasi Semakin Marak Dilakukan

Walaupun, Presiden Meksiko mendukung dolar AS. Namun, aksi dedolarisasi dengan mengurangi pengaruh dolar justru semakin marak dilakukan oleh beberapa negara.

Beberapa negara seperti Rusia dan China telah melakukan aksi dedolarisasi dengan mengurangi cadangan dolar mereka dan memperkuat mata uang domestik.

Negara-negara lain seperti Venezuela dan Iran juga telah mengambil tindakan serupa karena terkena sanksi internasional yang membatasi akses mereka terhadap dolar.

Biasanya kebijakan ini biasanya dilakukan oleh negara berkembang yang merasa bahwa terlalu bergantung pada dolar dapat memperburuk masalah ekonomi mereka.

Namun, negara besar seperti Cina dan Rusia juga ikut melakukan aksi tersebut. Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko terhadap fluktuasi nilai tukar dolar dan melindungi ekonomi negara dari tekanan yang terjadi di pasar global.

Secara keseluruhan, aksi dedolarisasi dapat menjadi strategi yang efektif untuk mengurangi ketergantungan pada mata uang dolar dan melindungi ekonomi negara dari risiko fluktuasi nilai tukar daripada mendukung dolar AS.

Namun, negara harus mempertimbangkan dampak jangka panjangnya dan melakukan kebijakan yang tepat untuk mengelola transisi dari ketergantungan dolar ke mata uang lain.

Namun, dedolarisasi juga dapat memiliki konsekuensi negatif seperti meningkatnya risiko keuangan, kurangnya likuiditas, dan penurunan daya tarik investor asing.

Oleh karena itu, kebijakan dedolarisasi harus dilakukan secara hati-hati dan terencana dengan mempertimbangkan dampak jangka panjangnya terhadap ekonomi negara. [az]

Terkini

Warta Korporat

Terkait