Riset: FTX dan Alameda Cacat Sejak Awal, Peran FTT Token Bikin Runyam

Hubungan antara FTX dan perusahaan rekanan Alameda Research tampaknya telah cacat sejak berdirinya bursa kripto tersebut. Demikian diungkap dalam riset, Nansen.

Dalam riset yang dilansir oleh Forbes belum lama ini, Nansen mendapati Token FTX (FTT) yang tampaknya menjadi inti dari masalah kedua perusahaan itu hingga kolaps. Dan, kini dampaknya juga menular kepada lebih dari 100 afiliasinya. 

Sebelumnya diberitakan, Alameda Research telah menarik dana pengguna FTX, tanpa sepengetahuan karyawan, investor, dan auditor yang terlibat dalam proses tersebut.

Hasil riset Nansen membenarkan laporan tersebut, yang mengamati aliran keluar token stablecoin besar yang tidak biasa dari FTX ke dompet Alameda selama periode waktu sebelum keruntuhannya.

“Semuanya terjadi di balik pintu tertutup seperti itu. Anda dapat mengatakan bahwa struktur organisasi dari seluruh desain tokenomik sangat cacat,” kata Sandra Leow, analis di Nansen. 

Kata Sandra, karena Alameda dan FTX memegang mayoritas pasokan FTT, jika satu entitas dipaksa untuk menjual kepemilikan FTT-nya, maka entitas lain dapat mengalami kerugian besar pada neraca keuangannya.

Kronologi Licik FTX-Alameda Naikkan Harga Token FTT

Dari hasil riset Nansen, diketahui bahwa Alameda menerima 5 juta FTT sebelum secara resmi dirilis pada 29 Juli 2019. 

Sebagai mitra hedge fund, Alameda kemudian mengirim token tersebut kembali ke FTX selang lima hari kemudian. 

“Ada dua penjelasan yang masuk akal untuk transaksi tersebut. Salah satunya adalah Alameda berfungsi sebagai market maker untuk FTT, yang mulai diperdagangkan dengan harga US$1,70. Namun, muncul kecurigaan bahwa strategi tersebut memungkinkan crypto exchange untuk membuang token FTT ke pelanggan ritel dengan harga tinggi” sebut Nansen.

Nansen melacak arus masuk sebesar 163 juta FTT, bernilai sekitar US$4 miliar berdasarkan harga pada saat itu, dari Alameda ke FTX. 

Juga pada pertengahan Juni ini, di puncak keruntuhan Three Arrows Capital, Alameda menerima  FTT yang besar dari lima entitas, termasuk dari Huobi dan Genesis Trading. 

“Volume transfer on-chain yang signifikan menunjukkan bahwa Genesis bisa menjadi pemberi pinjaman utama untuk Alameda,” kata Nansen.

Riset tersebut diakhiri dengan melacak kejatuhan terakhir FTX dan Alameda, yang dipicu oleh Binance, yang memegang lebih dari US$500 juta FTT, di mana Binance berencana untuk melikuidasi token FTT, yang dibeli dari FTX, di pasar terbuka. 

Sebelumnya, CEO Alameda Caroline Ellison menawarkan untuk membeli saham Binance seharga US$22 per token.

Ellison sepertinya sengaja memilih titik harga ini, untuk menghindari margin call terhadap pinjaman eksternal yang dijamin oleh FTT.

Ironisnya, laporan tersebut mencatat bahwa Alameda kemungkinan besar tidak memiliki likuiditas untuk membiayai pembelian semacam itu jika Binance telah menyetujuinya. 

Nansen menyimpulkan, keruntuhan FTX bagaimanapun juga menimbulkan ketakutan yang semakin besar di antara para pelaku pasar crypto, baik investor maupun trader

“Jika ada, situasi ini hanya memperkuat kebutuhan akan lebih banyak transparansi dalam kripto,” terang mereka. [ab]

Terkini

Warta Korporat

Terkait