Pada 30 Desember 2020 lalu, perusahaan peneliti Glassnode mengungkapkan bahwa hanya 4,2 juta Bitcoin (BTC) yang bersifat likuid dari 18,5 juta BTC saat ini yang beredar (circulating supply). Selebihnya, sekitar 14,5 juta BTC bersifat “tidak likuid”, karena di-hold.
“Likuiditas Bitcoin didefinisikan sebagai nisbah (ratio) rata-rata BTC yang diterima dan dikirim oleh pemiliknya. Saat ini, sekitar 14,5 juta BTC masuk golongan tidak likuid, sehingga hanya 4,2 juta BTC yang beredar secara konstan dan tersedia untuk diperdagangkan,” jelas Glassnode.
Terpantau hari ini di Coinmarketcap, 4 Januari 2021 pukul 14:22 WIB, pasokan beredar Bitcoin adalah 18.590.175 BTC.
Pernyataan Glassnode mengindikasikan, bahwa tekanan jual terhadap Bitcoin mungkin akan semakin kecil. Dari 14,2 juta BTC itu pula, yang disebut tidak likuid, sebagian bisa saja tidak dapat diakses karena pemiliknya lupa private key atas wallet-nya, atau pula bisa saja sang pemilik sudah meninggal dunia alias “aset beku”.
78% of the circulating #Bitcoin supply is illiquid and therefore hardly accessible for buying.
This points to a bullish investor sentiment as large amounts of $BTC are being hoarded – which reduces sell pressure.
Full report: https://t.co/nohmLNNJ7U
Highlights below 👇
— glassnode (@glassnode) December 29, 2020
Protokol Bitcoin memiliki keunggulan sistem yang terbukti secara matematis serta memungkinkan jumlah unit BTC menjadi langka. Satoshi Nakamoto menentukan batas pasokan maksimal hanya 21 juta BTC, dan saat ini beredar sekitar 18,5 BTC.
Soal pasokan Bitcoin, periset dari perusahaan analisis Glassnode menyebutkan, bahwa jumlah BTC yang likuid dan tidak likuid.
Data tersebut menemukan bahwa sekitar 78 persen dari pasokan beredar Bitcoin tidak likuid dan hanya 4,2 juta BTC yang beredar secara konstan.
Kendati bursa-bursa aset kripto memiliki jumlah Bitcoin banyak untuk diperjualbelikan, menurut Glassnode, 78 persen dari pasokan beredar saat ini bersifat tidak likuid.
Maksudnya adalah, besaran 78 persen itu tidak tersedia untuk dibeli, menandakan sentimen positif dari investor, sebab sebagian besar BTC disimpan sehingga mengurangi tekanan jual.
Data on-chain menandakan tren positif di harga aset kripto saat ini didorong oleh isu likuiditas.
Selama setahun terakhir, lembaga keuangan besar dan pengelola hedge fund ternama membeli Bitcoin dalam jumlah banyak.
Daftar perusahaan dengan Bitcoin dalam perbendaharaannya meningkat pesat tahun ini, di mana 29 perusahaan tenar membeli total 1,1 juta BTC untuk disimpan sebagai aset cadangannya agar nilai uangnya tidak tergerus pelemahan nilai dolar AS.
Periset Glassnode menambahkan, selama tahun 2020, total 1 juta BTC menjadi tidak likuid. Ini menandakan semakin banyak investor yang menyimpannya. Hal ini dapat ditafsirkan, bahwa bull run saat ini tampaknya didorong oleh krisis likuiditas. Dan berlanjut pada awal tahun 2021 ini.
Glassnode menyimpulkan jumlah Bitcoin likuid dan tidak likuid dalam peredaran memiliki tautan jelas dengan pasar Bitcoin.
Data menunjukkan, sejak tahun 2017 pasokan Bitcoin tidak likuid menggelembung lebih dari Bitcoin yang diterbikan oleh para penambang. Pola ini sebelumnya terjadi pada bull market tahun 2017 silam.
Menurut data Bituniverse yang bersumber dari Peckshield, Etherscan dan Chain.info, bursa-bursa aset kripto menyimpan lebih sedikit Bitcoin dibanding tahun lalu.
Coinbase tercatat memiliki simpanan terbesar, yakni 870 ribu BTC, disusul oleh Huobi dengan 252 ribu BTC, Binance 215 BTC, Bitfinex 142 BTC dan Kraken 137 BTC. [news.bitcoin.com/ed]