Short Squeeze Membuat Bitcoin Meroket, Altcoin Bisa Menyusul Juga

Pergerakan harga Bitcoin (BTC) yang tiba-tiba melonjak kembali menjadi sorotan utama. Kanal YouTube DataDash melaporkan bahwa lonjakan tersebut terjadi akibat fenomena short squeeze, ketika mayoritas trader yang membuka posisi jual terpaksa menutup posisi karena lonjakan harga, yang justru mendorong harga lebih tinggi lagi.

Peristiwa ini membawa Bitcoin kembali ke kisaran harga tinggi yang sudah dipantau sejak akhir Maret, saat kuartal kedua dimulai.

Di sisi lain, emas juga mencetak rekor tertinggi baru di US$3.500, memperkuat dugaan bahwa aset-aset alternatif tengah mengalami pelepasan dari korelasi tradisional terhadap pasar saham. Apakah ini berarti Bitcoin benar-benar mulai “mandiri” dari dinamika pasar tradisional?

Titik Kritis Bitcoin di US$93.000

Menurut Paul, analis utama di DataDash, level US$93.000 menjadi titik penting yang perlu diperhatikan. Jika harga menembus dan mampu bertahan di atas area ini, maka peluang pergerakan lanjutan ke kisaran US$96.000 hingga US$98.000 menjadi semakin besar.

Ini adalah zona yang disebutnya sebagai gold pocket, alias area teknikal yang sering menjadi titik balik harga.

Namun demikian, ada juga risiko yang tak bisa diabaikan. Jika harga justru terpental di area ini dan membentuk lower high, maka skenario bearish bisa muncul.

“Ini bisa menjadi tanda penolakan signifikan yang berujung pada kembalinya harga ke bawah US$80.000,” ujar Paul.

Altcoin Masih Diskon?

Meski Bitcoin tengah menjadi pusat perhatian, Paul juga menyoroti bahwa banyak altcoin saat ini masih berada di titik harga yang terdiskon. Jika BTC berhasil melampaui US$98.000 dan bertahan, altcoin diyakini akan ikut mengalami lonjakan.

Namun, ia juga mengingatkan bahwa saat ini adalah masa yang rawan, terutama menjelang bulan Mei yang kerap dikenal sebagai periode volatil dalam dunia investasi.

“Beberapa orang bahkan bercanda bahwa Konferensi Bitcoin biasanya menandai puncak lokal harga. Jadi, tetap waspada,” tambahnya.

Ethereum Mengincar US$3.100

Sementara itu, Ethereum juga mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Setelah beberapa pekan bertahan di bawah resistance kuat di US$1.670, kini ETH berhasil menembusnya. Target berikutnya? US$2.000 sebagai pivot bulanan dan potensi ke US$3.100 jika tren terus berlanjut.

Paul menyebutkan bahwa ETH menunjukkan pola mirip dengan Bitcoin pada masa pasca-kejatuhan FTX tahun 2022, yakni turun perlahan, kemudian melonjak tajam. Ia menggambarkannya sebagai pola “turun pakai tangga, naik pakai lift.”

S&P 500 Masih Bertahan

Beralih ke pasar saham, ETF SPY yang merepresentasikan indeks S&P 500 juga menarik untuk diperhatikan. Setelah koreksi karena isu tarif perdagangan, indeks ini justru memantul dari area teknikal penting dan menunjukkan stabilitas.

Jika tren ini terus berlanjut, bisa jadi SPY ikut mendukung sentimen positif yang saat ini tengah menaungi pasar kripto.

Yang menarik, lonjakan Bitcoin kali ini terjadi nyaris tanpa pemicu berita besar. Ini menunjukkan bahwa faktor teknikal benar-benar menjadi penggerak utama.

“Tidak ada narasi besar. Hanya permainan teknikal yang sangat jelas dan banyak orang yang tertangkap basah,” ujar Paul.

Meski demikian, ia mengingatkan bahwa pasar kripto tidak bisa diprediksi hanya dari satu sisi. Setiap pergerakan besar harus dilihat dalam konteks yang lebih luas, termasuk potensi koreksi jangka pendek.

“Pasar itu seperti permainan arus, yang ada naik, ada turun dan sebagian besar waktu kita hanya melihat harga bergerak mendatar,” ujarnya menutup analisisnya. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait