Siklus 4 Tahun Bitcoin Masih Berlaku? Bukti Baru Bikin Kaget

Bitcoin selalu dikenal dengan pola siklus empat tahunan yang berulang, didorong oleh peristiwa halving yang mengurangi pasokan baru. Selama lebih dari satu dekade, siklus ini telah menjadi acuan utama bagi para investor dan analis dalam memprediksi pergerakan pasar.

Namun, dalam video terbaru yang diunggah oleh Lark Davis, ia mengungkapkan alasan mengapa siklus ini mungkin sudah tidak berlaku lagi di kondisi pasar saat ini.

Bitcoin Kini Berada di Kelas yang Berbeda

Menurut Lark Davis, Bitcoin tidak lagi berada di skala yang sama seperti beberapa tahun lalu. Dahulu, aset ini sering dianggap sebagai alat transaksi untuk kegiatan ilegal dan dipandang sebelah mata oleh institusi keuangan besar. Namun, keadaan sudah berubah drastis.

Saat ini, Bitcoin memiliki kapitalisasi pasar mendekati US$2 triliun dan menarik perhatian lembaga keuangan global, termasuk BlackRock, Larry Fink, serta pemerintah dan bank sentral di berbagai negara.

Perusahaan-perusahaan besar mulai menambah Bitcoin ke dalam portofolio mereka, sementara ETF Bitcoin telah mengalami arus masuk dana yang sangat besar, mencapai US$40 miliar dalam satu tahun terakhir.

“Bitcoin telah berubah dari aset spekulatif menjadi alat investasi utama bagi korporasi dan bahkan negara,” ujar Davis.

Perubahan ini berdampak besar pada dinamika pasar. Dulu, investor ritel memiliki peran dominan dalam menggerakkan harga Bitcoin. Namun, kini, pembeli utama adalah institusi keuangan yang memiliki proses akumulasi lebih lambat dan terstruktur, berbeda dengan investor individu yang lebih reaktif.

Siklus yang Semakin Sulit Diprediksi

Salah satu faktor utama yang dipertanyakan Davis adalah validitas siklus empat tahunan di masa depan. Ia menyoroti bahwa sejak peluncurannya pada 2009, Bitcoin sebenarnya baru mengalami empat siklus penuh, jumlah yang terlalu sedikit untuk menjadi dasar prediksi jangka panjang.

Selain itu, semakin banyaknya Bitcoin yang sudah ditambang juga berkontribusi pada perubahan ini. Seiring dengan bertambahnya distribusi dan semakin berkurangnya jumlah Bitcoin yang tersisa untuk ditambang, dampak halving kemungkinan akan semakin melemah.

Davis juga mengaitkan perubahan ini dengan teori Perez Technological Surge Cycle, yang menunjukkan bagaimana teknologi baru biasanya mengalami fase awal yang penuh gejolak, diikuti oleh periode stabilitas saat adopsinya semakin luas.

Jika teori ini benar, Bitcoin mungkin sudah mulai beralih dari fase spekulatif menuju fase stabilitas yang lebih mirip dengan aset tradisional seperti emas.

Perubahan Pola Psikologi Pasar

Salah satu alasan lain mengapa siklus empat tahunan bisa terganggu adalah meningkatnya kesadaran investor terhadap pola tersebut. Jika semua orang sudah mengetahui bahwa harga Bitcoin akan naik setelah halving, maka perilaku pasar bisa berubah drastis.

“Jika semua orang menunggu untuk membeli dan menjual di waktu yang sama, maka pola lama bisa tidak berlaku lagi,” ujar Davis.

Ia menyoroti bahwa kita mulai melihat siklus yang lebih cepat dan volatil, dengan rotasi tren yang hanya bertahan beberapa bulan atau bahkan beberapa minggu. Sebagai contoh, aset-aset berbasis kecerdasan buatan (AI) dan aset dunia nyata (RWA) mengalami lonjakan harga dalam waktu singkat sebelum mengalami koreksi tajam.

Selain itu, peran institusi keuangan juga berkontribusi terhadap perbedaan pola ini. Tidak seperti investor ritel yang cenderung melakukan spekulasi pada altcoin setelah Bitcoin naik, investor institusional lebih cenderung membeli dan menyimpan Bitcoin dalam jumlah besar tanpa mengalihkan dana ke aset lain.

Hal ini bisa mengurangi kemungkinan terjadinya altcoin season seperti yang terjadi di siklus sebelumnya.

Davis menegaskan bahwa meskipun siklus mungkin berubah, beberapa aspek utama dari pasar tetap berlaku. Seperti halnya siklus ekonomi dan properti, pasar kripto akan tetap mengalami periode ekspansi dan kontraksi, meskipun dalam bentuk yang berbeda dari sebelumnya.

Perbedaan utamanya adalah Bitcoin kini lebih stabil dibandingkan aset kripto lainnya. Koreksi tetap terjadi, tetapi kecil kemungkinannya terjadi penurunan besar seperti di tahun-tahun sebelumnya.

“Bitcoin sekarang lebih mirip emas, dengan pergerakan harga yang lebih tenang dibandingkan aset kripto lainnya,” tambah Davis.

Dengan semakin banyaknya Bitcoin yang terkunci dalam ETF dan portofolio institusional, tekanan jual yang besar di masa depan juga akan berkurang. Hal ini bisa membuat pergerakan harga lebih terkendali, meskipun volatilitas tetap menjadi bagian dari dinamika pasar kripto. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait