Sinyal Kuat Dolar AS Berpotensi Semakin Berdarah dalam 5 Tahun

Di tengah kekhawatiran hiperinflasi, seorang Manajer Investasi melihat adanya sinyal kuat dolar AS akan kian berdarah dalam 5 tahun ke depan.

Sejak akhir September 2022, indeks dolar AS condong mengarah ke Selatan, telah terdepresiasi lebih dari 10 persen sejak saat itu.

Pendiri dan Manajer investasi di Equity Management Associates (EMA) Larry Lepard melihat adanya peluang kemerosotan pada nilai mata uang AS dalam 5 hingga 10 tahun ke depan.

Sinyal Kuat Kemerosotan Dolar AS 

Berdasarkan laporan Bitcoin News, Lepard mengungkapkan pandangannya dalam wawancara bersama Kitco News, menyikapi sentimen global yang kini menjadi perhatian utama para investor.

“Saya sangat nyaman mengatakan dolar AS akan direstrukturisasi secara efektif atau telah kehilangan sebagian besar nilainya dalam 10 tahun, dan saya pikir, sejujurnya, bahkan bisa lebih pendek dari itu. Tebakan rata-rata saya adalah sekitar lima tahun,” ujar Lepard.

Prediksi tersebut ia simpulkan berdasarkan sejarah dan peristiwa mata uang negara lain dan mengamati berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk setiap fase.

Menurut Lepard, AS telah melakukan tindakan yang sangat bodoh di tengah konflik Ukraina dan Rusia, yakni menyita cadangan Rusia senilai US$600 milyar.

“Hal semacam itu memulai kami pada apa yang saya lihat sebagai putaran penurunan nilai mata uang berikutnya, dan kami sekarang melihat semuanya menggelembung perlahan tapi pasti mengempis,” tambahnya.

Selain itu, Lepard juga menyoroti inflasi, yang menurutnya itu akan membuat ekonomi AS kian buruk karena itu akan kian berlanjut ke depannya.

Dengan prediksi sinyal kuat jatuhnya dolar AS, Lepard menilai emas dan Bitcoin cocok untuk dijadikan safe haven karena keduanya adalah uang yang sehat.

“Rata-rata investor di Amerika Serikat telah diberi tahu bahwa beli saham, beli obligasi, jangan khawatir tentang mata uangnya. Saya pikir itu titik buta yang besar karena menurut saya mata uang memiliki risiko penurunan nilai yang sangat besar, dan rata-rata investor yang memiliki portofolio 60-40, jika mereka tidak memegang emas dan mereka tidak memegang Bitcoin, mereka akan sangat menderita dalam 10 atau 15 tahun ke depan,” ujarnya.

Ia pun menilai investor yang memegang banyak obligasi dalam portofolionya akan mengalami kerugian besar karena obligasi memiliki kemampuan yang rendah untuk mempertahankan daya beli riilnya.

Lepard juga menyoroti runtuhnya beberapa bank AS seperti Signature dan SVB, menilai itu akan memicu orang-orang untuk mencari alternatif dari dolar AS. [st]

 

Terkini

Warta Korporat

Terkait