Sosok Larry Ellison, Pendiri Oracle yang Disebut-sebut Akan Membeli Bitcoin

Penghayat Bitcoin yang juga penyiar di Russian Television (RT), Max Keiser, mengklaim punya informasi yang dapat dipercaya bahwa Larry Ellison, pendiri perusahaan multinasional Oracle juga akan membeli Bitcoin, termasuk atas nama perusahaannya sendiri.

Asal tahu saja, Larry Ellison adalah salah satu pemegang saham di perusahaan Tesla. Berdiri sejak tahun 1977, Oracle adalah salah perusahaan peranti lunak terbesar di dunia, dengan pendapatan pada tahun 2020 mencapai US$39,07 milyar.

Swan Bitcoin menyebutkan bahwa Oracle sendiri memiliki US$40 miliar dalam bentuk tunai di neraca mereka.

Sejak tahun 2018, Ellison adalah salah seorang pemegang saham individu di Tesla, perusahaan yang didirikan oleh Elon Musk. Ellison juga duduk sebagai direktur dan penasihat Tesla.

Siapakah sosok Larry Ellison (76), yang awal-awal kejayaan perusahaannya ditentukan oleh kerjasama eratnya dengan CIA di masa lalu?

“I’m addicted to winning. The more you win, the more you want to win.

Itu adalah kalimat Bos Oracle yang sangat terkenal, mencerminkan kerja keras dan buah kecerdasan otaknya.

Sejumlah produk perusahaan mereka yang digunakan luas adalah MySQL, OpenOffice (dikembangkan tahun 2010-2011, selanjutnya dikembangkan oleh Apache), Java dan VirtualBox.

Lawrence Joseph Ellison, lahir 17 Agustus 1944 adalah seorang tokoh bisnis, investor, dan dermawan Amerika yang merupakan salah seorang pendiri, dan CTO Oracle Corporation.

Pada Oktober 2019, oleh Forbes ia didapuk sebagai orang terkaya keempat di Amerika Serikat dan sebagai orang terkaya keenam di dunia, dengan kekayaan US$69,1 miliar, meningkat dari US$54,5 miliar pada tahun 2018.

Ia juga pemilik pulau terbesar ke-41 di Amerika Serikat, Lanai di Kepulauan Hawaii dengan populasi lebih dari 3000 jiwa.

Pulau Lanai di Kepulauan Hawaii.

Kisah Hari Jadi 2016
Hari jadi Oracle, 16 Juni 2016 silam barangkali menjadi hari penting bagi Larry Ellison tatkala ia mengumumkan kepada dunia, bahwa perusahaan yang didirikannya itu, mencetak pendapatan sebesar US$10,6 miliar atau sekitar Rp139 triliun kala itu, selama kuartal keempat, tahun fiskal 2016 per 31 Mei.

Dengan laba bersih US$2,8 miliar, Oracle tampaknya cukup senang dengan kenaikan laba 1 persen berbanding kuartal sebelumnya. Pendapatan itu melampaui prediksi kantor berita Reuters sebesar US$10,47 miliar.

Bahkan satu hari setelah pengumuman itu harga saham Oracle (ORCL) di New York Stock Exchange naik 2 persen per lembar.

Kabar terperinci yang tak kalah bikin gembira dan akan menjadi acuan Oracle di masa depan adalah peningkatan pembelian produk cloud computing (komputasi awan).

Berdasarkan laporan keuangan resmi yang dirilis Oracle, peningkatan pendapatan itu didorong oleh penguatan pembelian produk komputasi awan dan on-premise software, yang jikalau digabung mencapai  US$8,4 miliar (80 persen dari keseluruhan produk Oracle).

Khusus produk cloud software as a service (SaaS) dan platform as a service (PaaS), meraup US$690 juta atau naik secara signifikan berbanding kuartal sebelumnya yang mencapai US$416.

Jumlah pelanggan kedua produk ini bertambah di masa itu, masing-masing 1.600 dan 2.000 pelanggan.

Dengan demikian selama setahun, untuk kedua-dua produk ini, Oracle membukukan pendapatan hingga US$2,2 miliar atau naik 49 persen, dengan laba bersih perusahaan dari keseluruhan produk mencapai US$8,9 miliar.

Itu cerita tahun 2016, ketika produk komputer cloud semakin berjaya. Dan hari ini pasar cloud tak sedikit berubah, malah terus naik dengan sejumlah pemain yang semakin banyak dengan fitur tambahan, termasuk pengayaan teknologi blockchain di dalamnya.

Ambisi US$10 Miliar
Larry Ellison memang berambisi menjadikan Oracle sebagai perusahaan komputasi awan pertama di dunia yang mampu membukukan pendapatan hingga US$10 miliar.

Itu bermakna Oracle harus bersaing ketat dengan Amazon Web Service dan Microsoft Azure yang telah menerapkan teknologi blockchain Ethereum ke dalam layanan komputasi awannya.

Sebagai catatan, pada Januari 2016, Amazon melaporkan Amazon Web Services membukukan pendapatan hingga US$7,8 miliar.

Sementara itu pada Maret 2016, Morgan Stanley memprediksi Microsoft mampu bersaing dengan peningkatan pendapatan hingga 30 persen pada 2018.

Laporan International Data Corporation (IDC) pada Januari 2016, memperkirakan pertumbuhan layanan komputasi awan di tingkatan global akan mencapai US$141 miliar pada 2019.

Semangat Berkompetisi
Sebagai salah seorang pendiri, Ellison sendiri menguasai 26 persen dari total saham Oracle. Ditambah beberapa kompensasi lain, menjadikan Ellison sebagai CEO berpenghasilan tertinggi di dunia, yaitu Rp2,1 triliun pada 2008, berdasarkan hasil riset The Corporate Library.

Pada awal 2016 Forbes mencatat Ellison di peringat ke-7, sebagai orang terkaya di dunia, dengan total kekayaan US$43,6 miliar.

Ia satu peringkat di bawah Mark Zuckerberg pendiri Facebook. Per 30 Juni 2016, Ellison kaya dengan US$49,7 miliar.

Di Amerika Serikat Ellison bertengger di peringkat ke-5 sebagai orang terkaya dan peringkat ke-58 sebagai orang berkuasa di dunia (2013) versi Forbes.

Per 5 Desember 2020, Ellison dan Musk Forbes menyebutkan mereka bertambah kaya hingga US$5 milyar, gara-gara harga saham melejit pada pekan itu.

Pendidikan Tinggi
Lika-liku hidup Ellison sungguh menarik. Khusus soal “ketidakhandalannya” dalam menempuh pendidikan tinggi, ia serupa dengan pengusaha kelas dunia lainnya, seperti Bill Gates, Mark Zuckerberg, Steve Jobs, dan Michael Dell.

Steve Jobs sendiri adalah sahabat kental Ellison, karena mereka rumah mereka berdekatan. Ellison sendiri mengakui bahwa Steve Jobs adalah sumber inspirasi dalam menggapai cita-citanya.

Ellison lahir di New York, tetapi besar bersama bibi dan pamannya, imigran Rusia-Yahudi di Chicago.

Ia pernah dua kali drop-out dari perguruan tinggi (University of Chicago dan University of Illinois), sebelum pindah ke California pada 1966 di usia 22 tahun.

Di negara bagian Amerika Serikat itu ia pernah bekerja sebagai programer di Amdhal, produsen komputer mainframe dan Ampex.

Ketika itu mempelajari secara mendalam bahasa pemrograman SQL yang dibuat IBM. SQL itulah yang menjadi fondasi produk database milik Oracle ketika didirikan pada 1977 bersama mantan bos Ellison di Amdahl, yaitu Robert Miner. Kedua orang itu menggandeng Ed Oates dan Bruce Scott.

Pada September 2014, kepada Businessinsider.com, Ellison mengakui bahwa pelanggan pertamanya ketika Oracle didirikan adalah badan intelijen AS, CIA.

Dengan trik dagang agak “nakal” peranti lunak database yang dijual kepada CIA ketika itu diklaim sebagai versi 2.

Padahal sesungguhnya baru versi 1. Sebab Ellison paham, calon pelanggan pasti enggan membeli peranti lunak versi 1 yang dinilai baru kali pertama berjalan.

Ellison juga mengatakan produknya dijalankan di perangkat komputer tercanggih di masa itu, yaitu komputer mini buatan DEC (Digital Equipment) dan mainframe besutan IBM.

Nama Oracle sendiri bukanlah nama awal perusahaan Ellison dan kawan-kawannya. Mereka menamakan perusahannya sebagai Software Development Labs.

Singkat cerita CIA tertarik menyewa perusahaan kecil itu untuk mengembangkan jenis database baru yang diberi kode “Oracle”.

Selepas beberapa tahun, berkat hasil penjualan yang baik bersama IBM, Ellison dan kawan-kawan mengubah nama perusahannya sebagai Oracle.

Sekarang Oracle mencatat pendapatan jauh dari apa yang diperkirakan Ellison sendiri. Teknologi hasil buatannya pun diterapkan secara luas mulai dari kartu kredit, sistem pemesanan tiket pesawat terbang, hingga sistem pembelian resep obat-obatan.

Setelah lebih dari4 dekade di Oracle dan mencapai kesuksesan yang didambakan orang banyak, Ellison masih bersemangat bekerja setiap hari.

Apa yang membuatnya demikian hanyalah satu: menyukai kompetisi. “Saya candu untuk menang. Semakin sering Anda menang, semakin ingin kita untuk menang lagi,” kata Ellison kepada Businessinsider.com pada  April 2014.

Nah, semangat itu, dicapai Ellison dengan cara menguji secara terus menerus batas kemampuan dan belajarnya. Dengan demikian, katanya, Ellison bisa “menggerakkan dunia”, membuat perbedaan dan mengubah kehidupan.

Kiat Ellison Mengubah Dunia

Kaya dan Dermawan. Ellison memang kaya raya, melebihi gaji para eksekutif perusahaan besar lainnya. Namun demikian, ia berderma di bidang penelitian medis dan energi ramah lingkungan.

Kepada University of Southern California ia pernah mendonasikan US$200 juta sebagai dana penelitian dalam mengembangkan teknologi penyembuhan kanker. Bahkan sikap dermawan itu semakin menonjol setelah menuruti saran Bill Gates dan Warren Buffet, yang juga sama-sama sebagai filantropis.

Buat Aturan Sendiri. Setelah tim perahu layar Oracle menyabet kemenangan di America’s Cup 2010, pada kompetisi 2013 Ellison memutuskan untuk membeli perahu yang paling mahal dan cepat, tetapi dengan risiko tinggi.

Akhirnya Andrew Simpson, sang kapten meninggal dunia dalam sesi latihan. Tim Oracle juga pernah dituduh berlaku curang dalam perlombaan itu.

Serang Para Pesaing. Oracle sering membuat iklan yang kerap menyerang pesaingnya secara terang-terangan. Misalnya pada 2013 Oracle memasang iklan yang menyatakan produk peranti keras Oracle lebih murah dan lebih cepat daripada milik IBM.

Saking kontroversialnya, iklan itu mendorong National Advertising Divisioan Amerika Serikat meminta Federal Trade Commision melakukan penyelidikan khusus terhadap iklan itu.

Nikmati Uangmu. Ellison menikmati kekayaannya dengan membeli beberapa mansion, klub golf, membuat turnamen tenis dan yachts.

Dia juga mengoleksi beberapa pesawat terbang (dua di antaranya adalah jet militer), perahu, mobil, dan beragam karya seni.

Ellison bahkan memiliki dua maskapai penerbangan, dan sebuah Pulau Lanai di Hawai. Oleh Ellison, Lanai dijadikan sebagai model berkesinambungan untuk hidup dan bertani. Dia juga tidak lupa membuat sebuah bar, khusus diperuntukkan bagi orang-orang kaya lainnya di bidang teknologi.

Berinovasi untuk Bertahan. Melebarkan sayap sebagai perusahaan peranti lunak ternama di permukaan Bumi, Oracle berani membeli PeopleSoft senilai US$10,3 miliar.

Pada tahun 2010 Oracle mengakuisisi Sun Microsystems, yang dianggap Ellison sebagai perusahaan yang tidak tahu bagaimana caranya terus berkembang.

Ellison memberikan pelajaran kepada dunia, bahwa sebesar apapun perusahaan, satu-satunya cara agar dapat bertahan adalah dengan cara berinovasi.

Inovasi bagi Ellison juga adalah sebentuk visi yang tajam dalam melihat berbagai peluang. Itulah sebabnya dia menyuntikkan modal tidak kecil kepada Salesforce.com dan NetSuite dalam mengembangkan lebih luas soal komputasi awan.

Namun demikian ambisi Ellison menjadi pemenang dalam perkara hak cipta Java di Android besutan Google harus ia terima sebagai cermin untuk berinovasi. [red]

Rujukan

  • http://investor.oracle.com/financial-news/financial-news-details/2016/Q4-FY16-SaaS-and-PaaS-Revenues-Were-Up-66-and-Up-68-in-Constant-Currency/default.aspx
  • http://www.forbes.com/sites/louiscolumbus/2014/03/14/roundup-of-cloud-computing-forecasts-and-market-estimates-2014/
  • http://www.forbes.com/profile/larry-ellison/
  • http://www.businessinsider.co.id/the-cia-made-larry-ellison-a-billionaire-2014-9/?r=US&IR=T#.V3TdXNKumKI
  • http://www.businessinsider.co.id/11-things-larry-ellison-taught-the-world-2014-4/?_ga=1.230987295.1296092333.1467274493?r=US&IR=T#.V3TV2tKumKI
  • http://www.businessinsider.com/the-life-and-awesomeness-of-larry-ellison-2011-12?IR=T&op=1?r=US&IR=T#you-know-youre-rich-when-you-pay-43-million-for-green-fees-6
  • http://www.forbes.com/sites/louiscolumbus/2016/03/13/roundup-of-cloud-computing-forecasts-and-market-estimates-2016/#4598f8e774b0

Terkini

Warta Korporat

Terkait