Tambang Bitcoin Tiongkok Ditutup, Robby Pendiri Rekeningku.com: Itu Justru Baik

Robby, Pendiri dan Direktur bursa aset kripto Rekeningku.com, mengatakan bahwa tambang Bitcoin yang dipaksa tutup oleh Pemerintah Tiongkok, justru baik bagi perkembangan Bitcoin itu sendiri. Dia juga menyarankan terus mengakumulasi kripto nomor wahid itu.

Setidaknya sejak April 2021, Pemerintah Tiongkok mengeluarkan kebijakan baru terkait kripto. Pertama dan paling utama adalah menutup akses perbankan dan jenis layanan keuangan kepada warga Tiongkok terkait kripto.

Hal itu tak memungkinkan lagi warga Tiongkok untuk menukar hasil penjualan kripto di bursa kripto menjadi yuan dan masuk di rekening bank masing-masing.

Kedua, semua tambang kripto, khususnya Bitcoin, yang beroperasi di Negeri Tirai Bambu itu sejak lama, ditutup.

Alasan utama adalah tambang Bitcoin memakan sumber energi listrik yang sangat banyak, sehingga mengganggu pasokan daya ke industri lain yang lebih memerlukan, termasuk untuk mengurangi emisi karbon.

Tambang Bitcoin Ditutup, Pengelolanya Hijrah

Akibatnya, sejumlah besar penambang Bitcoin dari negeri pimpinan Xi Jinping itu akhirnya hijrah ke negeri lain. Ada yang ke Amerika Serikat, Iran, dan terdekat ke Kazakhstan.

Namun bagi Robby, Pendiri dan Direktur Rekeningku.com, keputusan Tiongkok itu dianggap cerita lama. Hanya saja ini lebih berskala luas dan berdampak cukup serius terhadap pasar kripto.

“Kebijakan terbaru ini pada dasarnya sama sejak tahun 2013 dan tahun 2017 silam. Hanya saja kali ini lebih luas, karena yang jadi sasaran adalah penambang Bitcoin. Namun demikian ini tak berlangsung lama dan justru baik, karena konsentrasi penambang secara global tak hanya di Tiongkok saja, melainkan lebih terdistribusi di negara lain,” kata Robby di Youtube Channel “Waktunya Investasi Bitcoin”, Rabu (21/7/2021) lalu.

Tegasnya lagi, pelarangan itu tak berarti Tiongkok membenci aktivitas penambangan Bitcoin. Bagi Robby, itu karena pemerintah merasa kesulitan untuk memantau dan mengontrol transaksi keuangan kripto masing-masing warganya, sehingga tidak bisa disisihkan bagi ekonomi negara.

“Intinya mereka sulit mengendalikan transaksi kripto itu, jikalau transaksi terkait kripto dan penambangan Bitcoin dilanjutkan. Dan menurut saya pemerintah tidak membenci sepenuhnya. Kalau memang seserius itu, sejak dulu sudah pasti dibasmi, bukan pelan-pelan seperti sejak tahun 2017. Pemerintah justru melihat potensi ekonominya yang besar, tetapi tidak sekarang. Mereka menata dulu perangkatnya,” jelasnya.

Robby, Direktur Rekeningku.com di tempat menambang Ether (ETH) yang ia kelola bersama rekan-rekannya di Indonesia. Saat ini jumlah GPU yang digunakan mencapai 2 ribu unit dengan biaya listrik mencapai 250 juta per hari. Ia mengaku menjual sebagian hasil menambang ETH untuk membeli Bitcoin secara berkala.

Yang dimaksud Robby adalah perangkat alias sistem keuangan yuan digital, yang sejak tahun 2014 diteliti dan dikembangkan, hingga sejak 2020 diujicoba di sejumlah kota di Tiongkok.

Menurut Robby sistem keuangan baru itu akan mempermudah pelacakan terkait kripto, kelak jika transaksi diperbolehkan kembali, termasuk sebagian penambang Bitcoin kembali lagi ke negaranya.

“Pun, kalau tak semua kembali ke negerinya, para penambang itu bisa jadi tetap dijadikan simpul ekonomi baru bagi Tiongkok, di mana hasil penambangan bisa kembali ke pemerintah Tiongkok dalam bentuk pajak dan sudah masuk ke sistem yuan digital itu. Sekali lagi di sinilah peran sentral yuan digital agar lebih mudah melacak dan mengendalikan transaksi itu,” pungkasnya.

Yuan digital sendiri dianggap mengambil peran AliPay dan WeChat sebagai perusahaan penerbit uang elektronik yuan. Pasalnya yuan digital dirancang dan didistribusikan langsung oleh bank sentral.

Jadi, setiap nasabah bank pada fitrahnya punya “yuan elektronik” terbitan negara langsung, bukan oleh swasta.

Yuan digital pun diklaim jauh lebih efisien daripada uang elektronik biasa, karena menanggalkan peran pihak ketiga seperti AliPay untuk urusan penerbitan, termasuk distribusi.

Bitcoin untuk Jangka Panjang

Sementara itu, untuk urusan harga Bitcoin yang kini sedang murah, Robby menganjurkan menatap Bitcoin selayak emas, yakni sebagai investasi jangka panjang.

Pasalnya Bitcoin secara teknologi sangat unik, terbuka dan sistem intinya berada di luar struktur negara. Lagipula jumlah unitnya sangat terbatas dan semakin langka setiap 4 tahun lewat proses Halving.

Tetap Profit, Ini Strategi Menabung Bitcoin yang Tepat

“Selain itu, banyak perubahan besar sejak tahun 2020. Lihat saja banyak perusahaan yang membeli Bitcoin sebagai safe haven asset. Nah, bagi yang baru di dunia Bitcoin, saya sarankan menggunakan cara Dollar Cost Averaging, yakni membeli Bitcoin secara rutin dan terus menerus dalam jangka panjang,” katanya. [red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait