Presiden Argentina, Javier Milei, kini berada di tengah badai kontroversi setelah diduga terlibat dalam skema penipuan terkait promosi token kripto bernama LIBRA. Tuduhan ini muncul setelah ia mempromosikan token tersebut melalui unggahan di akun media sosialnya.
Akibat promosi tersebut, nilai token LIBRA sempat melesat hingga hampir US$5 per keping. Namun, hanya dalam hitungan jam, harga token anjlok ke bawah US$1, menghapus kapitalisasi pasar lebih dari US$4,4 miliar.
Token LIBRA: Lonjakan Cepat, Kehancuran Seketika
Dalam dunia kripto, lonjakan harga yang tiba-tiba sering kali dianggap sebagai peluang emas. Namun, di balik potensi keuntungan besar, ada risiko tinggi yang mengintai. Token LIBRA menjadi contoh nyata bagaimana euforia pasar dapat berujung pada kerugian massal.
Setelah unggahan Milei, nilai LIBRA melonjak drastis. Sayangnya, ketika kepercayaan pasar mulai goyah, harga token langsung terjun bebas. Kejadian ini menyebabkan puluhan investor mengalami kerugian besar.
Seperti yang kami laporkan, sebanyak 24 alamat dompet tercatat merugi lebih dari US$1 juta atau sekitar Rp16,43 miliar. Tak hanya itu, ada pula 61 alamat yang mengalami kerugian di atas US$500 ribu.
Salah satu kasus yang paling mencolok adalah seorang investor yang menghabiskan US$5,6 juta untuk membeli 2,1 juta token LIBRA. Harapannya mendapatkan cuan besar, namun kenyataan berkata lain, investasinya nyaris lenyap tanpa sisa.
Tuduhan Rug Pull dan Ancaman Pemakzulan
Seiring dengan jatuhnya harga LIBRA, muncul tuduhan bahwa kasus ini merupakan skema rug pull klasik di dunia kripto. Dalam skema ini, pengembang memanipulasi harga aset melalui promosi agresif, lalu menjual aset mereka sebelum harga jatuh, meninggalkan investor dalam kerugian besar.
Berdasarkan tweet dari Coin Bureau, Leandro Santoro, seorang anggota parlemen oposisi, secara terbuka menyuarakan kekhawatiran ini dan meminta pemakzulan Milei.
“Ini adalah skandal yang mempermalukan Argentina di mata dunia,” ujar Santoro.
Reaksi Milei dan Pemerintah Argentina
Presiden Milei langsung merespons tuduhan ini dengan membentuk tim investigasi khusus untuk menyelidiki peluncuran token LIBRA serta mengidentifikasi pihak-pihak yang bertanggung jawab.
Dalam pernyataan resminya, Milei menegaskan bahwa ia tidak mengetahui secara rinci mengenai proyek tersebut saat mempromosikannya. Ia juga telah menghapus unggahan yang memicu lonjakan harga LIBRA.
“Kami akan mengusut tuntas siapa saja yang terlibat dalam peluncuran token ini dan memastikan kejadian serupa tidak terulang,” ujar juru bicara pemerintah Argentina.
Meskipun demikian, skeptisisme publik masih tinggi, terutama setelah terungkap bahwa mayoritas token LIBRA dikendalikan oleh sejumlah kecil alamat dompet yang saling terhubung.
Kasus LIBRA ini menjadi pengingat keras bagi investor dan regulator mengenai risiko yang mengintai di balik tren kripto.
Di satu sisi, aset digital memang menawarkan peluang cuan besar. Namun, tanpa riset dan kehati-hatian, potensi keuntungan itu dapat berubah menjadi kerugian dalam hitungan jam. Apalagi, jika promosi dilakukan oleh figur publik yang memiliki pengaruh besar di media sosial.
Argentina, yang sedang berjuang memulihkan ekonomi di tengah inflasi tinggi, kini dihadapkan pada masalah baru yang berpotensi menggerus kepercayaan publik terhadap pemerintah.
Apakah Presiden Milei mampu membersihkan namanya dan mengembalikan kepercayaan masyarakat? Atau justru, skandal LIBRA ini akan menjadi awal dari berakhirnya karier politiknya? Hanya waktu yang bisa menjawabnya. [st]