Warga Libanon Rampok Bank dan Menambang Bitcoin Agar Bisa Bertahan Hidup

Warga Libanon yang putus asa beralih ke cryptocurrency dengan menambang Bitcoin sebagai upaya untuk bertahan hidup di negara yang mengalami mismanajemen keuangan itu.

Inflasi tiga digit yang sedang berlangsung membuat warganya menambang Bitcoindan menggunakan USDT (Tether) untuk membiayai kebutuhan sehari-hari.

Devaluasi Mata Uang Libanon

Setelah Bank Sentral Libanon gagal menjaga nilai Pound Libanon terhadap dollar Amerika pada tahun 2019, warganya pun menyadari nilai uang ditabungannya terdevaluasi dengan sangat cepat.

Devaluasi menjadi semakin parah saat masa pandemi, di mana nilai Pound Libanon dari 1.500 menjadi 40.000 per dollarnya.

Akibatnya, uang yang didepositkan ke bank pada 2019 lalu sekarang hanya bernilai 10-15 persen saja ketika ditarik.

Hal ini diperparah dengan kebijakan bank yang hanya mau membayar penuh nilai uang yang berasal dari luar negeri atau yang didepositkan setelah tahun 2019.

Lalu, terdapat kebijakan pembatasan penarikan uang dan minimnya akses ATM ikut memperparah masalah ini.

“Nasabah yang putus mengambil langkah ekstrim dan merampok akun banknya sendiri. Mereka memakai pakaian serba hitam dan menodongkan pistol mainan ke pegawai bank. nasabah bernama Bassen Hussein berhasil mendapatkan US$35.000 setelah merampok cabang dari Federal Bank of Lebanon,” dilansir dari Beincrypto.

Tidak Perlu Merampok Bank dengan Kripto di Libanon

Nmaun, beberapa warga Libanon menemukan alternatif menghadapi masalah tersebut.

Menurut laporan CNBC, seorang warga memperoleh US$20.000 pada September 2022 dengan cara menambang Bitcoin yang menggunakan sumberdaya hidroelektrik dari sungai Litani. Miner tersebut menyimpan kriptonya dalam wallet seperti Binance dan KuCoin.

Untuk menukarkannya, trader bisa menggunakan salah satu dari 6 ATM Bitcoin. 5 di antaranya berada di Ibu Kota Beirut dan lainnya berada di Amchit, kota yang berada di tepi laut berjarak 40 km di utara Beirut.

menambang bitcoin libanon

Bitcoin: Alternatif dari Gagalnya Sistem Keuangan Moneter Libanon

Beberapa warga Libanon memang khawatir akan tingginya volatilitas Bitcoin tetapi crypto ini terbukti menjadi alternatif akan gagalnya sistem keuangan moneter negara tersebut.

“Bank Dunia mengutuk otoritas Libanon karena mengoperasikan skema Ponzi. Pada tahun 2016, bank sentral Libanon menawarkan pengembalian dalam jumlah besar pada deposito dollar AS yang pembayarannya berasal dari deposito pihak lain,” dikutip dari Beincrypto.

Parahnya mismanajemen fiskal dan penurunan sosial membuat warganya berinvestasi pada aset yang kurang stabil. Namun, mereka yakin cara ini bebas dari praktik korupsi.

“Bitcoin menawarkan sistem yang bersih, sebuah sistem yang dasarnya tanpa izin dan sensor,” kata mantan karyawan Pfizer yang menyimpan 70 persen dana pribadinya dalam Bitcoin.

Berdasarkan laporan dari TradingEconomics, inflasi Libanon meningkat dari 161,89 persen di Bulan Agustus ke 162,47 persen di September.

Jika ini terus berlangsung, maka tidak heran jika warga Libanon akan lebih memilih menambang Bitcoin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ke depan. [az]

Terkini

Warta Korporat

Terkait