Whale Masih Lapar, Akumulasi Bitcoin Terus Berlangsung

Meski pasar global masih dibayangi ketidakpastian, investor besar atau yang biasa disebut whale justru menunjukkan gairah berbeda. Berdasarkan data on-chain di CryptoQuant, dalam 30 hari terakhir, kepemilikan Bitcoin oleh para whale bertambah sekitar 41.300 BTC.

Di tengah situasi yang mendorong banyak orang untuk bersikap hati-hati, justru para pemain besar ini seolah sedang belanja besar-besaran. Fenomena ini membuka pertanyaan besar, apa yang mereka tahu dan kita belum tahu?

Lebih lanjut lagi, analis on-chain caueconomy mencatat bahwa tren akumulasi ini berlangsung konsisten sepanjang tahun 2025. Tak hanya konsisten, tapi juga makin agresif.

“Meskipun skenario makro beragam, dengan banyak informasi yang masih mendukung penghindaran risiko, investor skala besar terus mengakumulasi Bitcoin,” ujarnya.

Memperkuat narasi bahwa kenaikan harga Bitcoin saat ini bukan karena hiruk-pikuk investor ritel, melainkan karena tekanan beli institusional yang sifatnya lebih pasif namun stabil.

Uang Korporat yang Tak Kenal Musim

Menariknya, ada perubahan pola dalam siklus pasar kali ini. Beberapa alokasi datang dari perusahaan besar, bukan dari trader ritel. Artinya, tekanan beli kali ini tidak bersifat musiman atau siklikal.

Korporasi punya cara main yang berbeda. Mereka bisa menggunakan arus kas sendiri atau bahkan menerbitkan utang demi masuk ke pasar kripto.

Bayangkan saja jika sebuah perusahaan besar di AS mengalokasikan sebagian kecil dari keuntungannya setiap bulan untuk membeli Bitcoin. Itu seperti punya pembeli tetap yang enggak peduli harga naik atau turun.

Hal ini juga membuat dinamika pasar berubah. Ketika dulu harga lebih sensitif terhadap aksi jual beli ritel, kini arah pasar justru digerakkan oleh dompet-dompet jumbo yang bahkan tidak bicara.

Langkah Mengejutkan dari Whale Bitcoin yang Sudah Lama Diam

Namun demikian, tidak semua whale memilih akumulasi. Pada 6 Mei 2025, satu wallet lama yang sudah tak aktif sejak lama tiba-tiba memindahkan 1.079 BTC ke bursa Gemini. Nilai Bitcoin tersebut diperkirakan sekitar US$109 juta, dan menariknya, koin itu dibeli pada tahun 2013 saat harganya hanya sekitar US$13,5 per koin.

Perpindahan ini sontak memicu spekulasi bahwa whale tersebut mungkin siap untuk merealisasikan keuntungan, dan tentu saja, bisa memicu fluktuasi pasar dalam jangka pendek.

Langkah seperti ini mengingatkan kita bahwa meskipun banyak yang bermain jangka panjang, ada juga yang masih siap menekan tombol jual saat waktunya dianggap tepat.

Aktivitas Jaringan Juga Menguat

Di sisi lain, laporan dari AlphaNode juga menunjukkan bahwa aktivitas jaringan Bitcoin makin padat. Sepanjang April 2025, jumlah alamat aktif harian meningkat sebesar 4 persen, dengan rata-rata 1,37 juta alamat unik per hari.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa meskipun tekanan beli utama datang dari institusi, tetap ada denyut aktivitas dari lapisan pengguna lainnya.

Tidak hanya itu, biaya transaksi per blok juga melonjak hingga menyentuh US$12.500. Jika dibandingkan dengan biaya rata-rata di bulan-bulan sebelumnya, lonjakan ini cukup mencolok.

Sementara itu, pasokan stablecoin di seluruh jaringan juga tumbuh sebesar US$4,2 miliar, menandakan bahwa ada lebih banyak likuiditas mengalir ke dalam ekosistem kripto secara keseluruhan.

Banyak orang mungkin bertanya-tanya, apakah semua ini hanya hype? Tapi jika melihat dari konsistensi akumulasi oleh whale, peningkatan jumlah alamat aktif dan kenaikan biaya transaksi, narasi bahwa Bitcoin sedang mengalami “musim dingin” tampaknya kurang tepat.

Justru, kita sedang menyaksikan fase penyesuaian kekuatan, di mana pemain besar diam-diam membangun posisi mereka dengan tenang.

Mungkin memang Bitcoin bukan lagi milik anak muda yang beli koin pakai uang jajan. Kini, pemainnya adalah korporasi, dana pensiun, hingga lembaga investasi yang sabar, tenang, tapi penuh daya beli. Dan ketika pemain seperti itu masuk, perubahan harga bukan lagi soal jam, tapi soal siklus tahun. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait