‘Wolf of Wall Street’ Jordan Belfort Mengakui Kehilangan US$300 Ribu, Karena Crypto Wallet-nya Diretas

Legenda hidup yang dijuluki “Wolf of Wall Street,” Jordan Belfort, telah kehilangan aset kripto karena crypto wallet miliknya diretas.

Belfort memiliki masa lalu hitam yang menggegerkan pasar saham dan telah mengaku bersalah dan ditahan di penjara pada tahun 1999 terkait kejahatan penipuan dan manipulasi pasar.

Sempat menganggap Bitcoin pada akhirnya akan menjadi aset tak bernilai, Belfort telah mengakui itu salah dan melihatnya memiliki kualitas untuk menjadi emas digital.

Crypto Wallet Jordan Belfort Diretas 

Berdasarkan laporan Finbold, dalam wawancaranya bersama Yahoo Finance, Belfort mengaku pernah kehilangan aset kripto senilai US$300.000 di crypto wallet MetaMask.

Sejak itu, ia kini memindahkan semua aset kriptonya ke cold wallet perangkat keras guna menghindari kejadian serupa di masa depan.

“[Kini] Saya tidak punya uang saya di kripto mana pun di bursa. Semuanya ada di cold wallet, jika boleh disebut, itu adalah Ledger. Jadi saya diretas, sebenarnya. Saya kehilangan sekitar US$300.000 di MetaMask tahun lalu. Ini adalah industri yang sangat, sangat, sangat sulit saat ini karena benar-benar seperti wild west,” ujar Belfort.

Pasca runtuhnya FTX, saran untuk menyimpan aset kripto di crypto wallet non-bursa kian digaungkan guna menghindari peretasan.

Cold wallet menjadi sorotan karena keamanannya dijamin oleh penggunanya sendiri, termasuk frasa kunci untuk akses utama.

Data on-chain pun kini melihat adanya peningkatan minat untuk memindahkan aset dari dompet bursa ke crypto wallet pribadi seperti Trust Wallet. Itu telah mengangkat harga token dompet tersebut (TWT) ke level tertinggi harian baru.

Perlunya Regulasi 

Terkait masalah crypto wallet yang mudah diretas, Jordan Belfort melihat perlunya regulasi ketat untuk mengatur sektor tersebut. Ia juga melihat potensi besar Bitcoin yang akan berkembang dalam lingkungan yang lebih teregulasi.

Tetapi, Belfort tetap melihat masih akan ada banyak tindak kejahatan, termasuk penipuan, meski aset kripto telah di bawah payung regulasi. Namun, setidaknya itu telah diminimalisir.

Melirik skandal FTX, Belfort pun berpendapat bahwa keruntuhan perusahaan tersebut adalah buah dari rekayasa sang Pendiri, Sam Bankman-Fried. Itu semua diduga berjalan dalam perencanaan yang matang. [st]

 

Terkini

Warta Korporat

Terkait