Saat ini, mata uang yuan lebih banyak digunakan di Tiongkok untuk perdagangan lintas negara, rebut peran dolar AS.
Bitcoin News melaporkan, angka resmi dari lembaga nasional Tiongkok, Administrasi Negara Valuta Asing, telah melihat porsi penggunaan yuan yang sangat besar dibandingkan USD untuk perdagangan internasional.
Peran dolar AS di perdagangan internasional sedang menjadi sorotan, karena negara anggota BRICS dan beberapa lainnya sedang menuju aksi dedolarisasi yang nyata.
Mereka berniat menghadirkan mata uang baru sebagai alternatif dari dolar AS, bertujuan untuk menekan dominasi mata uang AS dalam perdagangan global.
Yuan Siap Rebut Peran Dolar ASÂ
Pada bulan Maret 2023, porsi penggunaan yuan berada di 48,4 persen dari semua pemukiman. Yuan telah digunakan untuk menyelesaikan pembayaran senilai US$549,9 milyar, naik dari bulan sebelumnya di US$434,5 milyar.
Sementara, penggunaan yang sama untuk dolar AS telah berkurang dari 48,6 persen menjadi 46,7 persen.
Tantangan geopolitik yang diakibatkan oleh sanksi AS terhadap Rusia telah meningkatkan upaya Tiongkok untuk lebih bergantung pada mata uangnya sendiri, alih-alih pada dolar AS.
Meski penggunaan yuan terus tumbuh, tetapi volume penggunaannya secara global masih sangat kecil dibandingkan mata uang AS, bahkan setelah adanya sanksi.
Berdasarkan data dari SWIFT, penggunaan yuan naik menjadi 4,5 persen dari semua pembayaran global, sementara dolar AS menyumbang 83,71 persen untuk bulan Maret 2023.
Jika dibandingkan dengan angka di Desember 2022, penggunaan yuan hanya berada di 2,15 persen. Itu artinya, penggunaan yuan telah naik lebih dari dua kali lipat di kuartal pertama tahun ini.
Setelah sanksi dan adanya perjanjian perdagangan baru antar negara BRICS, penggunaan yuan mulai marak dilakukan oleh Rusia dan Brasil.
Langkah tersebut membuat khawatir beberapa analis mengenai kemungkinan munculnya dunia ekonomi bipolar.
“Saingan AS mungkin akan mengelompokkan yuan untuk mengusulkannya sebagai alternatif dari dolar AS,” ujar Ekonom Nouriel Roubini.
Sementara, investor kawakan Ray Dalio menilai bahwa, hegemoni dolar AS dalam perdagangan internasional telah memudar, seiring sanksi yang diberikan AS kepada beberapa negara lain. [st]