Bangkrutnya FTX terjadi dengan sangat cepat. Hanya dalam waktu delapan hari saja, perusahaan yang berkaitan dengan Alameda Research ini berubah dari yang sebelumnya menjadi perusahaan menguntungkan menjadi tempat penumpukan token tidak berharga.
Penyelidikan masih terus dilakukan oleh pihak berwenang AS. Harapannya masalah dari FTX ini akan terkuak dan publik bisa mengetahui dengan jelas proses kehancuran bursa kripto terbesar kedua di dunia tersebut.
“Kerajaan kripto milik Sam Bankman-Fried ini memiliki kendali perusahaan paling gagal yang pernah saya ketahui,” ujar John Ray III, CEO FTX yang baru.
Walaupun belum terbukti, sepertinya FTX menggunakan dana penggunanya untuk digunakan oleh Alameda trader. Bisa jadi, kesepakatan ini memang telah ada sejak dini di antara kedua perusahaan ini, atau justru hal ini merupakan skema buruk yang dibuat untuk mengisi kekosongan balance sheet yang hadir pada awal tahun ini.
Tentu jatuhnya FTX tiadk terjadi begitu saja. Bahkan terdapat beberapa pertanda di dalamnya.
“Saya selalu tertarik untuk membahas burn rate dari SBF,” ujar Brian Armstrong, CEO Coinbase.
Karena hal ini belum pernah dijelaskan secara eksplisit oleh SBF sendiri. Selain itu, terdapat peringatan dari sisi keuangan yang di dalamnya termasuk tanda-tanda menghindari pajak dan penyelewengan, dikutip dari Coindesk.
Selain pertanda di atas, ternyata terdapat dugaan bahwa FTX dikendalikan orang orang-orang ring 1 SBF sendiri. Tidak banyak yang bisa diketahui dari setiap orang tersebut karena semuanya telah menghapus akun sosial medianya masing-masing.
Namun, sebagian besar orang ring 1 SBF merupakan altruisme yang efektif. Mereka memiliki hubungan yang sangat dekat bahkan ada yang menjalin hubungan romansa. Beberapa di antaranya menjadi bagian FTX ataupun Alameda Research.
Jadi, hubungan orang ring 1 tersebut bisa saja berperan besar dalam pemindahan dana pengguna FTX ke Alameda.
Setiap orang terdekat SBF tidak bisa bisa dikatakan fraud secara eksplisit. Namun, semuanya memiliki wewenang yang besar sehingga masing-masing bisa saja memiliki peran di dalamnya.
Carroline Ellison
Carroline Ellison merupakan mantan CEO dari Alameda Research dan juga kekasih dari SBF sendiri. Dia juga seorang trader yang menghabiskan karirnya dibidang tersebut.
Carroline merupakan salah satu otak dan orang jenius di grup SBF. Tentunya terdapat beberapa alasan dari pernyataan ini.
Dia merupakan lulusan MIT (Masschusett Institute of Technology) di jurusan Ekonomi. Sebelumnya dia bekerja di perusahaan sekuritas Jane Streets selama satu setengah tahun dan akhirnya bergabung dengan Alameda.
Dia merupakan orang paling berpengalaman dalam hal trading pada awal pendirian Alameda Research.
Pada awalnya, Alameda dibangun untuk membuat pasar altcoin yang memiliki likuiditas rendah. Kemudian, dia mulai berpartisipasi untuk masuk dalam pertaruhan kripto dengan leverage yang bearish atau bullish pada koin tertentu.
Carroline menjadi co-Ceo pada Oktober 2021 dan seperti kebanyakan orang di Alameda, dia juga seorang ‘altruisme efektif’ yaitu merupakan seseorang yang mencoba memaksimalkan keuntungan yang mereka lakukan dengan menghasilkan uang dan membelanjakannya berdasarkan perhitungan yang rasional.
Dia juga pecinta serial Harry Potter sejak kecil dan suka bermain LARPs (live action role playing) ketika senggang. Dia juga dilaporkan sedang menulis novel.
Ayah Carroline Ellison adalah seorang profesor Ekonomi di MIT bernama Glen Ellison, Sedangkan ibunya bermana Sara Fischer Ellison juga dosen Ekonomi di universitas yang sama.
Nishad Singh
Nishad Singh merupakan salah orang terpenting dilingkaran SBF. Dia juga diyakini satu dari tiga orang inti yang mengendalikan kunci exchange matching engine.
Dia juga diperkirakan sebagai orang yang disuruh untuk menghentikan kerugian Alameda Research dengan menggunakan dana pengguna di FTX.
Nishad merupakan orang jenius yang lulus dari Universitas California, Barkeley dengan predikat summa cum laude.
Sebelumnya dia bekerja di kantor impiannya yaitu Facebook. Namun, dia beralih ke Alameda Research setelah mengunjungi penthouse milik SBF setelah sebulan Alameda didirikan.
Dia menyaksikan bagaimana SBF melakukan trading yang dirasakannya sangat mudah, menguntungkan dan memiliki banyak kemungkinan.
Selain itu, dia juga tertarik akan altruisme efektif yang ditemukannya ketika kuliah sebagai upaya membantu orang lain.
Nishad juga menjadi anggota dewan di FTX Future Fund yang merupakan bagian dari FTX Foundation, yaitu perusahaan filantropi yang berpinsipkan pada SBF dan eksekutif senior SBF lainnya.
“Sangat jelas bahwa semua orang di Alameda memiliki motivasi yang tinggi dan ini sangat penting bagi saya. Saya dapat belajar banyak hal dari mereka,” kata Nishad Singh.
Setelah menekuni bidang engineer di Alameda selama satu setengah tahun. Nishad pun pindah ke FTX pada tahun 2019. Kemudian dia menjadi CTO di perusahaan bursa kripto terbesar kedua di dunia tersebut.
Sam Trabucco
Sam Trabucco merupakan salah satu co-CEO di Alameda Research. Namun, pada awal 2022 dia memutuskan hengkang.
“Aku telah mempelajari beberapa hal di Alameda, yaitu bagaimana membuat keputusan yang benar dan keputusan ini yang terbaik untukku,” ujar Sam Trabucco di Twitternya.
Keputusan ini diambilnya agar dia bisa berhenti dari pekerjaan dengan tingkat stres yang tinggi dan bisa bersantai di perahu barunya tepat beberapa bulan sebelum FTX bangkrut.
Trabucco ternyata telah menjalankan lindung nilai yang sebagian besar berasal dari FTT token.
Kedekatan SBF dengan Sam bisa dikatakan cukup lama. Mereka sebelumnya bertemu pada acara kamping matematika di Mount Holyoke College pada 2010 selama 5 minggu, dikutip dari Insider.
Keduanya bertemu kembali di MIT dimana Sam lulus S1 pada jurusan matematika dan sains komputer.
Peran Sam cukup besar karena dia membantu Alameda untuk berekspansi di luar pasar netral, tapi pada bisnis dengan laba relatif rendah sebagai market maker untuk kripto bervolume rendah ke dalam strategi pasar yang lebih berisiko.
Pada akhirnya, perusahaan ini mendapatkan keuntungan yang besar karena berhasil bertaruh pada aset dengan tingkat leverage tinggi seperti dogecoin.
Mereka memanfaatkan Twitter Elon Musk yang membuat harga Dogecoin meroket setiap kali disebut dalam Twitter-nya.
Ketika FTX dan Alameda bangkrut, Ellison tidak menyebutkan nama Sam dalam daftar orang-rorang yang membuat keputusan untuk mengirimkan dana pengguna FTX ke Alameda.
Namun, hal sebenarnya masih belum diketahui dengan pasti. Karena pada Agustus lalu, Sam mengundurkan diri dan menjadi penasihat perusahaan tersebut.
Gary Wang
Saat berumur 28 tahun, Gary Wang masuk dalam daftar orang terkaya di dunia 2022 versi Forbes.
Hal ini tidak heran mengingat Wang sendiri merupakan orang yang cukup berpengaruh di FTX dan Ellison mengatakan dia merupakan salah satu dari empat orang yang tahu akan keputusan pemindahan dana pengguna FTX ke Alameda, dilansir dari The Wallstreet Journal.
Sebelumnya, Wang bekerja di Google dan telah membangun sistem yang mengagregasi semua harga di semua data penerbangan di dunia.
Pada akhirnya dia meninggalkan Google pada 2017 ketika SBF keluar dari perusahaan lindung nilai Jane Street.
Dia mengakui tidak ahli dalam coding, namun Nishad Singh menjadi CTO pada waktu itu mengatakan Wang adalah mentor yang baik. Jadi, bisa dipastikan keberadaannya dalam FTX sangat penting.
Berbeda dengan SBF yang sering terpapar kamera dan media. Wang sendiri adalah sosok yang misterius karena latar belakangnya tidak banyak diketahui namun diyakini memegang peranan sangat penting di badan FTX dan Alameda Research.
William MacAskill
Berbeda dengan rekan terdekat SBF lainnya, William bukanlah pakar dalam kripto namun dia adalah mentor atau guru spiritual bagi SBF dan kebanyakan teman dalam timnya.
William MacAskill merupakan associate professor di jurusan filosopi dan rekan peneliti di Global Priorities Institute di Oxford.
Dia sendiri merupakan influencer yang mengenalkan altruisme yang sering didengar sebagai melakukan hal lebi baik atau kita berutang apa ke masa depan.
Walaupun bukan termasuk bagian teknis di lingkungan Alameda, tetapi William bisa menggerakkan SBF sedari dini.
William juga yang memberikan masukan kepada SBF untuk bekerja di Jane Streets terlebih dahulu, kemudian keluar dan membuka FTX, Alameda Research yang pada akhirnya mengakibatkan kejatuhan raksasa bisnis itu sendiri dalam perkembangannya.
Ramnik Arora
Ramnik Arora merupakan orang penting lainnya dalam lingkaran SBF. Pria ini dikenal dengan sebutan ‘Letnan kunci’ karena peran utamanya adalah kepala produk.
Perannya adalah mengawasi perkembangan produk kripto kepada publik sekaligus menjadi penyambung relasi dengan para investor.
Berkat perannya, FTX bisa memperoleh kucuran dana segar dari berbagai perusahaan ternama seperti Sequoia Capital, Coral, Aptoz dan LayerZero.
Arora merupakan lulusan S2 untuk jurusan matematika dan sains komputer di Indian Institute of Technology, New York University dan Stanford.
Dia pernah bekerja dengan Facebook, dan sebelumnya di juga bekerja di IV Capital dan Goldman Sachs dan telah menduduki berbagai posisi.
Arora merupakan seorang workaholic dan bisa bekerja hingga 20 jam sehari. Hal ini juga yang membuat ia dekat dengan SBF yang sering dikenal hanya tidur 5 jam saja sehari.
Dan Friedberd
Dan Friedberg merupakan pria yang memiliki gelar MBA dan Juris Doctor (keprofesian hukum) dari Universitas Wisconsin-Madison.
Pria ini masuk dalam jajaran FTX pada Maret 2020 dan memegang jabatan sebagai kepala petugas kepatuhan dan pada akhirnya FTX pun jatuh.
Dan sebelumnya terkenal akan keterkaitannya dengan skandal poker online pada 2008 lalu.
Waktu itu Russ Hamilton memasang fitur ‘God Mode‘ di game judi online Ultimate Bet dimana hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki akses yang akhirnya diketahui adanya masalah penyalahgunaan dana senilai US$50 juta.
Dan menyarankan Hamilton untuk mengkambing hitamkan pihak lain yaitu konsultan yang tidak diketahui kepada perusahaan yang mengeksploitasi server situs tersebut.
Keberadaan Dan dalam jajaran FTX banyak dipertanyakan para ahli, karena hal ini bisa berpotensi pada konflik di dalam FTX yang waktu itu bernilai US$32 milyar, dikutip dari Webcast Hedgeye.
Ryan Salame
Ryan Salame merupakan bagian dari lingkaran dekat SBF walaupun dia sendiri tidak mengakui hal tersebut, disadur dari Coindesk.
Ryan merupakan lulusan Massachusetss-Amherst, memiliki lisensi CPA sampai pada 2018, dan lulus S2 di jurusan keuangan di Georgetown University.
Sebelumnya dia sempat bekerja sebagai akuntan publik di Ernst&Young (EY) dan akhirnya bergabung di Alameda Research pada 2019 lalu.
Dia merupakan co-CEO untuk FTX Digital Markets yang ada di Bahama dan dia juga menjadi pemain utama dalam menyusun strategi lisensi global.
Ryan juga memiliki bisnis di bidang kuliner dengan bekerjasama dengan Lenox Eats dan memiliki truk makanan yang dikenal Lunch Pail.
Ryan juga dikenal akan sifat kedermawanannya karena menyumbangkan US$20.367.000 kepada kandidat presiden dari partai republik AS pada 2022 dan menjadikannya sebagai pendonor ke-15 terbesar dalam pemilu AS.
Constance Wang
Constance Wang merupakan kepala operasional di FTX ini merupakan lulusan Universitas Nasional Singapura.
Sebelumnya dia menjabat sebagai staf kepatuhan di Credit Suisse dan beralih ke FTX pada 2019 lalu.
Bisa dikatakan Constance Wang merupakan anggota yang paling muda dan paling tidak berpengalaman karena sepak terjang karirnya tidak banyak.
Tugas utamanya dalam FTX adalah mengurus pengembangan pengguna secara global, kemitraan, marketing, melayani klien institusional, dan melakukan ekspansi global.
Pada Januari 2022, dia ditunjuk sebagai co-CEO di FTX Digital Market di Bahama. Saat ini Constance diketahui telah berhenti dari perusahaan tersebut.
Jen Chan
Jen Chan merupakan kepala keuangan di FTX dan mungkin satu-satunya bawahan langsung SBF yang memiliki pengalaman pekerjaan langsung dibidangnya.
Jen sempat menjadi asisten manager di KPMG, sebuah firma audit ternama di dunia pada 2003-2006.
Dia juga pernah menjabat sebagai direktur bisnis investasi serta akuntasi di Blackstone sebelum akhirnya bergabung dengan FTX.
Ketika tinggal di Hong Kong dia juga pernah di menjadi kepala perusahaan manajemen investasi Alter Domus.
Jen Chan merupakan lulusan dari Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong yang ternama di negara tersebut.
Jen pernah menjabat sebagai direktur Cottonwood Grove Limited yang merupakan anak perusahaan Alameda Research yang berbasis di Hong Kong.
Chan diyakini memiliki 100 persen saham di Salameda Ltd, yang merupakan entitas FTX di Hong Kong yang terhubung dengan pelayanan ke Alameda, dikutip dari FT.
Orang-orang yang masuk lingkaran terdalam SBF baik itu di FTX dan Alameda Research di atas memiliki hubungan dengan jatuhnya FTX. Namun, seberapa besar pengaruhnya masih belum diketahui dan masih menunggu hasil penyelidikan pihak berwenang AS. [az]