PayPal belum lama ini memutuskan mundur dari proyek mata uang digital Libra, besutan Facebook dalam Libra Association. PayPal beralasan, proyek itu masih menghadapi tantangan dari sisi regulasi. Padahal Libra bisa memberikan warga dunia akses luas ke ekonomi digital yang inklusif.
Global Head Strategy PayPal Alfonso Villanueva mengatakan, sebenarnya Libra mempunyai pendekatan yang menarik, yakni menggunakan mata uang digital/cryptocurrency berbasis teknologi blockchain. Uang digital ini juga bertujuan untuk meningkatkan inklusi keuangan dan ekonomi digital.
“Namun, saat ini cryptocurrency bukanlah aset yang kami pertimbangkan untuk menjadi currency (mata uang),” ujar Alfonso di acara Perbanas Indonesia Banking Expo (IBEX) 2019 di Jakarta, Rabu (6/11).
Menurut Alfonso, uang digital tersebut menghadapi tantangan dari sisi regulasi. Oleh karena itu, pihaknya memilih mundur dari proyek besutan Fecebook itu.
“Mata uang digital ini bisa memberikan akses ke ekonomi digital. Namun, kami memahami bahwa Libra masih memiliki tantangan dari segi penerapan sebagai akibat dari regulasi. Jadi, ini bukan saat yang tepat untuk melanjutkannya,” ujarnya.
Sebelumnya, Bos Facebook, Mark Zuckerberg mengatakan, bahwa Libra ditunda hingga mendapatkan lampu hijau dari pihak regulator Amerika Serikat.
Dalam keterangan tertulis yang disampaikan kepada Komite Layanan Keuangan DPR AS, Selasa (22/10/2019) itu, Zuckerberg menyampaikan beberapa kekhawatiran yang telah diungkapkan regulator mengenai proyek blockchain yang dikomandoi Facebook. Dia juga mengatakan bahwa Facebook mendukung peluncuran Libra sampai sepenuhnya masalah regulasi telah teratasi di AS.
Zuckerberg juga menekankan, bahwa (blockchain dan kripto Libra-Red) tidak dimaksudkan untuk bersaing dengan mata uang berdaulat (dolar AS).
“Sebagai gantinya, Libra Association akan bekerjasama dengan Federal Reserve (Bank Sentral AS) dan bank sentral negara lainnya untuk memastikan tidak mengganggu kebijakan moneter,” kata Zuckerberg.
Dalam pernyataannya, Zuckerberg juga menekankan pentingnya mendukung inovasi, mengisyaratkan bahwa Libra akan membantu AS mempertahankan dominasi dolar.
Proyek Libra memang dikerjakan atas nama Libra Association yang didirikan di Jenewa, Swiss. Facebook dan belasan perusahaan lain adalah anggota pendiri asosiasi itu. Pada Juni 2019 asosiasi mengumumkan proyek itu, namun mendapatkan hadangan dan tantangan dari Amerika Serikat, termasuk Jepang, Perancis dan Jerman dan Kelompok G7.
Rencananya, nilai mata uang digital Libra dipatok dan dijamin berdasarkan nilai mata uang fiat, seperti dolar AS, yen dan poundsterling dan dolar Singapura. [Katadata.co.id/vins]
Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.