Analis: Bitcoin Ancaman Nyata Terhadap Visa dan Mastercard

Lisa Ellis, analis di MoffetNathanson mengatakan, investor sebaiknya tidak mengabaikan ancaman Bitcoin dan kripto lainnya terhadap layanan pembayaran petahana seperti Visa, Mastercard dan Paypal. Ellis menyarankan kepada para kliennya, bahwa kasus kegunaan kripto yang semakin meningkat bisa mengancam keberadaan layanan pembayaran yang ada saat ini.

Sebagai contoh, Ellis mengungkit pembelian kopi menggunakan Bitcoin. Kendati terdengar menggelikan, Ellis menyatakan hal tersebut sangat mungkin meluas di masa depan. Membeli kopi dengan Bitcoin mungkin menggelikan bagi investor biasa yang tak mengenal kripto, tetapi konsep ini sangat standar di kalangan pegiat kripto. Bahkan, saat ini, teknologi itu terus dikembangkan secara masif dan serius. Namun, kata Ellis, prosesnya perlu waktu yang lama sebelum berhasil dalam skala global.

Miliarder penyokong Bitcoin Tim Draper pernah berpendapat, adalah kelaziman semua orang akan membeli kopi menggunakan Bitcoin dalam waktu dua tahun mendatang. Selain itu, baru-baru ini Starbucks dikabarkan mendapat equity (modal) dari platform Bitcoin berjangka Bakkt dalam jumlah signifikan. Sebagai kompensasi, kelak pelanggan Starbucks dapat membeli kopi dengan Bitcoin menggunakan peranti lunak Bakkt.

Bakkt sendiri disokong oleh Pantera Capital, yang juga berinvestasi di startup berbasis blockchain Coins.ph di Filipina. Bulan lalu, Go-Pay mengakuisisi Coins.ph dan kelak memadukan sistem pembayaran mereka.

Blockchain dirangkul
Penegasan lainnya datang dari hasil penelitian terbaru, bahwa lebih dari 50 persen peritel yang memakai teknologi point of sales Square bersedia menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran. Kombinasi antara kemudahan penggunaan, biaya kirim yang sangat murah, stabilitas harga dan pembaruan teknologi seperti Lightning Network, kian mendorong fungsi Bitcoin sebagai uang tunai digital di masa depan.

Pertumbuhan Bitcoin di negara-negara dengan inflasi gila-gilaan adalah faktor lain yang patut diperhatikan oleh petahana, seperti di Venezuela.

“Karakteristik inti sistem kripto bertolak belakang dengan karakteristik sistem pembayaran terpusat yang ada saat ini. Kripto adalah antitesis terhadap sistem pembayaran tradisional yang dikenal mahal dan lama,” ujar Ellis.

Ellis menyarankan perusahaan pembayaran tradisional perlu merangkul erat teknologi blockchain. Jika tidak, petahana saat ini harus menyerahkan lahan lebih banyak kepada pemain kripto di sektor pembayaran antar negara, seperti Ripple dan Veem yang dikembangkan untuk pembayaran sejenis ini.

Beberapa bank juga mulai berenang di samudera blockchain. Pada Selasa (5/03), JPMorgan Chase mengatakan, uji coba purwarupa JPM Coin berhasil. Bank besar itu memungkinkan transfer uang antar negara dan juga transfer aset melalui blockchain. Tapi saat ini masih terbatas bagi klien korporat JPMorgan Chase.

Meruntuhkan hegemoni
Kendati mengancam, kata Ellis, kripto dan blockchain juga menjadi peluang bagi petahana. Ia menyebut teknologi ini bisa membuka jalur pendapatan baru, seperti proses otentifikasi pelacakan barang dan jasa.

Salah satu ancaman terbesar terhadap sistem pembayaran terpusat adalah keangkuhan mereka sendiri. Akibat merasa aman dan tidak ada alternatif bagi layanan yang mereka tawarkan, layanan pembayaran tradisional terus menaikkan biaya transaksi. Inilah yang dilakukan kartu kredit Visa, yang akhirnya memaksa Kroger, jaringan ritel besar di Amerika Serikat menghentikan penggunaan kartu kredit itu mencoba melirik sistem pembayaran Bitcoin menggunakan protokol Lighting Network. Suksesnya penerapan solusi pembayaran Bitcoin yang murah dan instan, bisa dengan mudah meruntuhkan hegemoni Visa dan Mastercard. [bitcoinist.com/ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait