Apa Itu Burning Kripto dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Saat ini, burning kripto kian marak dilakukan, karena diharapkan mampu menolong harga aset kripto untuk bertumbuh di masa depan. Lalu, apa itu burning kripto dan bagaimana cara kerjanya?

Apa Itu Burning Kripto?

Secara harfiah, arti burning kripto adalah membakar kripto. Tetapi, ini bukanlah kegiatan membakar yang sesungguhnya, itu juga karena kripto tidak memiliki bentuk fisik untuk dibakar.

Berdasarkan informasi dari Investopedia, burning kripto secara umum adalah melakukan penghapusan sejumlah aset kripto dari peredaran, dengan memindahkannya ke dompet kripto yang tidak dapat diakses.

Dompet yang dimaksud adalah dompet yang tidak memiliki kunci privasi, tidak dapat diakses sama sekali, kecuali hanya untuk menerima kiriman aset kripto.

Saat aset kripto dikirim ke dompet tersebut, maka aset akan dianggap hilang dari peredaran karena tidak dapat disentuh lagi. Lenyap bak terbakar api.

Dan secara konsep, ini biasanya diartikan seperti buyback saham, di mana perusahaan di balik saham akan membeli kembali lembaran saham yang beredar untuk mengurangi pasokan. Ini ditujukan untuk memperkecil potensi pengendalian saham oleh pihak tertentu.

Manfaat Burning Kripto

Dengan berpegang pada hukum penawaran dan permintaan (supply and demand), manfaat burning adalah untuk menciptakan kelangkaan aset karena jumlah yang beredar berkurang.

Pada aset kripto, ini ditujukan untuk mengangkat harga dari aset, karena jumlah pasokan terbaru akan mengikuti kapitalisasi pasarnya.

Misal, kapitalisasi pasar kripto Ether (ETH) adalah US$1 miliar, dengan pasokan sebanyak 100 juta. Itu artinya, harga koin saat ini adalah “kapitalisasi pasar dibagi jumlah pasokan”, yakni US$10 per koin ETH.

Kemudian, pembakaran dilakukan hingga pasokan menyusut menjadi tinggal 10 juta ETH saja dan kapitalisasi pasarnya tetap saja. Maka, harga akan mengikuti secara alami menjadi US$100 per koin.

Meski secara teorinya seperti itu, tetapi masih belum ada bukti pasti kalau aksi burning dapat menaikan harga aset kripto. Mengapa? Itu karena masih ada beberapa faktor lain yang dibutuhkan untuk kenaikan.

Salah satu faktor tersebut adalah sisi lain dari pasokan, yaitu permintaan.

Harga akan benar-benar terdorong untuk naik ketika permintaan terhadap aset meningkat, sehingga aksi burning dapat menunjukkan hasilnya.

Jika aset masih kurang diminati, bukan tidak mungkin harga justru kembali melemah ketika pasokan telah dikurangi.

Tetapi, dalam jangka panjang, jika proyek di belakang token masih menjanjikan, kemungkinan secara alami harga akan tetap mengarah ke atas.

Selain itu, burning kripto juga ditujukan untuk mencegah, atau minimal mengurangi, potensi inflasi pada harga aset kripto. Ini yang membuat aset kripto menjadi spesial dibandingkan uang fiat.

Cara Kerjanya

Ada dua cara dari burning kripto untuk mendapatkan token atau koin yang ingin dihilangkan dari peredaran selamanya.

Pertama, proyek atau perusahaan di balik aset kripto akan menyediakan dana untuk membeli aset kripto secara berkala dari kepemilikan umum. Kemudian, aset yang sudah dibeli akan langsung dikirimkan ke dompet burning.

Ini seperti yang dilakukan oleh bursa kripto Binance, untuk burning kripto asli jaringannya, BNB.

Kedua, proyek akan mem-burning token dari hasil keuntungan atau biaya transaksi yang dikumpulkan secara khusus untuk itu.

Salah satu contoh dari cara kedua ini adalah dari token Shiba Inu (SHIB), yang telah giat melakukan burning kripto sejak akhir tahun lalu untuk menekan prospek inflasi. Ini juga diharapkan untuk mengurangi volatilitas dan kendali whale.

Pada intinya, token yang sudah dalam kendali tersebut akan langsung dihilangkan dari peredaran. Ini biasanya dapat dilacak oleh semua orang untuk menghindari kecurangan seperti pengembang yang justru tidak membuangnya, melainkan menyimpannya di dompet pribadi mereka.

Tentu saja, burning kripto hanyalah salah satu upaya untuk memoles aset kripto agar lebih berkilau di mata investor dan media.

Seperti yang kita tahu, setiap proyek kripto selalu bersaing satu sama lain, terutama di sosial media, untuk menarik perhatian investor. Itu karena ada banyak sekali proyek yang dibangun setiap tahunnya. Semua membutuhkan pemodal.

Apakah memang ini akan berdampak atau tidak dalam kenaikan harga, itu tetap akan kembali pada seberapa menarik dan berpotensinya proyek di belakangnya. [st]

 

 

Terkini

Warta Korporat

Terkait