Aspek Normalisasi Bitcoin Cs di Masa Depan

Ada sejumlah aspek normalisasi terhadap Bitcoin Cs (aset kripto) di masa depan. Salah satunya sudah terasa saat ini, ketika pandemi COVID-19 berdampak pada ekonomi global dan ketegangan geopolitik.

Di saat yang sama, sejumlah instrumen investasi yang cukup popular, seperti saham ikut anjlok. Banyak pemegang saham-saham yang dulunya bernilai tinggi harus gigit jari. Selain saham, aset kripto yang awalnya ditengarai tidak akan terdampak, nyatanya juga ikut terseret.

Kendati Bitcoin (BTC) terbilang melemah, lebih sering berbanding lurus dengan pelemahan pasar saham, harga Bitcoin saat ini di kisaran US$9 ribu masing terbilang lumayan.

Pun dalam jangka 5 tahun terakhir, volatilitasnya semakin menurun, sebagai akibat beragamnya pilihan pasar selain spot market, yakni derivatif market. Jenis pasar itu memungkinkan trader menggunakan fitur leverage.

CBDC
Bitcoin sejatinya tetap memainkan peran sentral di aset kripto secara umum. Tidaklah heran, teknologi asasnya, yakni blockchain juga diadopsi oleh bank sentral dalam perancangan dan pengembangan CBDC (Central Bank Digital Currency).

Dalam konteks itu, bank sentral bisa membuat versi digital dari mata uang mereka, misalnya yuan, yen ataupun euro. Bank Sentral Tiongkok sendiri, sejak tahun 2014 sudah meneliti dan mengembangan yuan digital mereka, hingga pada Mei 2020 lalu, versi ujicobanya sudah bisa dinikmati oleh sebagian warga Tiongkok.

Berkat teknologi blockchain, kelak pengiriman yuan lintas negara, tidak perlu lagi memakan waktu 3-5 hari kerja, melainkan instan, selayaknya ekosistem aset kripto saat ini menggunakan stablecoin USDT. Selain itu biaya kirim dijamin jauh lebih murah daripada menggunakan teknologi perbankan biasa.

Bank Sentral Uni Eropa pun melangkah serupa meneliti dan mengembangkan euro digital. Sementara itu Bank Sentral Korsel malah sudah membentuk dewan penasihat hukum agar won digital mereka lancar dikebut.

Arus Uang ke Aset Kripto
Menurut Caitlin Long Pendiri Avanti Financial Group, di tengah ketidakpastian ekonomi global, akan mendorong lebih banyak arus uang dari kalangan institusi ke dalam aset kripto.

Itu sangat beralasan karena faktor efisiensi yang ditawarkan oleh blockchain dan terwujud dalam aset kripto.

“Lembaga keuangan tradisional yang masuk ke ekosistem aset kripto, sangat membantu percepatan pertumbuhannya. Saya yakin adopsi yang luas akan berlangsung lebih cepat dan pandemi COVID-19 ini adalah salah satu katalisatornya,” jelas Caitlin.

Berikut sejumlah faktor adanya normalisasi bagi aset kripto di masa depan.

Aturan Aset Kripto
Seperti yang diketahui, belum banyak negara yang mengatur aset kripto secara utuh dan menyeluruh, sekalipun itu di Amerika Serikat yang memiliki pengguna cukup banyak.

Namun ke depan, mengingat aset kripto mampu mengatasi hambatan yang muncul akibat pandemi, maka kelak semakin banyak negara membuat peraturan yang lebih jelas dan kukuh.

Inilah akan mencitrakan aset kripto menjadi lebih baik. Dilansir dari Forbes, menurut prediksi dari Steve McNews Senior Managing Director FTI Consulting, agar industri aset kripto dan blockchain ini berketetapan hukum, maka ia harus diperkenalkan lebih luas kepada kalangan wakil rakyat (lembaga legislatif).

Maksud Steve adalah, jika wakil rakyat mendapatkan asupan informasi yang banyak dan tepat, maka bisa memotivasi mereka membuat peraturan dan undang-undang aset kripto yang lebih menyeluruh.

Pemberdayaan Perbankan Publik
Di New York, politisi dan akademisi hukum membuat rancangan undang-undang Inclusive Value Ledger (IVL). Ia dirancang untuk menyediakan “perbankan publik” bagi jutaan orang yang tidak memiliki akses ke rekening bank atau memiliki pendapatan rendah.

Jikalau rancangan itu lolos, kelak sistem itu memungkinkan pengguna untuk menyimpan uang secara digital dan mentransfer uang ke pengguna lain secara gratis. Rancangan undang-undang itu digagas karena pandemi COVID-19.

Bank Akan Memiliki Bitcoin
Secara historis, regulator di seluruh dunia sangat berhati-hati dalam memungkinkan bank untuk menyentuh apalagi memiliki aset kripto seperti Bitcoin. Namun, pandemi COVID-19 memaksa mereka menghentikan sebagian operasional mereka, tetapi harus mempertahankan pendapatan. Sesuatu yang sangat sulit.

Maka, mereka harus berpikir keras cara menanggulanginya, yakni langkah proteksi keuangan dan aset bank, yakni dengan membeli emas. Tapi, ketika bank memahami Bitcoin memberikan imbal hasil yang lebih baik, mereka mungkin berpikir membeli aset kripto nomor satu itu. [red]

KONTEN INI DIBUAT ATAS KERJASAMA DENGAN TRADERHARIAN.COM

Terkini

Warta Korporat

Terkait