BitCherry Sentuh Pasar “100 Miliar Dolar” E-Commerce Indonesia

Dinamika teknologi blockchain jelas tak menjemukan. Tak heran, sejumlah acara terkait teknologi baru itu kerap diselenggarakan, termasuk di Indonesia. Acara “2019 Global Blockchain Investment Summit” yang akan diselenggarakan pada 29-30 Juli mendatang, disebut-sebut sebagai acara yang cukup bergengsi. Acara itu adalah peluang besar untuk memperkenalkan beragam gagasan dan proyek inovatif terkait teknologi blockchain.

OLEH: Kayla
Tim BitCherry

Salah satu yang patut disorot adalah proyek Bitcherry asal Singapura, yang turut mendukung terselenggaranya acara tersebut. Pengelola proyek Bitcherry mengklaim mampu memberikan pengaruh pada pasar e-commerce Indonesia yang saat ini diperkirakan bernilai hingga US$100 miliar.

Era E-Commerce Terdistribusi
Nilai sejati dari teknologi blockchain adalah ketika ia berhasil diterapkan, tak hanya gagasan belaka. Proyek harus berdaya upaya untuk menjadi solusi atas sebuah permasalahan, baik secara sosial dan di skala industri. Salah satu sektor industri yang berpeluang besar blockchain diterapkan adalah e-commerce. Karena sejumlah proyek blockchain menyasar sektor ini, BitCherry merasa harus punya langkah dan strategi yang berbeda. Harus unik.

Keunikan haruslah dimulai dari pemahaman kita tentang konsep “distributed e-commerce”. Pasalnya, sejumlah e-commerce platform saat ini relatif sentralistik dan cenderung monopolistik. Akibatnya tingkat antusiasme pengguna dan jumlah partisipan pun berkurang

Contoh di ranah media sosial adalah Facebook, YouTube dan Twitter. Pengguna sangat berkontribusi besar kepada platform tersebut karena setiap detik aktivitas mereka direkam menjadi sepaket data yang sangat bernilai. Data itulah yang secara tak langsung “dijual” kepada para pemasang iklan di masing-masing platform itu. Dan tentu saja sebagian besar pemasang iklan itu adalah pengguna platform itu sendiri. Namun, laba dari iklan di platform itu “dirampas” dan dimiliki sepenuhnya oleh pengelola platform, padahal peran pengguna sangat besar di sini.

Sementara itu, platform seperti JD dan Taobao hanya menyediakan kemudahan melalui cara “high price get”, yang lebih mirip metode lelang barang. Ini dikarenakan JD dan Taobao yang sentralistik, tak mampu mengatasi arus distribusi pengguna, ketika terjadi peningkatan jumlah pembeli dan penjual.

Dari segi biaya operasional, pengelola platform sentralistik kian hari harus merogoh kocek lebih dalam. Besarnya biaya operasional akhirnya dibebankan  kepada pengguna dengan menaikkan harga produk. Karena itulah, saya pikir perlu adanya gebrakan terhadap praktik monopoli dan merugikan konsumen seperti ini. Dunia e-commerce harus sehat.

Langkah BitCherry
BitCherry sebenarnya sudah punya pendekatan untuk mengatasi masalah itu. Dalam ekosistem BitCherry, setiap pengguna berhak mendapatkan rewards (imbalan) atas kontribusi dan transaksi yang dilakukannya, dalam konteks sharing economic system.

Jadi, di BitCherry, pengelola platform bukanlah subjek, tetapi konsumen sendiri dalam memberikan manfaat yang lebih besar lagi bagi ekosistem. Dengan mengedepankan kontribusi dari komunitas itulah monopoli platform e-coomerce yang sentralistik dapat “diguncang”.

Indonesia, Pasar US$100 miliar
Bank Indonesia memprakirakan jumlah transaksi daring (online) di Indonesia bisa bernilai US$130 miliar pada tahun 2020. Dan industri e-commerce adalah yang paling bergairah saat ini di Indonesia.

Namun industri itu masih menghadapi sejumlah tantangan, yakni masih sangat bergantung pada media sosial dalam proses promosi dan pemasaran dan biaya logistik juga terhitung masih tinggi. Hal lainnya, banyaknya “transaksi belanja mini” cukup untuk memicu lahirnya konsep distributed e-commerce itu.

Melalui acara “2019 Global Blockchain Investment Summit”di Jakarta, dengan menerapkan teknologi blockchain, BitCherry menawarkan cara baru kepada industri layanan ritel di Indonesia.

Pelaku industri ritel Indonesia bisa bergabung ke platform jaringan e-commerce BitCherry agar dapat meningkatkan skalabilitas produknya. Di BitCherry, partisipan menggunakan token khusus bernama BCHC yang nilainya mencerminkan network value dari BitCherry itu.

Sejak token BCHC diperdagangkan di bursa BitTok di Singapura, harga BCHC sempat naik dari US$0,02912 menjadi U$2,912. Dengan masuknnya BitCherry ke pasar Indonesia nilai BCHC diharapkan sejalan dengan pasar e-commerce Indonesia yang bernilai US$100 miliar itu. [rel]

Terkini

Warta Korporat

Terkait