Bitcoin Malang yang Kerap Ditentang dan Disayang

Bagi pecinta kripto, US$20.000 adalah angka keramat. Betapa tidak, pada medio Desember 2017, berdasarkan data dari Coinmarketcap, harga Bitcoin mencapai US$20.089. Angka itu tercetak pada 17 Desember 2017, pukul 19:19 WIB. Sejak saat itu, harga Bitcoin terus merosot. Hingga berita ini ditulis, Bitcoin bertengger di US$6.470 per BTC. Rasio turunnnya lebih dari 300 persen.

There’s a difference between fair game and playing games. ~Hillary Clinton

Sedikit berbeda dengan data dari Coindesk, yang mengindeks harga dari beberapa bursa kripto. Di Coindesk harga tertinggi Bitcoin US$19.694. Hanya terpaut tipis, tetapi tetap menggambarkan betapa gilanya peristiwa itu. Anda bisa bayangkan berapa juta manusia yang mengalami kerugian sebesar itu, seakan-akan Bitcoin tak bermakna dan menjadi pecundang di mata pembenci Bitcoin, yang dulu pernah bilang: “Bitcoin is a Bubble; Bitcoin is a New Tulip Mania.

Maka, volatilitas adalah makanan sehari-hari makhluk kripto. Tidak sedikit orang yang menikmati itu, berselancar di antara ombak-ombak harga yang naik turun dengan sangat cepat. Ether misalnya pernah beken dengan harga US$1.300. Tapi detik ini longsor di kisaran US$200. Ripple dan Litecoin juga bernasib serupa. Ini pula yang menyebabkan tidak banyak investor yang berani mendekati. Beberapa investor institusi malah ingin main over the counter, membeli banyak kripto dengan kesepakatan tertentu dengan pengelola bursa. Dengan jumlah besar diharapkan mereka meraup laba besar, daripada dengan jumlah kecil.

Sebagaimana yang dikutip dari CNBC, Kamis (25/10) miliuner Mark Cuban dan Warren Buffet misalnya sangat skeptik dengan Bitcoin yang tak stabil.

Sama halnya dengan Jack Bogle, yang bilang, “Hindarilah Bitcoin selayak Anda menghindari plak pada gigi Anda. Bitcoin sama sekali tak memiliki dasar aset apapun. Bitcoin tak seperti deposito yang memiliki bunga. Tidak pula cuan seperti pada saham. Apalagi emas. Tak ada yang menyokong Bitcoin, kecuali harapan bahwa Anda akan menjualnya kepada seseorang yang berniat membelinya lebih dari yang Anda beli sebelumnya.”

Tiga manusia yang sangat kental dengan dunia keuangan tradisional itu bukannya tak berpengaruh hingga membuat banyak orang mundur seketika. Namun demikian, kalau cerdas memilah. Pertanyaan yang sama dapat diajukan terhadap uang fiat. Apa dasar uang fiat sebenarnya, selain naik turunnya didasarkan permintaan dan penawaran. Uang dolar AS misalnya sangat tergantung pada sistem perdagangan internasional.

Kilas Balik

Tatkala beberapa negara penting terlihat tidak bersimpati kepada Bitcoin, penutupan silkroad.com karena banyak transaksi barang haram, termasuk klaim buruk European Banking Authority terhadap Bitcoin sejatinya membentuk persepsi buruk terhadap Bitcoin di mata masyarakat, khususnya yang kurang paham mengenai investasi dalam mata uang. Terlebih-lebih Bitcoin adalah mata uang digital yang tidak dijamin oleh pemerintah dan rentan kehilangan, seperti kasus James Howells dari Inggris yang kehilangan Rp89 miliar ketika dia membuang perangkat komputernya dan ia lupa bahwa dia mempunyai Bitcoin yang tersimpan di dalamnya. Kasus lainnya adalah pencurian Bitcoin oleh peretas terhadap situs Sheep Marketplace.

Sedikit berkilas balik pada 23 Januari 2014, berdasarkan informasi di bitcoin.co.id (sekarang Indodax.com), kurs Bitcoin terhadap rupiah mencapai lebih daripada Rp10 juta. Bitcoin.co.id adalah situs web pertama di Indonesia yang melayani jasa penukaran rupiah ke Bitcoin dan sebaliknya. Pengelolanya mengacu pada nilai tukar Bitcoin terhadap dolas AS dari mtgox.com yang berbasis di Tokyo. Hingga akhir 2013 lalu nilai transaksi di seluruh dunia diperkirakan mencapai 7-14 triliun dolar. Sementara itu kini banyak pemain besar Bitcoin di Amerika Serikat dan Eropa berlomba-lomba dalam beberapa bulan ke depan akan mendirikan cabang di pasar Asia.

Menyebut mtgox.com setelah Januari 2014 termasuk momok yang tak menyenangkan di masa itu. Pasalnya bursa terbesar di dunia itu dirundung peretasan, hanya karena CEO-nya lemah mengamankan sistemnya, sehingga mengakibatkan nasabahnya kehilangan lebih dari US$450 juta.

Pada November 2015, dalam perayaan hari ulang tahun UOB ke-80, angin segar dari Pemerintah Singapura yang mendukung teknologi blockchain. Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong mengatakan: “There are other technologies, like blockchain, which is used for bitcoin, but can also be used for many other applications… and our banks must keep up to date with these developments.”

Pernyataan itu langsung dikunyah sebagai bahan spekulasi oleh para pelaku pasar kripto di masa itu. pandangan dunia terhadap mata uang digital bitcoin masih kontroversial. Namun, angka-angka di pasar menunjukkan situasi yang mengejutkan. Menjelang akhir tahun 2015, di minggu kedua Desember, tepatnya 15 Desember, Bitcoin tampil memukau, karena sukses menembus angka US$465 per BTC (Coindesk Bitcoin Price Index, coindesk.com).

Masih berdasarkan data Coindesk.com, ini menggembirakan, sebab sejak awal tahun 2015 hingga medio September, bitcoin masih tampil loyo, naik turun di angka US$314 hingga US$ 238 per BTC. Sejak 20 September 2015, Bitcoin terus merangkak naik mulai US$230 hingga US$408 per BTC pada US$400 per BTC. Sempat turun drastis pada 11 November, Bitcoin terus melejit naik hingga setara Rp6.300.000 per BTC. Pada saat itu tercatat, kapitalisasi pasar bitcoin sejak 2008 adalah US$6,9 miliar. Pada saat itu pula banyak pihak memprediksi pada pertengahan tahun 2016 nilai bitcoin bisa mencapai setidaknya Rp8 juta.

Perkembangan pada tahun 2015 memang tidak diprediksikan oleh banyak pihak, tetapi bukan pula sesuatu yang didorong faktor-faktor anomali. Pasalnya ada beragam peristiwa-peristiwa besar yang muncul, termasuk tentu saja, belasan aksi tanam modal perusahaan-perusahaan raksasa dunia bagi startup digital yang hendak mengembangkan blockchain, teknologi handal di balik bitcoin.

If we had more time for discussion we should probably have made a great many more mistakes. ~Leon Trotsky

Beberapa tahun silam, investasi besar-besaran di bidang blockchain mulai marak. Sebuah holding company asal Amerika Serikat, Digital Currency Group mendapatkan kucuran modal baru dari empat perusahaan besar: Bain Capital Ventures, MasterCards, New York Life Insurance Company dan bank asal Kanada, CIBC (Reuters.com, dilansir dari CNBC.com).

Kemudian, startup baru buatan Blythe Masters, “Rolling Stone”-nya perbankan internasional, wanita mantan petinggi di JPMorgan. Ia bersama rekan-rekannya, sebagian juga pernah bekerja di kantor yang sama, mendirikan perusahaan rintisan Digital Asset Holdings (Nytimes.com, 29 Desember 2015).

Dahsyatnya, perusahaan itu justru akan mendapatkan dukungan dana besar dari JPMorgan sebesar US$ 7,5 juta. Belakangan, langkah JPMorgan itu justru memantik semangat perusahaan lain untuk menyuntikkan modal, sebelumnya mereka bahkan sangat ragu. Mereka adalah Goldman Sachs Barclays dan Citigroup.

Citigroup sendiri punya “gawean” lain, karena perusahan itu juga mengembangkan riset dan pengembangan internal soal blockchain yang dinamai “Citicoin”. Ketiga perusahaan besar itu tidak sendiri, ada Visa, Nasdaq, Samsung Ventures, Mitsubishi UFJ Capital Co, Seagate Technology, New York Stock Exchange, DoCoMo, IBM, Intel dan banyak perusahaan ternama lainnya.

 “If you want something new, you have to stop doing something old” ~Peter Drucker

Perbedaan antara Bitcoin atau kripto lainnya dengan dolar AS hanyalah derajat penetrasinya saja di masyarakat. Sebagai teknologi yang baru, tidak tepat membandingkan fiat, obligasi saham dan Bitcoin. Ini sama dengan dolar AS di awal kemunculannya. Namun ketika ia popular lalu meninggalkan emas sebagai entitas jaminannya, nilai dolar AS dalam kurun waktu 100 tahun justru turun ratusan persen. Jadi, dolar AS tidak memiliki lindung nilai, karena tidak memiliki underlying asset. Jumlahnya memang tak terbatas. Berbeda dengan Bitcoin, jumlahnya sangat terbatas.

Maka, Bitcoin dan kripto hanya menunggu waktu untuk menyeimbangkan sistem keuangan global. Kalaupun Bitcoin tak dipakai sebagai alat pembayaran, bukankah ia tepat selayak emas digital? Jikalau Anda percaya ia sebagai alat pembayaran super praktis dan wahid, maka Anda harus fokuskan perhatian Anda pada perkembangan protokol Lightning Network atau jenis protokol lainnya yang akan ditemukan dan dikembangkan.

Bitcoin dan blockchain tak dapat dibendung, sekalipun dengan penyangkalan terbesar. [vins]

 

Terkini

Warta Korporat

Terkait