Dari yang tadinya ramai dan optimistis, kini pasar mulai ragu. Prediksi dari platform taruhan terdesentralisasi Polymarket menunjukkan bahwa peluang AS “memiliki” cadangan nasional Bitcoin pada 2025 kini hanya berada di angka 52 persen. Padahal, pada 20 Maret lalu, persentase itu sempat melonjak hingga 77 persen.
Taruhan tersebut menyampaikan bahwa AS harus benar-benar memiliki Bitcoin secara resmi dalam cadangan nasionalnya, baik melalui pembentukan cadangan baru, pengalihan aset yang sudah disita ke dalam cadangan resmi, atau pembelian langsung.
Penurunan tajam ini mencerminkan munculnya keraguan dari para pendukung gagasan tersebut, terutama karena tekanan ekonomi global yang masih berlangsung dan sikap pemerintah yang belum tegas.
Turunnya keyakinan pasar juga terjadi di tengah perubahan kebijakan makro yang belum sepenuhnya berpihak pada aset digital. Meski antusiasme tetap ada, tampaknya publik dan investor mulai menuntut kepastian, bukan hanya wacana politik.
Artinya untuk Pasar Polymarket?
Polymarket akan “resolve to Yes” hanya jika AS benar-benar memegang Bitcoin dalam cadangan nasionalnya pada titik waktu manapun di tahun 2025 (antara 1 Januari hingga 31 Desember). Jika sampai akhir tahun 2025 AS tidak memegang Bitcoin secara aktif sebagai bagian dari cadangan nasional, maka hasil taruhan akan dinyatakan “No.”
Jadi taruhan ini bukan soal wacana atau pengesahan hukum saja, tapi harus ada bukti kepemilikan langsung oleh negara.
Trump, Bitcoin dan Tarif Global 10 Persen
Namun di balik semua keraguan itu, ada satu narasi menarik yang terus bergulir dari kubu Presiden Trump. Beberapa hari lalu, Trump tengah mempertimbangkan penggunaan pendapatan dari kebijakan tarif global sebesar 10 persen untuk membeli Bitcoin.
Kebijakan tersebut bertujuan untuk memperkuat Cadangan Bitcoin Strategis milik AS. Terdengar nyeleneh? Mungkin. Tapi tidak bisa diabaikan begitu saja.
Menurut proyeksi Gedung Putih, tarif semacam itu diprediksi akan meningkatkan ekonomi AS hingga US$728 miliar. Nah, di sinilah ceritanya menjadi semakin seru. Beberapa analis menduga bahwa jika sebagian pendapatan tersebut digunakan untuk membeli Bitcoin, maka potensi repricing sangat besar.
Ada yang bahkan berani memperkirakan bahwa harga BTC bisa menyentuh angka US$300.000. Meskipun ini masih dalam ranah spekulasi, asumsi ini cukup untuk menggoyang ekspektasi investor.
Mungkin analoginya begini, jika pemerintah AS tiba-tiba memutuskan membeli BTC dalam jumlah besar, dampaknya bisa seperti ketika investor besar mulai memborong saham yang undervalued. Pasar bisa berubah drastis hanya karena satu keputusan strategis.
Dari Wacana ke Kenyataan, Masih Jalan Panjang
Di sisi lain, ada pula dinamika pasar yang tak bisa diabaikan. Menjelang pelantikan Trump, harga Bitcoin sempat menyentuh rekor tertinggi di atas US$109.000, menunjukkan bahwa pasar memang merespons sentimen positif terhadap aset kripto.
Tapi sekarang? Pasar taruhan justru memproyeksikan bahwa harga BTC mungkin sudah mencapai puncaknya untuk tahun ini, dengan kemungkinan 61 persen bahwa kripto utama ini akan menyentuh US$110.000 pada 2025. Prediksi untuk level harga di atasnya justru lebih rendah.
Jadi, apakah AS benar-benar akan punya cadangan Bitcoin tahun ini? Jawabannya masih samar. Yang jelas, saat ini pasar sedang berada di titik persimpangan, antara harapan akan revolusi kebijakan dan realitas politik yang serba rumit. [st]