CEO BlackRock: Bitcoin Bisa Menjadi Aset Global

Larry Fink, CEO Blackrock, perusahaan manajemen aset terbesar di dunia, mengatakan bahwa Bitcoin bisa tumbuh menjadi aset bernilai berskala global. Sebelumnya, jelang akhir November 2020, hal senada disampaikan oleh CIO Blackrock, yakni Rick Rieder.

Lagi-lagi perusahaan raksasa memberikan sentimen positif terhadap Bitcoin, yang sejak 30 November 2020 lalu sudah menembus rekor harga tertinggi sepanjang masa.

Apresiasi positif itu datang dari Larry Fink, CEO Blackrock. Dilansir dari CNBC belum lama ini, menurutnya, Bitcoin jelas-jelasa menarik perhatian banyak orang, kendati pasar aset kripto masih relatif kecil dibandingkan pasar jenis aset lain.

Blackrock diketahui sebagai salah satu pemegang saham terbesar di perusahaan publik MicroStrategy yang sebelumnya mengumumkan berinvestasi di Bitcoin senilai triliunan rupiah.

CEO MicroStrategy: Bitcoin adalah Aset Cadangan Utama Kami

Pernyataan CEO itu disampaikan ketika ia berbincang dengan Mark Carney, Gubernur Bank Sentral Inggris di Council on Foreign Relations. Dewan itu adalah organisasi nirlaba yang menerbitkan dan melakukan penelitian tentang kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat. Dewan didirikan pada 1921 dan bermarkas di New York City.

Kata Fink, kelas aset yang masih baru itu, [Bitcoin-red] bisa tumbuh menjadi aset berskala global.

“Bitcoin memikat perhatian dan imajinasi banyak pihak. Pasar memang masih belum teruji dan masih kecil jika dibandingkan dengan pasar kelas aset lain. Sejumlah investor besar dari kalangan perusahaan berinvestasi ke Bitcoin. Apakah Bitcoin bisa tumbuh dalam pasar berskala global? Ya, mungkin saja,” kata Larry Fink.

CNBC melansir pernyataan Fink, bahwa kepemilikan Bitcoin dan beberapa jenis aset kripto lainnya berdampak kepada pemegang dolar AS khususnya di luar Negeri Paman Sam. Itulah yang berdampak pada kurang relevannya sejumlah aset lain yang bernilai dolar.

Fink bahkan mempertanyakan, apakah aset kripto, termasuk Bitcoin yang sedang tumbuh ini kelak bisa mengubah kebutuhan dolar AS sebagai mata uang cadangan global?

Sebelum Fink ada pernyataan bullish lainnya milyarder pengelola hedge fund Stanley Druckenmiller dan Paul Tudor Jones II yang telah mengalokasikan sebagian aset mereka ke Bitcoin.

BlackRock adalah pengelola aset terbesar di dunia dengan total aset dikelola mencapai US$7,4 trilyun.

Blackrock di Indonesia
Blackrock juga punya andil besar di pasara Indonesia. Dilansir dari Bisnis.com, perusahaan itu mengempit kepemilikan di saham berkapitalisasi pasar jumbo atau big caps RI.

Emiten yang masuk dalam koleksi manajer investasi kenamaan asal Amerika Serikat itu bisa menjadi cetak biru bagi pelaku pasar dalam menyusun portofolio.

Jelang akhir November 2020, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan melakukan kunjungan ke Amerika Serikat (AS). Salah satu pihak yang akan ditemui yakni Blackrock untuk membahas kelanjutan sovereign wealth fund (SWF).

Luhut memproyeksi SWF atau lembaga pengelola investasi (LPI) dapat menghimpun dana hingga US$100 milyar atau sekitar Rp1.400 triliun dalam 1 tahun hingga 2 tahun ke depan. Peraturan Pemerintah (PP) pembentukan badan itu kini tengah dalam finalisasi.

Sejalan dengan misi itu, Luhut membidik sejumlah investor mulai dari The Blackstone Group dan Blackrock yang akan ditemui di sela kunjungan kerjanya di AS. Tujuannya, untuk menanamkan modal di SWF Indonesia.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis.com melalui Bloomberg, Blackrock saat ini mengempit kepemilikan di saham-saham berkapitalisasi pasar jumbo atau big caps. Portofolio mereka tersebar setidaknya di sembilan saham dengan kapitalisasi terbesar saat ini.

Untuk PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) misalnya, Blackrock tercatat mengempit kepemilikan 2,95 miliar lembar pada kuartal III/2020. Selanjutnya, kepemilikan di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencapai 1,53 miliar lembar. [ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait