ConsenSys di NFT, Kripto PALM Jadi Incaran?

Tsunami NFT (Non-Fungible Token) benar-benar dimanfaatkan oleh perusahaan besar seperti ConsenSys. Mereka membentuk satu ekosistem NFT yang utuh, dengan sidechain yang beraset kripto PALM.

Melacak semua berita yang terkait NFT dari Google, rata-rata ada sekitar 25 berita setiap hari, dari media massa ternama dan blog.

Nilai pasar NFT selama tahun 2021 saja sudah tumbuh lebih dari 1.785 persen. Angka itu merupakan kelanjutan dari pertumbuhan pesar sejak medio tahun 2020.

Nyemplung!

Setiap hari ada saja kabar terbaru, mulai dari artis hingga investor, bahkan mantan atlet yang “nyemplung” di pasar NFT.

Bahkan Digidoy Comic asal Medan, Indonesia turut naik pangggung. Mereka akan meluncurkan satu NFT istimewa berkode “Se7en”, setelah berkarya secara konsisten sejak tahun 2014.

Kabar terbaru sebelumnya, mantan pebasket NBA, Michael Jordan berinvestasi di Dapper Labs, dapurnya NFT, di balik NFT NBA Top Shot yang bernilai milyaran rupiah itu.

Sementara itu ConsenSys, perusahaan di balik pembuatan blockchain Ethereum, tak menyiakan-nyiakan peluang cuan NFT ini.

Mereka sedang membangun satu ekosistem NFT yang utuh, mulai dari sistem transaksinya, toko daring NFT dan lain sebagainya.

Mereka menyebutnya dengan NFT PALM Studio, bersama sejumlah investor lainnya.

PALM, Ekosistem NFT besutan ConsenSys dan sejumlah investor lainnya.

Inilah yang akan melengkapi sekaligus bersaing dengan ekosistem NFT popular lainnya, seperti OpenSea dan Nifty Gateway (diperkuat oleh Winklevoss bersaudara).

Yang menarik adalah, alih-alih ConsenSys tak mengandalkan Ethereum Layer 1 sebagai sistem transaksinya. ConsenSys memilih sidechain alias Layer 2, juga bernama PALM.

Pilihan ini sangat masuk akal, mengingat blockchain Ethereum biasa, nyaris menyiksa, akibat gas fee yang bisa kelewat mahal, utamanya ketika harga Ether (ETH) sedang tinggi. Jelas tak ada efisiensi di situ.

Adu Cepat

Sidechain alias blockchain lapis dua di atas blockchain dianggap cara yang murah dan tercepat untuk melakukan transaksi.

Hal lainnya, ConsenSys, terang-terangan mengatakan, toko daring baru itu melawan dominasi blockchain FLOW sebagai basis dari sejumlah NFT popular, seperti NBA Top Shot besutan Dapper Labs, termasuk Animoca Brands dan CryptoKitties.

Maklumlah, blockchain FLOW ini yang merancangnya adalah Dapper Labs juga, masuk dalam satu kelompok investor yang dipimpin Andreessen Horowitz, Coinbase Ventures, Digital Currency Groups dan banyak lagi.

Di atas kertas blockchain FLOW jauh lebih cepat dan efisien daripada blockchain Ethereum, dengan rentang waktu antar block hanya beberapa detik saja. Pihak FLOW mengklaim dalam 1 detik, lebih dari 1000 transaksi bisa dikelola.

Maka, dengan memilih sidechain, adalah pilihan tepat bagi ConsenSys untuk menantang FLOW, khususnya untuk transaksi NFT yang akan membludak.

Eksplorer blockchain FLOW. Sumber: FlowScan

Cara kerja sidechain sebenarnya sederhana. Ia selayaknya jembatan untuk semua transaksi.

Setiap transaksi tidak langsung dikelola oleh blockchain utama (Layer 1). Sidechain memverifikasinya terlebih dahulu dalam satu rangkaian atau kumpulan transaksi, baru kemudian diverifikasi dalam satu atau beberapa transaksi tunggal di Layer 1.

Aset Kripto FLOW versus PALM

Khusus aset kripto FLOW, harganya juga terdongkrak sejak diperdagangkan kali pertama pada Januari 2021. Ini tentu saja didorong oleh transaksi NFT yang tajam dan memang laku keras.

Rencana penerbitan aset kripto PALM untuk mendukung ekosistem NFT baru itu.

Sedangkan aset kripto PALM yang kelak merupakan bagian sentral dan terpadu dari sidechain PALM, hingga pengumuman itu, belum diterbitkan di blockchain.

Jika racikan bisnis ConsenSys ini tepat, maka aset kripto PALM bisa jadi incaran investasi berikutnya, sebagai pesaing berat FLOW yang sempat bernilai Rp500 ribuan.

Lagipula sidechain PALM tetap bergantung pada keunggulan blockchain Ethereum sebagai induknya atas dasar keamanan. [vins]

Terkini

Warta Korporat

Terkait