DeFi Pendorong Cepat Mata Uang Digital Bank Sentral

Decentralized Finance (DeFi) disebut-sebut bisa menjadi pendorong cepatnya penerbitan mata uang digital bank sentral oleh sejumlah negara.

DeFi adalah tren 2020 di sektor aset kripto dan blockchain. DeFi membuktikan keunggulan smart contract yang disematkan di blockchain.

Inovator fintech merancang ekosistem yang terbuka dan open source, tanpa batas dan berdaulat mandiri, murah serta berjalan tanpa perantara dan otoritas terpusat. Itu sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Bitcoin Cs: Quo Vadis, DeFi?

Sifat-sifat tersebut bertolak belakang dengan sistem keuangan a la Rothschild dan JP Morgan yang berdasarkan pemerintah serta bank sentral.

Pemerintah menetapkan batas-batas negara dan bank menagih biaya tinggi serta melibatkan intervensi dari pihak ketiga.

Menanggapi perbedaan tersebut, otoritas keuangan terpusat mengkaji cara untuk meraup manfaat uang berbasis blockchain. Solusinya adalah mata uang digital bank sentral, atau CBDC.

Indonesia Disarankan Terapkan Rupiah Digital Berteknologi Blockchain

Kendati merupakan tren terbaru, DeFi berbeda dengan tren sebelumnya, sebab mampu mengganti sistem keuangan pemerintah dan bank sentral.

Desentralisasi uang adalah hal yang disruptif, sebab menempatkan kendali di tangan individu dan menjauhkannya dari entitas yang memonopoli.

Saat ini, diperkirakan 24 persen uang berbentuk tunai. Uang tunai ini berbiaya mahal karena dicetak, disimpan, didistribusi dan diasuransi.

CBDC pada prinsipnya mentokenisasi mata uang biasa, sehingga penggunanya mendapat manfaat kemudahan serta transaksi lebih cepat dan murah. Ini sama halnya dengan menggunakan stablecoin USDT yang bernilai dolar.

[Tutorial] Transaksi “Dolar AS” Menggunakan Tether (USDT)

Ia memanfaatkan teknologi blockchain Bitcoin, Ethereum, Tron dan lain sebagainya agar transfer lintas negara lebih murah dan instan

Kendati demikian, privasi dan pengumpulan data pribadi menjadi sorotan. Bank sentral, pemerintah atau birokrat dapat memata-matai transaksi sepanjang hari.

Memang, pemerintah di berbagai negara memiliki kecenderungan mengorbankan privasi dan memilih kebijakan pengawasan ketat.

Pemerintah Tiongkok ingin renminbi/yuan menjadi mata uang cadangan dunia. Awal tahun ini, negara tersebut mengujicoba yuan digital di empat kota.

Yuan Digital Diujicoba dalam Skala Besar dengan Bank Lokal

Tiongkok memang diketahui memiliki kendali uang yang ketat, sehingga kemungkinan besar akan ada masalah privasi terkait penerapan CBDC Tiongkok dengan dalih kedaulatan ekonomi negara.

CBDC Tiongkok yang bernama resmi DCEP, bertujuan meningkatkan peredaran renminbi dan jangkauan internasionalnya. Ketua Pusat Pertukaran Ekonomi Internasional Tiongkok, Huang Qifan, berkata DCEP dapat mengumpulkan data terkait penerbitan uang dan transaksi secara real-time.

Sementara itu, bank sentral AS tidak tampak berkomitmen akan menerbitkan CBDC di Amerika. Saat ini, bank sentral AS masih mengkaji peluang dan tantangan terkait penerapan CBDC sebagai pelengkap uang tunai dan metode pembayaran lain.

Nah, DeFi membebaskan keuangan global dengan memberdayakan individu. Manfaat utamanya adalah kebebasan dari regulasi, pergerakan modal serta perdagangan yang cepat.

Tidak hanya itu, setiap pekan muncul inovasi baru di bidang pembayaran, hipotek, asuransi dan lainnya yang menopang protokol berdaulat mandiri. Adalah hak konsumen untuk memilih medium mana yang dipakai. [forbes.com/ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait