Demi Keadilan, Presiden Iran Tegaskan Alasan Dedolarisasi

Presiden Iran, Ebrahim Raisi menegaskan alasan pentingnya gerakan dedolarisasi, terutama guna membentuk sistem internasional yang adil .

News Bitcoin melansir kutipan oleh Tehran Times atas pernyataan Raisi, dalam pidatonya di KTT ke-23 Dewan Kepala Negara Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) secara virtual pada hari Selasa.

“Yang membentuk dasar dari sistem dominasi Barat adalah dominasi dolar,” ucap Raisi menekan alasan dedolarisasi.

Dalam pidatonya di KTT tersebut, presiden Iran menekankan pentingnya pembentukan tatanan dunia yang lebih adil di mana dolar AS bukan lagi satu-satunya mata uang yang dominan.

“Kekuatan hegemoni Barat, dengan mengandalkan pemaksaan ekonomi dan sanksi, telah mengancam keamanan dan kemakmuran ekonomi serta prinsip-prinsip perdagangan yang adil di dunia,” kata Raisi.

“Dengan mengandalkan pengalaman beberapa dekade terakhir, sekarang cukup jelas bahwa, selain militerisme, yang membentuk dasar dari sistem dominasi Barat adalah dominasi dolar,” katanya.

Oleh karena itu, setiap upaya untuk membentuk sistem internasional yang adil membutuhkan penghapusan instrumen dominasi ini dalam hubungan intra-regional.

“Pengembangan penggunaan mata uang nasional dalam perdagangan internasional dan pertukaran keuangan antara anggota organisasi ini dan mitra bisnis mereka membutuhkan perhatian yang lebih serius,” tegas pemimpin Iran tersebut.

“Republik Islam Iran menyambut setiap langkah untuk memperkenalkan instrumen pembayaran keuangan berbasis teknologi modern untuk memfasilitasi pertukaran keuangan antara anggota dan mitra bisnis, terutama dalam kerangka multilateral.”

Sebelumnya diberitakan, Iran menjadi anggota tetap baru SCO dalam KTT tersebut, yang diadakan oleh India dan dipimpin oleh Perdana Menteri India Narendra Modi.

KTT tersebut juga dihadiri oleh Presiden China Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev, Presiden Kyrgyzstan Sadyr Japarov, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif, Presiden Tajikistan Emomali Rahmon, dan Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev.

Di KTT tersebut, Presiden China Xi Jinping dan pemimpin Rusia Vladimir Putin juga mendorong penggunaan mata uang nasional dalam penyelesaian perdagangan. Menurut Putin, lebih dari 80 persen transaksi komersial antara Rusia dan China dilakukan dalam rubel Rusia dan yuan China.

Presiden Bolivia Turut Gemakan Gerakan Dedolarisasi

Terpisah, Presiden Bolivia, Luis Alberto Arce Catacora juga turut menggemakan gerakan dedolarisasi.

Luis juga mendesak pentingnya membangun aliansi strategis yang lebih kuat dengan organisasi internasional, termasuk kelompok BRICS.

“Kita sedang mengalami saat-saat penting dalam transisi menuju dunia multipolar yang menjamin keseimbangan kekuasaan dan menghormati prinsip non-intervensi,” tekankan presiden tersebut.

Luis Arce menyerukan alasan dedolarisasi dan peningkatan aliansi strategis dengan organisasi internasional, termasuk blok ekonomi BRICS, pada KTT ke-62 Kepala Negara Mercosur dan Negara Terkait di Puerto IguazĂș, Argentina.

“Wilayah kami sangat terpengaruh oleh pembatasan yang diberlakukan oleh sistem keuangan utara, yang membatasi pilihan pembiayaan, sehingga perlu mengurangi ketergantungan pada dolar AS dan mendiversifikasi hubungan ekonomi kami,” tulis Presiden Bolivia dalam cuitan Twitter belum lama ini.

“Kita harus mencari aliansi strategis dengan aktor internasional lain, seperti Tiongkok, dalam sebuah blok Eurasia dan Asia yang, terorganisir dalam kerangka BRICS dan mekanisme integrasi lainnya, diharapkan menjadi ruang bagi pembangunan tatanan ekonomi dunia yang baru,” tambahnya, sebagaimana dikutip News Bitcoin.

Lula telah menyatakan dukungan yang kuat terhadap pengabaian dolar AS dan pengadopsian mata uang nasional dalam penyelesaian perdagangan.

Dia juga mendukung pembentukan mata uang BRICS yang bersama. Bulan lalu, ia mengumumkan niatnya untuk membahas dedolarisasi dalam pertemuan BRICS yang akan datang.

Negara-negara BRICS terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan.

Sementara Mercosur, juga dikenal sebagai Pasar Umum Selatan, adalah blok perdagangan Amerika Selatan yang anggotanya adalah Argentina, Brasil, Paraguay, dan Uruguay.

Venezuela bergabung sebagai anggota penuh pada tahun 2012 tetapi ditangguhkan secara tidak terbatas pada akhir 2016. Bolivia, Chili, Kolombia, Ekuador, Guyana, Peru, dan Suriname adalah anggota terkait Mercosur, dengan Bolivia saat ini dalam proses menjadi anggota penuh. [ab]

Terkini

Warta Korporat

Terkait