Bitcoin saat ini memasuki wilayah yang belum pernah terpetakan sebelumnya, karena aset kripto itu diperdagangkan berseberangan dengan gejolak ekonomi global. Dolar AS pun bertempur berebut nilai. Dolar AS versus Bitcoin, mana yang akan menang?
Sejauh ini Bitcoin bertahan dengan sangat baik, karena mencatat kenaikan cukup baik sejak awal tahun. Sementara itu pasar modal (saham) terus melemah di periode serupa.
Dan secara kebetulan pula badai ekonomi ini bersamaan datangnya dengan Bitcoin Halving yang menekan laju Bitcoin baru ke dalam pasar melalui imbalan kepada para penambang.
Pada medio Mei 2020 nanti, hanya 6,25 Bitcoin baru yang diproduksi per block (rata-rata 10 menit). Akibatnya Bitcoin pun kian langka dan menekan inflasinya menjadi 1,8 persen dari saat ini 3,65 persen.
Dan beberapa hari ini kita saksikan akumulasi terus berlanjut sebelum momen terpenting, yang hanya terjadi setiap 4 tahun sekali itu. Apakah ini penanda kuat kenaikan harga Bitcoin dalam beberapa bulan mendatang, terkait dengan melimpahnya dolar di pasar.
Dolar versus Bitcoin
Laju edar Bitcoin memang berlawanan dengan laju edar mata uang fiat seperti dolar AS. Ketika ekonomi memburuk, Bank Sentral AS cenderung melimpahkan lebih banyak dolar lagi ke dalam pasar, sebagai upaya penyelamatan.
Laporan terbaru dari Arcane Research menyebutkan, bahwa neraca keuangan Bank Sentral AS membengkak sebagai akibat langkah pembelian surat utang negara yang menyebabkan lebih banyak uang beredar di pasar.
“Neraca mereka naik ke tertinggi baru minggu ini. Sekarang sudah melampaui US$6,5 triliun bertambah sekitar US$205,2 miliar dibandingkan minggu lalu. ‘Gelembungnya’ sebesar US$2,4 triliun atau 58 persen sejak akhir Februari 2020,“ sebut Arcane Research.
Meskipun dalam jangka pendek ini sangat efektif untuk menangkis kemerosotan ekonomi lebih jauh, namun dampak jangka panjangnya adalah sangat mengerikan, yakni hiperinflasi. Ketika itulah nilai dolar menjadi turun.
“Sementara Bank Sentral AS mencetak lebih banyak uang, Bitcoin memiliki rencana yang berbeda melalui mekanisme Halving. Sebagai sebuah penguatan nilai, ‘pengetatan kuantitatif’ itu dapat menarik investor baru ke Bitcoin, karena mesin cetak bank sentral berjalan dengan kekuatan penuh,” tambah Arcane Research. [NewsBTC/red]