Dua Layanan Staking Terra LUNA Tolak Dukung Terra 2.0

Menuju peluncuran blockchain baru Terra LUNA, yaitu Terra 2.0, ini justru diwarnai dengan penolakan dari dua layanan staking terbesarnya.

Hari ini, blockchain Terra 2.0 akan diluncurkan sekitar pukul 13.00 WIB, yang telah dinantikan sebagai hasil dari disetujuinya proposal pemulihan ekosistem Terra pada hari Rabu (25/5/2022).

Nantinya, para pemegang token LUNA yang lama, yang kini disebut LUNA Classic (LUNC), dan token UST, akan berhak mendapatkan token LUNA 2.0 melalui airdrop dengan ketentuan yang berlaku.

Beberapa bursa kripto utama pun telah mendukung migrasi dan airdrop ini, di antaranya adalah FTX, Binance, Huobi, ByBit dan Kraken.

Namun, proses migrasi ini telah diwarnai dengan hal yang kurang baik bagi LUNC, dengan kapitalisasi pasarnya yang menguap hingga kurang dari US$1 miliar pasca persetujuan proposal. Dan kapitalisasi pasarnya pun terus merosot hingga hari ini.

Berdasarkan laporan Watcher News, dua layanan staking terbesar LUNA, Figment dan Chorus One, memutuskan untuk tidak mendukung Terra 2.0.

Keputusan itu diambil karena adanya kekhawatiran tentang bagaimana implementasi dari pengambilan keputusan dalam ekosistem.

Dari pihak Chorus One menilai bahwa Terra kurang tepat dalam melakukan prosedur tata kelola. Staking dalam jaringan telah dihentikan pada saat voting, dan hak suara telah berubah karenanya.

Selain itu, rencana utama dari pemulihan ekosistem telah berubah dalam masa voting, yang menciptakan kekhawatiran tersendiri di mata mereka.

Chorus One pun akhirnya memilih bergabung ke pihak yang memilih “Abstain” dalam voting tersebut dan tidak akan mendukung blockchain yang baru.

Sementara, dari sisi Figment, mereka memilih untuk tidak mendukung, tetapi hanya sementara. Mereka mungkin akan melakukannya begitu melihat adanya peluang baru dari blockchain anyar tersebut.

Dan pada proposal, Figment memilih “tidak dengan veto” yang artinya, itu bisa saja menggagalkan dilakukannya forking.

“Proposal tersebut telah dimodifikasi secara sepihak beberapa kali saat periode pemungutan suara aktif, yang menyebabkan kurangnya kepercayaan pada integritas suara itu sendiri,” ungkap pihak Figment.

Figment pun menilai bahwa keputusan melakukan forking dengan cepat tidaklah layak. Ini juga karena perusahaan di belakang Terra masih harus menghadapi berbagai tuntutan hukum yang berpotensi memberikan risiko bagi infrastruktur di masa depan. [st]

 

 

Terkini

Warta Korporat

Terkait