Efek PayPal dan Bitcoin sebagai Standar Keuangan Global

Bagi yang memahami hakikat pendirian PayPal pada tahun 1998 silam, keputusan perusahaan yang dibidani oleh Elon Musk dan Peter Thiel itu untuk memeluk erat-erat Bitcoin, bukanlah kisah yang mengejutkan. Kini telah lahirlah istilah “Efek PayPal”, melambangkan pelecut penting terhadap naiknya harga Bitcoin di masa depan, yang terpadu dengan skenario Bitcoin sebagai standar ekonomi global. Bersiaplah!

OLEH: Vinsensius Sitepu
Pemimpin Redaksi Blockchainmedia.id

Bagi Anda anggota generasi Milenial setidaknya memahami riwayat kecil pendirian PayPal, di tahun-tahun ketika Internet sedang panas-panasnya. Itulah masa-masa masih banyak orang belum memiliki alamat e-mail dan sebagian lagi mencoba-mencoba belajar membuat website sederhana dan MiRC adalah budaya pop seperti Telegram saat ini.

Di masa itu pula perangkat mobile berjenis Personal Digital Assistant (PDA) kian lumrah berada di tangan para eksekutif perusahaan, selayak ponsel cerdas masa kini.

Berkat mobilitas PDA itulah Peter Thiel (sekarang pembela berat Bitcoin dan mendukung bisnis tambang Bitcoin dan bursa aset kripto) bersama Yu Pan, menggagas agar transaksi keuangan lebih praktis, tak lagi mengandalkan kartu debit ataupun kredit, apalagi ATM.

Jadilah mereka mendirikan Confinity pada tahun 1998 lalu merger dengan X.com (milik Elon Musk) pada tahun 1999, dan berubah nama menjadi PayPal.

Konsep dasar PayPal di masa itu adalah bagaimana uang bisa ditransfer menggunakan PDA secara langsung antar pengguna. Kendati mereka ingin menerapkan basis desentralistik terhadap sistem itu, regulasi dan kultur di masa itu tampaknya belum siap.

Hingga PayPal bertemu Bitcoin pada tahun 2008. Tapi Oktober 2020 yang lalu, baru memutuskan masuk lebih dalam ke sistem uang elektronik peer-to-peer itu. Memang sebelumnya PayPal banyak digunakan untuk menerima dan menyetor dolar hasil jual-beli Bitcoin, termasuk pernah bergabung di Libra Association-Facebook untuk mencicipi langsung proyek blockchain.

Mungkin mimpi mereka berdekade lalu sekarang baru menjadi kenyataan, kendati sistem PayPal secara keseluruhan tidak bisa sedesentralistik Bitcoin.

Tapi, setidaknya mereka memeluknya erat dalam wujud produk yang bisa dinikmati oleh orang banyak.

PayPal hari ini menunjukkan kepada dunia bahwa Bitcoin bukanlah abal-abal, bukanlah ecek-ecek dan benar-benar dinikmati oleh generasi Milenial.

Jadi, kalau Anda adalah Elon Musk dan Peter Thiel, sulit untuk menolak kenyataan Bitcoin ini, karena untuk kali pertama manusia memiliki sistem yang benar-benar berseberangan dengan sistem tradisional.

Bahwa uang dikembalikan kepada rakyat, bukan kepada negara sebelum ada konsep bank sentral, ditemukan pada Bitcoin.

Dan bahwa konsep dasar uang adalah abstrak dan pikiran, serta wujud fisik uang itu adalah sekadar medium, itu juga ditemukan di sistem uang berbasis kriptografi itu.

Lantas, dalam satu hingga dua dekade mendatang, nasib Bitcoin dan sistem moneter baru ditentukan pada tahun ini juga.

Ingatlah, pada tahun depan akan banyak sekali ujicoba mata uang digital bank sentral alias CBDC. Itulah sebuah respons nyata terhadap digitalisasi uang dan hadir bertepatan dengan pandemi COVID-19 yang meruntuhkan sendi-sendi ekonomi kita sejatinya yang belum pulih sejak krisis 2008.

Lihatlah Jepang yang belum bisa keluar dari jeratan sistem bunga negatif, termasuk Uni Eropa. Inggris yang dulu jaya, keluar dari Uni Eropa, malah tersesat ingin mengikuti pola serupa dan mencoba merebut rejeki negara-negara berkembang seperti Indonesia lewat isu-isu Papua Barat.

Bayangkan nasib warga manula Inggris yang sudah pensiun, karena duit mereka di bank tergerus nilainya. Karena terbeban, malah harus membayar pihak bank untuk uang mereka sendiri, ada celah di mana uang itu beralih ke aset yang berharga seperti emas dan Bitcoin.

Traditional Yellow and Red Chinese Phoenix Circle Canvas Print by  jeffbartels | Society6
Dalam mitologi Tiongkok, burung Phoenix dikaitkan dengan matahari yang memperoleh kehidupan baru yang muncul dari tanah, termasuk simbol keabadian.

Sekarang dan detik ini juga, ketika Anda membaca artikel ini, duit-duit fiat dari negara sedang membanjiri ekonomi, berharap roda ekonomi kembali seperti sediakala.

Tapi, IMF dan Bank Dunia tidak terlalu yakin sakit kita ini sembuh dalam waktu cepat. Duit yang beredar banyak malah mendatang utang di masa depan, menyulitkan anak cucuk kita.

Pulih itu pasti dan bisa, tetapi mendaki, susah dan terjal. Prosesnya lama dan akan menyakitkan.

IMF bilang pertumbuhan ekonomi global minus 4,4 persen, satu angka yang tidak bermakna bagi pengangguran di seluruh dunia. Tapi, bagi banyak ekonom dan IMF, angka itu memungkinkan dunia masuk mirip suasana Bretton Woods tahun 1944.

Kala itu Perang Dunia II menuju penghujung, tetapi kesengsaraan di depan mata. Jalan satu-satunya di masa itu adalah kerjasama global 44 negara, nilai dolar AS dipatok berdasarkan cadangan emas mereka. Kala itu cadangan emas AS memang sangat besar dan mata uang negara lain berpatok pada nilai dolar.

Di awal itu dunia bahagia, setidaknya sebagian. Tetapi, karena AS tak memiliki dana untuk meluaskan hasrat kapitalismenya lewat perang, pada tahun 1971 mereka memutuskan tak lagi menggunakan emas sebagai patokan dolar.

Praktis negara lain sangat menggantungkan nilai mata uangnya pada situasi politik dalam negeri AS. Sementara Paman Sam sendiri semakin beringas menggunakan dolar AS sebagai senjata membunuh ekonomi negara lain. Lihatlah Iran dan Venezuela sebagai contoh kecil.

Sekarang, “negara-negara musuh” AS menggunakan blockchain dan aset kripto untuk menahan laju sanksi negara itu, termasuk Tiongkok yang menjadi rival utama.

Tiongkok tahu benar Bitcoin bakalan popular. Tak heran sentra penambangan Bitcoin ada di negeri itu dan agresif sejak 2014 merancang yuan digital. Jelas Tiongkok mencari panggung yang tepat menunjukkan kedigdayaan ekonominya di hadapan AS. Mereka sangat percaya diri!

Dalam konteks perang mata uang itu pula, kalau Anda setuju, mulai tahun ini juga perang kepemilikan Bitcoin akan berlangsung cepat dan masif.

Sampul majalah The Economist, 9-15 Januari 1988, mewacanakan satu sistem mata uang tunggal dunia. Burung Phoenix menjadi simbol besarnya.

Banyak pihak merebut memiliki Bitcoin, tak terkecuali perusahaan-perusahaan besar. Penambangan Bitcoin akan menjadi sarana perebutan kekuasaan dan pengaruh politik, laksana merebut tambang emas di masa lalu.

Dan, jikalau “A New Bretton Woods Moment” ala IMF itu siap dengan emas dan Bitcoin bersanding bersama-sama dijadikan patokan nilai mata uang negara besar, Anda pasti tahu jawabannya, tanpa tahu kapan itu tiba.

Evolusi mungkin Anda bayangkan, tapi tidak bagi saya dan kawan-kawan di sini yang memahami situasi. Bersiaplah, ini tidak terbantahkan! [red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait