Seorang ekonom dan mantan Penasihat bank sentral Tiongkok meminta Pemerintah untuk pertimbangan soal cabut larangan crypto.
Sejak Mei 2021, Tiongkok telah memberlakukan larangan keras terhadap crypto, termasuk pada penambangan Bitcoin yang sempat membuat industri ketar-ketir.
Meski basis Bitcoin secara mayoritas adalah di Tiongkok, Pemerintah tetap mengambil langkah tegas. Ini membuat porsi penambangan Bitcoin menjadi tersebar, yang kini mayoritas berada di AS, Kazakhstan dan Rusia.
Pertimbangan Cabut Larangan CryptoÂ
Berdasarkan laporan Bitcoin News, Huang Yiping yang menjabat di bank sentral Tiongkok (PBoC) periode 2015-2018 meminta Pemerintah Tiongkok mengevaluasi larangan crypto.
Yiping mengakui bahwa, larangan tersebut cukup baik dan praktis bagi Tiongkok di saat ini, tetapi ia meragukan dampak keberlanjutannya dalam jangka panjang.
“Larangan permanen pada produk terkait crypto dapat mengakibatkan hilangnya peluang dalam teknologi seperti blockchain, yang sangat berharga untuk sistem keuangan yang diatur,” ujar Yiping.
Selain itu, meski larangan keras crypto dan penambangan Bitcoin masih berlangsung, masih ada sejumlah besar investor kripto yang berada di negeri Tirai Bambu tersebut.
Menurut data dari Chainalysis, Tiongkok masih termasuk dalam 10 negara teratas untuk urusan adopsi kripto tertinggi. Juga, aktivitas penambangan Bitcoin di negara ini diketahui telah meningkat.
Menuru data dari Cambridge Center for Alternative Finance (CCAF), Tiongkok menyumbang sekitar 20 persen dari total hashrate BTC dari bulan September 2021 sampai Januari 2022.
“Ini sangat menunjukkan bahwa aktivitas penambangan bawah tanah (diam-diam) yang signifikan telah terbentuk di Tiongkok… Karena larangan telah ditetapkan dan waktu telah berlalu, tampaknya penambang bawah tanah telah tumbuh lebih percaya diri dan tampaknya puas dengan perlindungan yang ditawarkan oleh layanan proxy lokal,” ungkap CCAF.
Di sisi lain, mantan Direktur Jenderal Penelitian PBoC Xie Ping tengah menyoroti bank sentral yang tengah mendorong adopsi dari mata uang digital bank sentral (CBDC).
Meski masih dalam tahap uji coba, Ping menilai yuan digital, atau e-CNY, penggunaannya masih rendah dan sangat tidak aktif. Entah itu akan berakhir baik atau justru kacau. [st]
Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.