Harga Aset Bitcoin Diprediksi Bergerak Terbatas Antara US$16 Ribu-17 Ribu

Pasca libur Natal, harga aset Bitcoin dan cryptocurrency lainnya diprediksi bergerak terbatas antara US$16 Ribu-17 Ribu. Tetapi investor aset digital masih bisa berharap pada Reli Sinterklas, jika bisa selaras dengan pasar saham.

Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Rabu (28/12/2022) pagi, harga aset Bitcoin (BTC) melemah 0,83 persen dalam 24 jam terakhir dan 1,06 persen sepekan.

Saat ini, harga aset bitcoin berada di level US$16.706 per koin atau setara Rp260,9 juta (asumsi kurs Rp 15.620 per dolar AS). 

Sementara kripto Ethereum (ETH) turut melemah pagi ini. ETH turun 0,52 persen dalam sehari terakhir dan 0,37 persen dalam sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level US$1.212 per koin.

“Harga aset Bitcoin sepertinya bergerak terbatas antara zona US$16.000 dan US$17.000,” tulis Analis di broker Oanda, Edward Moya dalam sebuah catatan sebelum akhir pekan lalu.

Seperti diketahui, harga aset Bitcoin jauh di atas posisi terendah baru-baru ini di dekat US$15.500, yang berasal dari penjualan panik di tengah keruntuhan crypto exchange FTX bulan lalu.

Namun Market Watch mencatat, aset kripto dengan kapitalisasi terbesar ini juga gagal mempertahankan keuntungan jangka pendek di atas US$17.000, apalagi lonjakan singkat baru-baru ini di atas US$18.000.

Saat ini para hanya bisa berharap pada Reli Sinterklas, yakni istilah yang menanda potensi kenaikan saham yang biasanya terjadi pada lima sesi perdagangan terakhir setiap tahun dan dua sesi pertama tahun selanjutnya.

Jendela trading tahun ini dimulai Jumat lalu, pada 23 Desember, dan akan berlangsung hingga 4 Januari mendatang.

Sejauh ini pasar kripto dan saham telah menjadi sangat terkait tahun ini, dengan harga aset Bitcoin sebagian besar berayun sejalan dengan Dow Jones Industrial Average dan S&P 500. 

Menurut Market Watch, latar belakang makro yang suram dari inflasi tinggi, kenaikan suku bunga, dan risiko resesi yang membayangi, yang mengurangi permintaan untuk semua aset sensitif risiko.

“Tetapi tren yang telah membuat ekuitas dan token digital lebih dekat juga merupakan tren yang sama yang membahayakan Reli Sinterklas, dengan analis tidak yakin apakah investor dapat mendorong saham ke puncak bullish terakhir karena angin sakal terus membayangi pasar,” tulis Market Watch.

Setidaknya pada hari Selasa, gambarannya cerah. Kontrak berjangka yang mengikuti indeks utama AS meningkat di tengah optimisme atas melonggarnya pembatasan Covid-19 di China, yang telah membebani pertumbuhan global, serta data dari Jumat lalu menunjukkan inflasi AS terus moderat. [ab]

Terkini

Warta Korporat

Terkait