Harga Bitcoin Masih Volatil, Ini Saran Pakar Crypto

Saat ini terpantau harga Bitcoin masih volatil, naik dan turun dalam tempo sangat cepat, khususnya usai pengumuman data harga konsumen AS. Namun, ada beberapa solusi dan beberapa pendekatan yang disarankan.

Pekan lalu, harga Bitcoin (BTC) sempat naik dari US$27.500 ke US$28.300 beberapa saat setelah pengumuman Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat pada 10 Mei 2023.

Harga Bitcoin masih volatil hingga saat ini, seperti yang lalu, merespon positif penurunan inflasi AS sebesar 0,1 persen dari 5,0 persen pada Maret menjadi 4,9 persen pada bulan April 2023.

Namun, turunnya inflasi AS masih jauh dari target The Fed yang menargetkan penurunan hingga 2 persen, sehingga The Fed menyatakan Bank Sentral AS kemungkinan akan mempertahankan suku bunga jika inflasi tetap tinggi.

Pernyataan The Fed ini kembali menyebabkan tekanan terhadap Bitcoin selama akhir pekan lalu di kisaran US$25.850

Lantas, pada Selasa (16/5/2023) pagi pukul 08.00 WIB, harga BTC bergerak di kisaran US$27.200 naik tipis 0,13 persen dalam 24 jam terakhir. Total nilai pasar pasar aset kripto juga menguat sebesar 1,31 persen menjadi US$1.13 triliun.

“Ajaib Kripto memperkirakan pergerakan harga Bitcoin pekan ini berpotensi kembali menguji resistance level di US$27.800. Jika BTC mampu breakout maka BTC berpotensi lanjut menguat ke dynamic resistance MA-20 di kisaran US$28.150. Sebaliknya jika gagal menembus resistance, BTC akan kembali turun ke US$26.600 di atas US$26.600,” kata Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha kepada Blockchainmedia.id.

Adapun sentimen positif pergerakan harga BTC pekan ini didorong oleh kemajuan pembicaraan plafon utang Amerika Serikat, di mana Parlemen AS diperkirakan akan dapat memecahkan kebuntuan saat ini dan mencapai kesepakatan untuk menaikkan anggaran Federal Reserve. Hal ini memicu optimisme di pasar bahwa Amerika Serikat tidak akan gagal membayar utangnya.

Terakhir kali pagu utang AS berada pada tingkat yang genting adalah pada tahun 2011. Pada saat itu, AS memutuskan untuk menaikkan plafon utang dan mencetak lebih banyak uang untuk menghindari default atau gagal bayar.

Minggu lalu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan default dapat terjadi paling cepat 1 Juni jika plafon utang tidak dinaikkan. Pernyataan tersebut telah menimbulkan banyak kekhawatiran di pasar pada pekan lalu.

Selain itu, dalam minggu ini investor juga akan mencermati pernyataan Gubernur The Fed, Jerome Powell pada Jumat (19/5/2023) untuk mencari petunjuk tentang potensi perubahan suku bunga selanjutnya.

Untuk saat ini, terkait harga Bitcoin masih volatil, investor disarankan bisa menerapkan strategi Dollar Cost Averaging (DCA) untuk mengantisipasi volatilitas yang terjadi di pasar aset kripto di tengah guncangan ekonomi AS.

Dollar Cost Averaging adalah salah satu strategi investasi dengan metode sederhana yang memungkinkan investor berinvestasi secara rutin dalam periode tertentu. Strategi investasi ini akan memudahkan investor agar disiplin mengalokasikan dana investasi setiap periode tertentu secara rutin tanpa melihat pergerakan harga aset tersebut. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait